Home

Minggu, 28 Oktober 2012

Sedulur Papat Kalima Pancer

Sedulur Papat Lan Kalima Pancer

 
Sejak jaman dahulu spiritualitas Jawa meyakini bahwa setiap manusia mempunyai saudara-saudara halus yang mendampinginya. Mereka tidak kelihatan oleh mata biasa. Mereka tergolong sebagai roh-roh halus. Saudara-saudara halus ini banyak yang menyebutnya dengan istilah  Saudara Kembar,  atau disebut juga  Sedulur Papat.  Konsep tersebut secara umum dipercaya dan diamalkan oleh masyarakat jawa. Dalam kehidupan sehari-harinya orang-orang Jawa terbiasa melakukan suatu laku prihatin dan tirakat tertentu untuk menjaga kedekatan mereka dengan roh Sedulur Papat itu.
Roh Sedulur Papat mempunyai sebutan Kakang Kawah (paling tua), Adi Ari-ari (paling muda), Getih (darah), dan Pusar, sedangkan kita sendiri disebut Pancer.  Kita adalah Pancer (pusat), sedangkan sukma kita yang lain disebut sedulur pendamping kita. Artinya, para sedulur kita itu keberadaannya mengikuti kita sebagai Pancer. Para sedulur ini secara halus, sosok dan wajahnya mirip dengan masing-masing orang yang bersangkutan.
Roh Pancer dan para Sedulur Papat dalam satu kesatuan merupakan roh / sukma seseorang.
Sebaiknya kita semua mengenal dan mengakrabkan diri dengan para saudara kembar kita. Mereka itu selalu membantu kita, disadari ataupun tidak. Apalagi bila kita selalu berbuat baik dan berhati lurus. Perlu diketahui bahwa para saudara halus tersebut merasa senang kalau kita mengetahui keberadaan mereka, terlebih kalau kita memperhatikan mereka. Kalau mereka merasa diperhatikan tentu mereka akan lebih dekat dan senang membantu. Hubungan akrab dengan semua saudara halus bisa dilakukan dengan sering melakukan komunikasi dan memperhatikan rasa dan firasat, ide-ide dan ilham. Seperti juga dalam pergaulan antar manusia, kalau sering terjadi komunikasi dan saling memperhatikan, tentulah hubungannya menjadi lebih dekat dan akrab.
Seandainya kita tidak mempedulikan komunikasi mereka, apalagi kita menganggap cerita tentang saudara kembar ini hanya tahayul atau mitos saja, maka mereka juga akan merasa bahwa keberadaan mereka tidak diperhatikan dan tidak diperlukan. Mereka akan tidak antusias mendampingi dan membantu kita. Maka janganlah kesal kalau pada saat kita mendapatkan kendala, sial, nasib jelek, dsb, kita tidak mendapatkan peringatan atau tanda-tanda sebelumnya.


 Karakteristik Roh Pancer dan Sedulur Papat
Telah diuraikan di atas, sedulur papat kita itu mempunyai sebutan Kakang Kawah (paling tua), Adi Ari-ari (paling muda), Getih (darah), dan Pusar, sedangkan kita sendiri disebut Pancer.  Kita adalah Pancer, sedangkan sukma kita yang lain disebut sedulur pendamping kita. Artinya, para sedulur kita itu keberadaannya mengikuti kita sebagai Pancer. Pancer ini juga bersifat roh / sukma.
Untuk diketahui, Pancer  hadir di dalam kesadaran, hati dan pikiran kita.  Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita sok berlogika, atau tidak peduli situasi, mengesampingkan bisikan hati dan kebijaksanaan, atau lebih mengutamakan dogma dan doktrin, pendapat sendiri dan ke-Aku-an. Itulah sebabnya kita tidak akrab dengan rasa dan firasat. Tetapi bila kita mau peka dan memperhatikan rasa dan firasat, ide-ide dan ilham, maka kita akan memiliki naluri dan insting yang tajam. Dengan cara demikian kita sudah mengakrabkan diri dengan para Sedulur Papat dan memperhatikan komunikasi yang mereka lakukan.
Sebagai penjelasan, manusia terdiri dari 2 unsur pokok, yaitu tubuh biologis dan roh. Roh manusia terbagi menjadi 2, yaitu roh Pancer dan roh Sedulur Papat. Roh Sedulur Papat mendampingi Pancer, karena ada ikatan kuat di antara mereka. Tetapi mereka tidak sungguh-sungguh menyatu, mereka terpisah (kecuali setelah si manusia meninggal, roh-roh itu menyatu menjadi arwah). 
Dalam kehidupan sehari-hari, roh manusia ada di dalam tubuh biologisnya. Roh itu menentukan ada tidaknya energi kehidupan di dalam tubuh manusia. Roh itu juga menentukan berfungsinya bagian-bagian tubuh manusia, organ-organ dan saraf, dan otak / pikiran manusia, menghidupkan saraf-saraf motorik sehingga manusia bisa berjalan, dsb. Roh menjadi penunjang kehidupan manusia. 
Roh Pancer hadir secara biologis manusia. Berpikir dan berperasaan, berlogika, merencanakan kehidupan, merasa lapar, merasa sakit, ingin kaya, ingin hidup mulia, dsb, semuanya adalah aktivitas biologis manusia. Dalam hal ini Roh Pancer manusia hadir dan bertindak sebagai mahluk biologis.
Roh Pancer hadir di dalam kesadaran, hati dan pikiran, sehingga yang berperan dalam keseharian manusia adalah Roh Pancer, sedangkan Roh Sedulur Papat keberadaannya bersifat mendampingi dan membantu membentuk kebijaksanaan dan memberikan peringatan-peringatan (dalam bentuk ide dan ilham, bisikan hati / nurani dan mimpi).
Roh Pancer hadir di dalam kesadaran dan berpikir manusia, tetapi roh sedulur papat tidak menentukan jalan berpikir manusia. Roh sedulur papat tidak menyatu dengan pikiran manusia, tetapi hanya bersifat membantu membentuk kebijaksanaan dan memberikan peringatan-peringatan, dalam bentuk rasa dan firasat, gambaran-gambaran gaib, ide-ide dan ilham, yang mengalir di dalam pikiran manusia.
Seseorang yang dalam hidupnya dominan mengutamakan sikap berpikirnya atau sok berlogika, menonjolkan kepandaiannya, mengutamakan pendapat sendiri dan ke-Aku-an atau dogma / doktrin, atau tidak peduli situasi, dan mengesampingkan bisikan hati dan kebijaksanaan, maka dia lebih mengutamakan aspek biologisnya, aspek manusia keduniawiannya, sehingga tidak peka terhadap sesuatu yang bersifat roh, rasa dan firasat. Tetapi seseorang yang selalu peka batin, memperhatikan rasa dan firasat, dia akan tajam nalurinya, dan mungkin juga mengerti tentang kegaiban alam, karena dia kental berhubungan dengan rohnya.
Roh kita sebagai Pancer, sebenarnya juga bersifat roh, sehingga juga dapat mengetahui hal-hal yang bersifat roh. Tetapi secara duniawi roh Pancer ini terbelenggu dalam kehidupan biologis manusia, terbelenggu dalam sikap berpikir duniawi manusia, sehingga manusia tidak peka dengan hal-hal yang bersifat roh. Karena itu seringkali seseorang harus bisa membersihkan hati, pikiran dan batinnya, harus bisa melepaskan belenggu keduniawiannya, untuk bisa mendalami hal-hal yang bersifat roh dan keTuhanan.
Bila kita dekat dengan para Sedulur Papat, karena keberadaan mereka mendampingi kita sebagai Pancer, maka mungkin kita juga akan dapat mengetahui keberadaan roh-roh lain dan dapat juga mengetahui sesuatu kejadian sebelum kejadian tersebut terjadi (weruh sakdurunge winarah), melalui pemberitahuan dari mereka sebelumnya. Pemberitahuan / peringatan dari para Sedulur Papat ini bisa berupa suatu kejadian perlambang, penglihatan gaib, wangsit / bisikan gaib, mimpi, rasa, firasat, ide-ide dan ilham, dsb. Diperlukan kepekaan rasa dan batin untuk dapat menangkap sinyal komunikasi dari para Sedulur Papat dan untuk mengetahui maksudnya.
Roh sedulur papat aktif hadir di dalam perenungan-perenungan dan pencarian ide dan ilham. Roh sedulur papat aktif memberikan ide-ide pemikiran, nasehat-nasehat dan ajaran yang bersifat keduniawian (berupa ide-ide dan ilham), yang mengarahkan seseorang menjadi memiliki kecerdasan batin di dalam perbuatan-perbuatannya, kaya dengan ide dan ilham, bisa menemukan jawaban-jawaban dari permasalahannya dan tidak akan menemukan jalan buntu dalam setiap permasalahan (feeling / intuisinya tajam). Dalam hal ini para sedulur papat berperan sebagai pendamping kehidupan duniawi manusia.
Roh sedulur papat aktif hadir di dalam perenungan-perenungan kerohanian dan spiritual, memberikan ide-ide pemikiran, nasehat-nasehat dan ajaran yang bersifat kerohanian maupun spiritual, yang mengarahkan seseorang menjadi memiliki hikmat kebijaksanaan kesepuhan di dalam dirinya. Dalam hal ini para sedulur papat berperan sebagai penasehat spiritual , sekaligus menjadi guru sejati , mengantarkan seseorang menjadi waskita, mengerti kebijaksanaan hidup dan mungkin juga weruh sak durunge winarah.
Dalam hal kita akan menghadapi suatu kesulitan atau pun musibah, para sedulur papat ini akan memberikan peringatan sebelumnya (dalam bentuk bisikan hati nurani atau mimpi). Apapun yang dilakukan oleh si manusia (pancer), roh sedulur papat ini akan selalu memberikan peringatan, menjauhkan manusia dari kesulitan dan marabahaya. Dan ketika si manusia melakukan atau akan melakukan suatu perbuatan yang tidak baik atau yang akan mengakibatkan kesulitan, roh sedulur papatnya akan memberinya peringatan yang mengarahkannya untuk selalu berbuat baik dan menjauhkan manusia dari perbuatan yang mengarah pada kesulitan atau musibah. Dalam hal ini kebatinan jawa memandang keberadaan para roh sedulur papat itu sebagai  Pamomong  (pembimbing), yang mengarahkan perilaku dan perbuatan si manusia supaya selalu baik dan tidak mengarah pada kesulitan atau musibah.
Pendampingan para roh sedulur papat ini ada pada semua bidang kehidupan kita sehari-hari, bukan hanya dalam bidang keilmuan batin spiritual. Kita sendiri juga dapat merasakan adanya ajaran-ajaran berupa ilham dan ide-ide yang mengalir di dalam pikiran kita. Begitu juga manusia yang hidup di negara maju. Mereka yang menjadi penemu, peneliti, atau pengembang suatu teori ilmiah, pengetahuan, ataupun peralatan modern dan canggih, mereka melakukannya bukan semata-mata berdasarkan kecerdasan otak mereka, tetapi terutama didasarkan pada kecerdasan mereka untuk mendayagunakan mengalirnya ide dan ilham di dalam pikiran mereka sebagai sumber inspirasi untuk ditindaklanjuti. Mereka tidak mempunyai pemahaman tentang roh sedulur papat, tetapi mereka telah mengimplementasikan kecerdasan batin mereka sebagai  Guru Sejati  dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Ketika masih dalam kondisi awam, roh para sedulur papat akan bersama-sama dengan kita dalam proses belajar (mereka juga ikut belajar). Dalam tahapan ini dipahami mereka adalah kawan seperjalanan kita. Tetapi perkembangan belajar mereka jauh lebih cepat daripada kita, karena secara roh mereka bisa mengetahui hal-hal yang secara fisik tidak bisa kita ketahui, dan dapat kemudian memberitahukan pengetahuan mereka kepada kita dalam bentuk ide-ide dan ilham atau penglihatan gaib yang mengalir dalam pikiran kita. Mereka mengerti seluk-beluk kehidupan kita, termasuk pekerjaan kita yang terkait dengan teori dan alat berteknologi tinggi atau pun teori-teori ilmiah tingkat tinggi. Karena itu bila kita aktif memperhatikan dan berkomunikasi dengan mereka, kita akan lebih mudah dalam mempelajari sesuatu apapun dalam kehidupan kita, ide dan ilham akan mengalir setiap saat dan kita tidak akan menemukan jalan buntu di dalam setiap permasalahan. Mereka akan aktif hadir di dalam perenungan-perenungan.

Roh kita sebagai Pancer, sebenarnya juga bersifat roh, sehingga juga dapat mengetahui hal-hal yang bersifat roh, tetapi secara duniawi roh Pancer ini terbelenggu dalam kehidupan biologis manusia, terbelenggu dalam sikap berpikir duniawi manusia, sehingga manusia tidak peka dengan hal-hal yang bersifat roh. Karena itu seringkali seseorang harus bisa membersihkan hati, pikiran dan batinnya, harus bisa melepaskan belenggu keduniawiannya untuk bisa mendalami hal-hal yang bersifat roh dan keTuhanan. Jika tidak bisa membersihkan hati, pikiran dan batinnya, maka dalam hal-hal yang bersifat roh dan keTuhanan, yang muncul adalah sifat-sifat ke-Aku-an, sok suci, sok beriman, sok tahu, sok benar, dan akan mudah terpancing rasa sentimen dan ego keAkuannya.

Aspek penting Guru Sejati hadir di dalam keilmuan kebatinan dan spiritual dengan penekanan pada usaha untuk mengenali siapa saja yang menjadi guru sejatinya dalam proses keilmuannya, supaya seseorang bertekun kepada gurunya itu untuk mendapatkan bimbingan yang mendalam. Dan ketika sudah tidak ada lagi suatu sosok yang dapat menjadi gurunya, maka roh sedulur papat akan menjadi pembimbingnya yang utama, yang memberinya ide dan ilham, penglihatan gaib, dan jawaban dari berbagai pertanyaan, dan menuntunnya pada pengetahuan yang lebih tinggi.

Inil adalah salah satu aspek penting dalam kebatinan jawa yang menekankan pengenalan pada roh sedulur papat, sehingga muncul konsep Sedulur Papat Kalima Pancer sebagai Guru Sejati, yang penekanannya adalah pada penyatuan interaksi antara seseorang (Pancer) dengan para roh sedulur papatnya. Dan bila saja para dewa berkenan sehingga seseorang memiliki suatu wahyu keilmuan / spiritual dalam dirinya, maka keberadaan wahyu itu akan melipatgandakan kemampuannya untuk mendapatkan pengetahuan yang berdimensi tinggi (termasuk pengetahuan yang bersifat teknologi duniawi).

Tidak selamanya dalam semua hal yang kita tekuni kita akan menemukan suatu sosok yang dapat mengajar atau membimbing kita. Aspek roh sedulur papat menjadi penting karena mereka selalu ada pada kita, dan apapun kebaikan dan kekuatan yang dimiliki oleh sedulur papat itu, efeknya akan selalu berimbas kepada kita, menjadi kebaikan dan kekuatan kita juga, karena mereka adalah bagian dari diri kita sendiri. Kekuatan mereka dan keyakinan kita pada kebersamaan mereka, akan mewujudkan suatu kekuatan batin tersendiri yang akan berguna dalam melandasi kemantapan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Pengetahuan dan keilmuan yang didasarkan pada kesadaran akan kesejatian manusia akan dapat dengan lebih cepat berkembang dan meningkat, karena manusia yang menyadari kesejatiannya akan juga mengenal potensinya sebagai mahluk biologis dan sebagai mahluk roh. Pengetahuan yang tidak diketahui secara fisik manusia akan dapat diketahui secara roh. Dan apa yang dapat diketahui secara roh akan menunjang pengetahuan duniawi manusia.

Di bawah ini ada beberapa ajaran bila kita ingin menyampaikan sesuatu kepada mereka, para Sedulur Papat, beberapa contoh cara dan doa (amalan) untuk komunikasi dan mendekatkan diri kepada mereka. 
Misalnya kita akan melakukan sesuatu yang sifatnya penting bagi kita, kita dapat berkata kepada mereka, (mengucap dalam hati kepada mereka seolah-olah mereka ada di sekitar kita) :
Contoh 1 (kejawen) :  Marwati Kakang Kawah Adi Ari-Ari  …… (sebutkan nama anda)
                                kadhangku kang lahir bareng sedino lan
                                kadhangku kang lahir bareng sewengi               
                                Sang rojo bardah ingsun
                                Ingsun arso ……..  (sebutkan apa yang akan anda lakukan)
                                Ewang-ewangono ingsun.
Contoh 2 (umum) :     Saudara-saudara kembarku semua, bantulah saya dalam bekerja, sehingga
                                pekerjaan saya lancar dan benar. Kalau ada kesalahan, tolong beritahu saya.
Contoh 3 (umum) :     Saudara-saudara kembarku semua, bantulah saya. Niat saya pergi keluar kota.
                                Bantulah saya supaya tidak ada kecelakaan, kejahatan atau gangguan apapun di
                                jalan.
Contoh 4 (umum) :     Saudara-saudara kembarku semua, bantulah saya. Anak saya sedang sakit.
                    Bantulah saya, tunjukkan kepada saya di dalam mimpi, obat atau cara untuk
                                menyembuhkan anak saya.

Biasanya, cara mereka berkomunikasi dengan kita adalah dengan memberikan mimpi, atau rasa dan firasat tentang akan terjadinya sesuatu kejadian, atau ilham yang mengalir dalam pikiran kita. Rasa dan firasat seringkali muncul berupa perlambang rasa. 
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, apalagi dalam kehidupan modern ini, rasa dan firasat seringkali diabaikan. Namun bila seseorang memperhatikan rasa dan firasatnya, dia sendiri yang akan mendapatkan manfaatnya.
Misalnya, seseorang yang akan bepergian ke luar kota, karena merasa tidak enak hati kemudian membatalkan keberangkatannya. Ternyata kemudian dia mendapat berita bahwa kendaraan yang seharusnya ditumpanginya, mengalami kecelakaan. Untunglah dia tidak jadi berangkat. Apakah ini kebetulan saja?
Mungkin kita tidak akan terburu-buru berangkat kerja, walaupun sudah terlambat / kesiangan, seandainya saja sebelumnya kita tahu atau dapat merasakan bahwa pada hari itu ada anggota keluarga kita yang akan mengalami musibah.
Seringkali rasa dan firasat ini dianggap tahayul dan klenik, karena itu kita harus bisa membedakan sesuatu rasa, apakah itu hanya rasa biasa saja ataukah rasa yang merupakan suatu  pertanda  tentang sesuatu kejadian yang akan terjadi. Belajarlah peka terhadap bisikan-bisikan nurani, firasat, dsb. Jangan mengabaikan bisikan hati dan firasat, tetapi juga jangan mengada-ada, jangan melebih-lebihkan, jangan ber-ilusi.
Sesuai kondisi jaman sekarang, olah rasa dan firasat dapat dilakukan dengan cara sederhana tanpa harus banyak mengorbankan waktu dan aktivitas, seperti dalam tulisan :  Olah Rasa dan Kebatinan.
Sebagai pelengkap cerita sedulur papat dan laku prihatin dalam budaya jawa dapat dibaca di Laku Prihatin dan Tirakat.


 Keilmuan Sedulur Papat Kalima Pancer
Dalam kebatinan jawa, istilah roh sedulur papat lan kalima pancer  selalu disebutkan, karena pengertian itu melandasi kekuatan batin dan sukma manusia, yang bila diyakini dan diolah dengan mendalam akan menimbulkan suatu kegaiban dan kekuatan gaib yang berasal dari diri manusia sendiri, yang diolah melalui ketekunan kepercayaan dan penyelarasan hidup dan pemujaan kepada Gusti Allah. Termasuk ucapan yang dilandasi kekuatan dan keyakinan batin akan terjadi, maka itu akan benar terjadi, saking kersaning Allah. Orang yang sedemikian itu sering disebut ucapannya mandi (manjur / idu geni).
Tidak banyak yang mengetahui bahwa pengetahuan tentang Sedulur Papat Kalima Pancer, yang biasanya terkait dengan konsep kebatinan tentang  Manunggaling Kawula Lan GustiSangkan Paraning Dumadi,  Sukma Sejati, Guru Sejati, dsb, sebenarnya adalah puncak-puncak dari keilmuan kebatinan dan spiritual jawa, jauh sebelum datangnya agama Islam di pulau Jawa. Konsep-konsep tersebut adalah terminologi asli kejawen dan adalah hasil pencapaian kebatinan dan spiritual tokoh-tokoh kejawen, yang kemudian diajarkan kepada para pengikutnya, dan akhirnya berkembang menjadi ajaran kebatinan jawa atau menjadi aliran kepercayaan kerohanian kejawen.
Tetapi banyak orang yang kurang mengerti tentang Roh Sedulur Papat kemudian memberikan pandangan-pandangan lain, misalnya menyamakan artinya sebagai sifat-sifat tanah, air, api, dsb  dalam diri manusia. Atau juga dalam penyebaran agama Islam di tanah jawa dulu, sebagai tandingan dari ajaran kejawen dan untuk menghapuskan pengaruh ajaran Syech Siti Jenar yang telah diterima secara umum oleh masyarakat Jawa, roh sedulur papat sering disamakan sebagai empat jenis nafsu manusia ataupun disamakan dengan malaikat-malaikat pendamping manusia  (juga untuk keperluan penyebaran agama Islam, arti kata pusaka kalimasada dalam cerita pewayangan dibelokkan artinya menjadi kalimat syahadat (Wikipedia)).
Begitu juga dengan istilah kebatinan ajaran Manunggaling Kawula Lan Gusti, ajaran penghayatan penyatuan dan keselarasan manusia dengan Tuhan, adalah istilah di dalam kepercayaan kebatinan jawa dan menjadi tujuan dari laku penghayatan kepercayaan kejawen. Tetapi istilah itu menjadi populer setelah digunakan oleh Syech Siti Jenar dalam ajaran kebatinan Islam jawa, karena saat itu bertentangan dengan pendapat Sunan Kudus dan para Wali yang lain yang menganggap bahwa ajaran itu bukan murni ajaran Islam. Dalam hal ini Syech Siti Jenar sebagai seorang pemuka agama Islam dianggap telah mengajarkan ajaran yang bukan asli ajaran Islam, menyimpang dari ajaran Islam yang benar, dan dianggap sesat.
Tanpa bermaksud menyalahkan atau merendahkan pandangan-pandangan lain tersebut, Penulis hanya ingin mengingatkan bahwa konsep-konsep kejawen tersebut di atas adalah asli terminologi kebatinan jawa dan memiliki arti dan makna sendiri yang tidak dapat disamakan dengan arti dan makna dalam pandangan-pandangan lain tersebut. Jika pun dihubungkan dengan penghayatan kebatinan masyarakat Jawa, maka arti dan makna dalam konsep pandangan lain tersebut tidak akan sama dengan arti dan maknanya dalam konsep kejawen di masyarakat. Atau juga jika diterapkan dalam keilmuan kebatinan jawa, maka arti dan makna konsep dalam pandangan-pandangan lain tersebut sama sekali tidak berguna dan tidak akan membantu dalam keilmuan batin kejawen. Dengan demikian menjadi jelas bahwa konsep-konsep kejawen itu sama sekali tidak dapat disamakan atau digantikan dengan konsep-konsep dalam pandangan lain tersebut.

Memang tidak semua orang, termasuk yang mampu melihat gaib, mampu juga untuk melihat roh sedulur papat, karena dimensinya lebih halus dan lebih sulit dilihat daripada kuntilanak, gondoruwo atau pun dedemit lainnya atau roh-roh halus tingkat rendah lainnya yang biasa dilihat orang. Roh Saudara Kembar / Sedulur Papat menjadi sesuatu yang sulit untuk dilihat, sehingga seseorang yang sudah pernah melihat / bertemu dengan roh sedulur papat-nya seringkali dianggap sebagai suatu keberuntungan dan keistimewaan tersendiri.
Bahkan seringkali dikatakan, dalam hubungannya dengan keilmuan kebatinan jawa, bahwa ilmu seseorang sudah mencapai puncaknya apabila sudah dapat menemui wujud Guru Sejati, yang tidak lain adalah roh sedulur papat, yang wujudnya secara halus benar-benar mirip dengan orang yang bersangkutan. Tetapi sebenarnya itu barulah awal dari suatu tahapan penting yang harus dikembangkan lagi ke tingkat yang lebih tinggi. Hanya sekedar bisa melihat atau bertemu dengan roh sedulur papat tidak akan berarti apa-apa dan tidak akan memberi manfaat apa-apa. Manfaat akan didapatkan jika seseorang bisa mendayagunakan kesatuan roh sedulur papat dengan orang itu sendiri dalam setiap sisi kehidupannya.
Dalam tulisan-tulisan di halaman lain Penulis telah menuliskan hubungan sedulur papat dengan kemampuan seseorang dalam keilmuan batin / gaib (misalnya dalam tulisan  Olah Rasa dan KebatinanOlah Sukma dan Kebatinan  dan  Sukma Sejati ).  Namun seringkali para praktisi kebatinan, termasuk orang-orang yang mampu melihat gaib, tidak menyadari keberadaan roh sedulur papat dan tidak mampu melihatnya, sehingga tidak mempunyai pemahaman yang dalam tentang roh sedulur papat dan seringkali juga tidak dapat mendayagunakan kemampuan roh-roh itu atau mendayagunakan kombinasi kesatuan roh Sedulur Papat dan roh Pancer.
Pendayagunaan roh sedulur papat, selain secara keilmuan kebatinan, dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan dengan memperhatikan semua pemberitahuan dari mereka yang berupa rasa dan firasat, ide dan ilham, penglihatan gaib dan jawaban dari berbagai pertanyaan dan permasalahan, atau menjadikannya sebagai suatu kekuatan batin dan sukma yang mendasari perbuatan-perbuatan, atau pada tingkatan yang lebih tinggi dapat mendayagunakannya sebagai suatu pribadi yang bisa diajak berpikir dan berkomunikasi seolah-olah mereka adalah sosok-sosok roh lain yang berdiri sendiri-sendiri.
Karena itu dalam doa dan amalan kejawen selalu disebutkan :
 Niat Ingsun .......................
 Saking kersaning Allah.

Artinya, dalam doa dan niat seseorang melakukan suatu perbuatan yang dianggap penting selalu disatukan dengan bantuan para sedulur papatnya menjadi satu kesatuan perbuatan bersama-sama, menjadi satu kebatinan yang lebih kuat dibandingkan jika hanya dilakukan dengan keinginan sendiri, sehingga hasilnya akan lebih baik dan pengaruhnya secara kebatinan dan kegaiban akan menjadi lebih kuat, walaupun ucapan: kakang kawah adi ari-ari, kadhangku kang lahir nunggal sedino lan kadhangku kang lahir nunggal sewengi, Ingsun arso …….. Ewang-ewangono ingsun ............. tidak selalu disebutkan, karena sugesti istilah Ingsun adalah mewakili kesatuan Sedulur Papat lan Kalima Pancer.

Tetapi doa dan amalan itu hanya akan berarti jika seseorang memiliki pemahaman dan kepercayaan tentang keberadaan roh sedulur papat dan kesatuan mereka dengan sukmanya. Tanpa itu doa-doa dan amalan itu tidak akan banyak memberi manfaat, walaupun sering diucapkan berulang-ulang atau pun diwirid sebagai suatu amalan ilmu. 

Penulis juga ingin meluruskan pandangan beberapa kalangan yang mengatakan bahwa roh sedulur papat kita mempunyai kekuatan gaib yang tinggi, sehingga kalau kita bisa mendayagunakannya sebagai khodam ilmu, maka ilmu kita akan ampuh, lebih ampuh daripada menggunakan khodam-khodam ilmu yang lain.
Di dalam halaman lain Penulis sudah menuliskan bahwa kekuatan sukma seseorang terutama adalah berasal dari kekuatan penghayatan kebatinan / spiritual seseorang semasa hidupnya (selain kebatinan / spiritual yang bersifat keilmuan, juga kekuatan dari penghayatan kebatinan / spiritual kerohanian dan keagamaan).
Ketika masih dalam kondisi awam, roh para sedulur papat akan bersama-sama dengan kita dalam proses belajar (mereka juga ikut belajar). Dalam tahapan ini dipahami mereka adalah kawan seperjalanan kita. Tetapi perkembangan belajar mereka jauh lebih cepat daripada kita, karena secara roh mereka bisa mengetahui hal-hal yang secara fisik tidak bisa kita ketahui, dan dapat kemudian memberitahukan pengetahuan mereka kepada kita dalam bentuk ide-ide dan ilham atau penglihatan gaib yang mengalir dalam pikiran kita. 
Sejalan dengan perkembangan kekuatan kebatinan dan spiritual kita, kekuatan gaib roh Pancer dan sedulur papat kita juga akan meningkat. Kekuatan roh Pancer dan Sedulur Papat kita secara satu kesatuan akan menjadi kekuatan sukma kita. Karena itu kekuatan gaib roh sedulur papat akan sejalan dengan perkembangan kekuatan kebatinan dan spiritual kita. Setelah kekuatan kebatinan kita kuat, dan kekuatan gaib sedulur papat kita juga kuat (karena sifatnya mengikuti kekuatan gaib roh Pancer), barulah kekuatan gaib dari para sedulur papat kita itu bisa menjadi "khodam" yang berkekuatan tinggi.
Dengan demikian bisa dimengerti bahwa secara umum kondisi Roh Pancer dan Sedulur Papat seseorang kekuatan gaibnya lemah (bahkan lebih lemah dibandingkan kuntilanak yang di alam gaib termasuk sebagai roh halus yang kekuatan gaibnya paling lemah). Setelah orang tersebut menempa kebatinannya (dengan keilmuan kebatinan atau kebatinan dalam keagamaan / ketuhanan) barulah kemudian kekuatan kebatinan (kekuatan sukma) seseorang menjadi kuat. Karena itu kebatinan dan spiritual orang itu harus ditempa terlebih dulu supaya mempunyai kekuatan yang tinggi, barulah roh sedulur papatnya mempunyai kekuatan gaib yang tinggi karena sifatnya mengikuti apa yang dilakukan oleh Pancernya.

Perhatian :
Seandainya selama anda membaca amalan dan doa atau membaca bagian-bagian tertentu tulisan di halaman ini atau pun di halaman lain anda merasakan bulu kuduk atau rambut kepala anda meremang, itu tidak apa-apa. Itu adalah reaksi dari roh pancer dan sedulur papat yang tersugesti oleh tulisan yang anda baca.
Atau jika anda merasakan adanya rasa berat di dada atau rasa tertekan / berdenyut / gerakan di ubun-ubun kepala setelah menghayati membaca tulisan-tulisan bertema kebatinan dan spiritual, itu juga tidak apa-apa. Itu adalah reaksi getaran dari cakra-cakra tubuh yang akan mempermudah anda jika berniat mempelajari kebatinan dan spiritual.
Tetapi jika anda terlalu khusyuk menghayati, sehingga kemudian anda merasakan bergetar kencang di seluruh tubuh, sebaiknya segera dihentikan, jangan sampai kemudian menjadi tidak terkendali dan roh anda merogoh sukma, lepas kontrol diluar kemauan anda. Sebaiknya jangan melakukan rogoh sukma tanpa bimbingan dan pendampingan seorang guru yang benar mengerti keilmuannya.

Di bawah ini adalah beberapa contoh amalan gaib kebatinan kejawen yang sudah umum dilakukan oleh mereka yang menggeluti dunia kesaktian atau kebatinan jawa yang kegaibannya berasal dari sukma (roh pancer dan sedulur papat) seseorang :

 1.

 Marwati Kakang Kawah Adi Ari-Ari  …… (sebutkan nama anda)
 Kadhangku kang lahir bareng sedino lan
 
Kadhangku kang lahir bareng sewengi
 Sang rojo bardah ingsun
 Ingsun arso ……..  (sebutkan apa yang akan anda lakukan / inginkan)
 Ewang-ewangono ingsun.


Amalan di atas tujuan sugestinya adalah untuk mengajak roh sedulur papat melakukan suatu perbuatan bersama-sama (perbuatan / pekerjaan yang dianggap penting), sehingga kegaibannya atau tingkat keberhasilannya menjadi lebih tinggi dibanding jika hanya dilakukan sendirian. Amalan tersebut di atas juga dapat dilakukan sebagai tambahan usaha untuk terkabulnya suatu keinginan khusus yang dilakukan dengan berpuasa weton untuk memperkuat kegaiban dari lakunya (baca : Laku Prihatin dan Tirakat).

 2.
 Sukma ingsun sukma sejati
 Sukma sejatining urip
 Urip sejatining manungsa
 Tiluhur tak usap dampal
 Di tengah puser udel
 Serbudi aptoroso diroso keno kuoso
 Ya Alloh kul goib kulo nyuwun ijin
 Ya Alloh kulo nyuwun kekuatan
 Ya Alloh kulo nyuwun kesaktian
 Ya Alloh kulo nyuwun kegaiban Ya Alloh kulo nyuwun ..............
 Mugi-mugi Alloh kul goib ngabulaken panyuwun kulo
 Hong wilaheng sekare bahwono langgeng (3x)

Amalan di atas tujuan sugestinya adalah untuk memohonkan terkabulnya suatu keinginan, selain permohonan kepada Tuhan, kegaiban sukma orang ybs juga akan membantu mewujudkan keinginan itu, tetapi secara umum sugesti di atas, yang bersifat kebatinan, akan dapat membangkitkan kemampuan kegaiban dan kebatinan seseorang, mengantarkan seseorang menjadi linuwih dan waskita secara kebatinan.

 3.
 Sun matek ajiku Lembu Sekilan
 Hawa, geni, banyu, angin lan lemah
 Kakang Kawah, Adi Ari-ari, Getih lan Puser
 Yo Aku Sang Ratu Jagad, Sang Ratu Berang Putih
 Dulur bathin, kanak bathin, Papat Kalima Pancer

 (paling sedikit dibaca 3x, masing-masing dengan menahan nafas).

Amalan di atas tujuan sugestinya adalah untuk kekuatan badan, kekuatan pukulan dan kekuatan menahan pukulan (tahan pukul). Sugestinya adalah untuk menjadikan tubuh padat dengan energi dan energinya juga tebal mengisi dan melindungi si manusia ybs.

Amalan kebatinan di atas sugestinya adalah untuk menggerakkan kekuatan sukma pelakunya. Kekuatan gaibnya berasal dari energi kanuragan dan tenaga dalam, energi kekuatan alam dan kekuatan roh dan kebatinan si manusia ybs, yang semuanya menyatu menjadi kekuatan sukma.

Dalam mewirid amalan di atas dilakukan sambil menahan nafas dan badan / tangan dikeraskan (atau dengan membuat gerakan-gerakan untuk kekuatan badan dan pukulan). Jika penghayatan anda benar, anda akan dapat merasakan bulu kuduk atau seluruh tubuh anda meremang yang adalah reaksi dari roh pancer dan sedulur papat anda yang tersugesti oleh amalan gaib anda, sesudahnya anda akan merasakan tubuh anda segar bertenaga.

Cara di atas baik untuk menyatukan semua energi yang pernah dihimpun, baik energi dari kekuatan kebatinan, energi dari kanuragan dan tenaga dalam atau energi hasil olahan meditasi dan energi atau dari hasil penghayatan kebatinan dalam keagamaan, disatukan dengan kekuatan sugesti kebatinan, menyatu menjadi kekuatan sukma.

 4.
 Watu tego banyu pertiwi
 Wesi tego banyu pertiwi
 Kayu tego banyu pertiwi
 Tanpo nyowo tanpo sukmo
 Lipa lipuk empuk dadi kapuk
 Santek pandelong landawek landawed

 (paling sedikit dibaca 3x, masing-masing dengan menahan nafas).

Amalan di atas tujuan sugestinya adalah untuk kekuatan tangan, misalnya untuk meremas atau membengkokkan sebuah benda, benda yang semula keras akan menjadi lebih lunak. Dalam mewirid amalan di atas dilakukan sambil menahan nafas dan tangan mengepal dikeraskan. Dalam mempraktekkannya, sambil menahan nafas amalan itu dibaca, sesudahnya ketika meremas sebuah benda nafas dihembuskan kencang lewat hidung sambil mengalirkan tenaga ke tangan.



Amalan-amalan kebatinan jawa di atas adalah bersifat kebatinan, karena itu dalam mengamalkannya juga harus dengan sugesti kebatinan, sugestinya diucapkan di dalam hati dan ditujukan ke dalam diri sendiri, untuk membangkitkan inner power, yaitu kekuatan roh / sukma.

Amalan-amalan kebatinan jawa di atas akan baik sekali jika diwirid dalam keadaan berpuasa dan dilakukan secara rutin untuk menjaga supaya kegaibannya tidak melemah. Jika anda juga mempunyai khodam pendamping, keberadaannya akan menambah kekuatan kegaiban anda.



 Sukma Sedulur Papat yang Terpisah
Dalam kesempatan ini Penulis ingin mengungkapkan suatu rahasia yang jarang sekali orang mengetahui, termasuk para pelaku dan praktisi kebatinan sekalipun, yaitu tentang terpisahnya 2 roh sedulur papat. Awalnya pengetahuan ini Penulis dapatkan dari seorang teman bernama Puntadewa, yang kemudian Penulis pelajari sendiri, sehingga kemudian Penulis dapat menemukan kebenarannya dan mengembangkannya menjadi pengetahuan yang lebih lengkap. Terima kasih Punta !
Semasa manusia masih hidup, roh / sukma manusia terdiri dari Pancer dan Para Sedulur Papat, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh menyatu, mereka terpisah. Setelah si manusia meninggal, Pancer dan para Sedulur Papat menyatu menjadi satu, membentuk satu sukma roh manusia dan berpindah dari jasadnya semula ke alam gaib, yang kemudian disebut arwah. 
Sedulur papat kita itu mempunyai sebutan Kakang Kawah (paling tua), Adi Ari-ari (paling muda), Getih (darah), dan Pusar, sedangkan kita sendiri disebut Pancer. Artinya, para sedulur kita itu keberadaannya mengikuti kita sebagai Pancer.  Jadi sudah seharusnyalah semua sedulur papat kita itu menyatu bersama kita yang adalah pancer.
Kenyataannya, ada 2 sedulur kita yang tidak bersama kita, yaitu Kakang Kawah dan Adi Ari-ari. Mereka berada di tempat ari-ari kita berada (atau di makam ari-ari bila ari-ari kita dulu dimakamkan). Artinya sedulur yang bersama dengan kita hanya 2, bukan 4. Sedulur yang bersama kita adalah Getih dan Pusar, yang terpisah adalah Kakang Kawah dan Adi Ari-ari.
Secara alami keberadaan roh sedulur papat yang bersama kita posisinya menyatu, sehingga akan tampak sebagai 1 sosok gaib yang mirip dengan kita. Bila kita mampu melihat sosok roh sedulur papat dan mampu memecah mereka, maka yang akan tampak hanyalah 2 sosok gaib yang mirip dengan kita, bukan 4.
Secara alami, ke 2 saudara yang terpisah tersebut akan menyatu dengan pancer pada saat seseorang meninggal dunia. Artinya, ke 2 saudara tersebut akan menyatu dengan 2 saudara lain yang sudah bersama pancer, kemudian mereka bersama-sama menyatu dengan pancer sehingga menjadi satu sukma (sukma / roh orang yang sudah meninggal). 
Dengan kata lain, pada saat seseorang masih hidup di dunia, di dalam tubuhnya ada 3 roh yang menjadi satu kesatuan, yaitu Pancer dan 2 Sedulur (Getih dan Pusar). Setelah orang tersebut meninggal dunia, maka roh Kakang Kawah dan Adi Ari-ari akan datang menyatu dengan roh orang tersebut, sehingga menjadi satu kesatuan roh Pancer dan Sedulur Papat, yang kemudian disebut arwah.
Sekalipun mereka terpisah, tetapi sebenarnya mereka selalu melakukan kontak batin (komunikasi). Kita sendiri dapat merasakannya bila kita mengerti. Kita akan mendapatkan sinyal dari sedulur yang terpisah tersebut biasanya melalui mimpi. Kerap terjadi di dalam mimpi kita, suasananya adalah seperti kita ada di masa lalu atau masa kecil atau kita bertemu dengan orang-orang yang kita kenal pada masa lalu. Ini adalah memori yang dikirimkan oleh roh sedulur papat tersebut. Bila di dalam mimpi tersebut kita bertemu dengan orang-orang tua yang tidak kita kenal, mungkin itu adalah pemberitahuan bahwa ada roh leluhur kita yang mengunjungi kita, atau adanya roh leluhur yang datang mengunjungi roh sedulur kita yang terpisah itu. 
Satu hal yang harus lebih kita perhatikan adalah bila kita sering sekali bermimpi buruk bertemu atau dikejar-kejar setan. Seringkali ini bukanlah mimpi biasa, tetapi merupakan sinyal pemberitahuan bahwa kita atau roh kita yang terpisah itu sedang diganggu oleh suatu sosok mahluk halus.

Penyatuan ke lima roh tersebut di atas (Pancer dan Sedulur Papat) dapat dilakukan tanpa harus menunggu seseorang meninggal dunia terlebih dahulu. Namun diperlukan suatu proses ritual tertentu untuk mengembalikan 2 sedulur kita yang terpisah itu agar bisa menyatu kembali dengan kita. Ketika 2 sedulur kita yang terpisah itu sudah menyatu kembali dengan kita, bila penyatuan itu terjadi pada saat kita sadar (tidak dalam kondisi tidur) awalnya biasanya kita akan merasakan kepala terasa pusing dan berat, tetapi hanya sebentar, sesudah itu kita akan merasa lebih sehat dan tubuh terasa lebih padat bertenaga. Rasa pusing dan berat di kepala itu adalah karena tubuh kita ketambahan energi dari menyatunya roh sedulur papat tersebut yang semula terpisah. Ritual ini perlu dilakukan, terutama untuk mereka yang tubuhnya lemah atau sering sakit-sakitan dan yang sering sekali bermimpi buruk bertemu atau dikejar-kejar setan. 
Sudah umum bila anak-anak kerap menangis rewel atau sakit demam / panas. Bila sakitnya dimulai pada hari Selasa atau malam Selasa, atau pada hari weton kelahirannya, bisa jadi sakitnya bukanlah sakit biasa. Mungkin saja sakitnya itu disebabkan oleh adanya gangguan gaib atau sebab lain yang berhubungan dengan gaib. Bisa juga sakitnya disebabkan oleh sukmanya yang sedang lemah. Bisa dicoba mengobatinya dengan sarana bunga kantil atau kenanga atau melati putih (yang merupakan unsur dari kembang telon). Caranya adalah dengan mendekatkan bunga tersebut ke hidung si anak (ketika sedang tidur), sehingga si anak bisa mencium bau harum bunga tersebut. Cara lainnya adalah dengan pembersihan gaib menggunakan kekuatan gaib dari pusaka, jimat atau benda-benda bertuah lain (baca: Benda-benda Bertuah Lain dan Pembersihan Gaib 1).
Kondisi seseorang atau anak kecil yang mudah sakit-sakitan, mungkin saja sakitnya itu tidak berasal dari lemahnya kondisi tubuhnya. Penulis beberapa kali mendapati seseorang yang kondisi tubuhnya mudah sakit-sakitan yang ternyata asalnya adalah dari kondisi sukmanya yang terganggu. Ke 2 sukma sedulur-nya yang terpisah ternyata disandera dan disakiti oleh sejenis mahluk jin. Setiap siksaan itu terjadi, maka orang tersebut akan jatuh sakit atau merasakan tubuhnya sakit. Setelah ke 2 sukma tersebut berhasil dibebaskan, ditarik dan disatukan ke dalam tubuhnya, kondisinya berangsur membaik. Jauh lebih baik daripada sebelumnya.

Secara medis kita akan menilai kondisi kesehatan tubuh kita secara medis.
Tetapi secara kebatinan dan spiritual dimengerti bahwa kondisi kesehatan kita bukan hanya semata-mata yang bersifat medis, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi sukma dan kegaiban lain.

Secara umum kondisi sukma manusia adalah lemah, bahkan masih lebih lemah dibanding sosok kuntilanak yang di alam gaib termasuk jenis yang paling lemah, sehingga sekuat apapun fisiknya, orang akan mudah untuk dipengaruhi atau diserang secara gaib, juga gampang mengalami kesambet. Sukma itu akan kuat jika orang itu menjalankan laku yang efeknya memperkuat sukma.

Kondisi sukma yang lemah pada anak-anak akan menyebabkannya sering sakit panas, terutama pada hari Selasa atau malam Selasa dan pada hari weton kelahirannya. Di Jawa, pada masyarakat yang masih memahami kejawen, kondisi ini sudah dimengerti bahwa sakit anak itu bukanlah sakit biasa, bisa jadi sakitnya adalah karena sukmanya yang lemah atau sakitnya karena ada gangguan mahluk halus.

Kondisi sukma yang lemah pada orang dewasa biasanya tidak menyebabkannya sering sakit panas. Tetapi jika orang dewasa sering merasakan badannya demam meriang atau tubuhnya sakit-sakit, apalagi sering terjadi pada hari weton kelahirannya, jika sakitnya adalah karena unsur kegaiban, kemungkinan besar penyebabnya adalah kondisi sedulur papatnya yang disandera / disakiti oleh mahluk halus lain. Jika ini yang terjadi maka harus diupayakan pembersihan gaib untuk membebaskan roh sedulur papatnya tersebut dan menyatukannya kembali kepada dirinya.

Dalam masyarakat Jawa ada kepercayaan dan tradisi melakukan semacam ritual, puasa dan doa dan memberi sesaji untuk sedulur papat, misalnya ritual wetonan, dengan sesaji bubur merah-putih, atau jajan pasar, mandi kembang, atau memberi kembang di makam ari-ari anak, dsb. Tradisi ini baik sekali bila dilakukan, supaya sukma orang yang bersangkutan terpelihara, sehat secara kejiwaan, sehat tubuhnya tidak mudah sakit-sakitan, dan lancar dalam segala urusannya. Tetapi ritual ini masih belum dapat mengembalikan sedulur papat yang terpisah tersebut di atas.

Bagi yang ingin mencoba sendiri ritual mengembalikan 2 roh sedulur yang terpisah tersebut dapat dicoba cara sederhana berikut. Cara ini bisa untuk diri sendiri ataupun untuk anak kita. 1. Misalnya ritual ditujukan untuk sedulur papat kita yang lahir pada hari Kamis Pahing, sebagai berikut : Pada malam hari weton kelahiran kita (Rabu malam), siapkan sesaji kembang tujuh rupa. Dengan dasar daun pisang, letakkan di atas piring atau mangkok (jangan piring / mangkok plastik atau kaleng). Piring ini terbaik diletakkan di makam ari-ari kita, tetapi bisa juga di kamar kita sendiri dekat dengan tempat kita tidur, sambil kita berdoa niat ditujukan kepada ari-ari atau roh kita :
(sebaiknya doa niat ini dibacakan beberapa kali untuk menguatkan sugesti kita)

  " Para saudara kembar sedulur papat-ku yang terpisah,
    dengan puasa dan doa ini saya bermaksud mengundang kamu semua untuk kembali kepada saya,
    kembali menyatu dengan sukma saya,
    supaya kembali satu menjadi sempurna seperti yang seharusnya.
    Saking kersaning Allah ".

Tambahkan juga doa sugesti : " Beritahukanlah juga kepada saya di dalam mimpi ".


2. Misalnya ritual ditujukan untuk sedulur papat anak kita yang lahir pada hari Kamis Pahing, sebagai berikut :

Pada malam hari weton kelahirannya (Rabu malam), siapkan sesaji kembang tujuh rupa. Dengan dasar daun pisang, letakkan di atas piring atau mangkok (jangan piring / mangkok plastik atau kaleng). Piring ini terbaik diletakkan di makam ari-arinya, tetapi bisa juga di kamarnya dekat dengan tempat tidurnya, sambil kita berdoa niat ditujukan kepada ari-ari atau roh anak itu :
(sebaiknya doa niat ini dibacakan beberapa kali untuk menguatkan sugesti kita)

  " Para saudara kembar sedulur papat anakku yang terpisah,
    dengan puasa dan doa ini saya bermaksud mengundang kamu semua untuk kembali kepada anak saya,
    kembali menyatu dengan sukmanya,
    supaya kembali satu menjadi sempurna seperti yang seharusnya.
    Saking kersaning Allah "
. Tambahkan juga doa sugesti : " Beritahukanlah juga kepada saya di dalam mimpi ".


Selama hari weton Kamis Pahing itu kita berpuasa penuh sehari semalam (dimulai hari Rabu jam 5 sore sampai hari Kamis jam 5 sore) dan berdoa untuk menguatkan sugesti permohonan kita. Untuk kesempurnaan penyatuan roh-roh sedulur papat dan pancer, setelah selesainya proses ritual tersebut kita melakukan mandi kembang telon atau kembang tujuh rupa (jika ritual itu untuk anak kita, maka anak kita yang dimandikan kembang).
Biasanya kita akan mendapatkan tanda tentang keberhasilan atau pun halangan yang ada dalam penyatuan tersebut di dalam mimpi kita. Mudah-mudahan kita tidak lupa dengan isi mimpi kita itu dan dapat menerjemahkan maksudnya. Seandainya pun kita tidak mendapatkan tandanya lewat mimpi, atau kita lupa dengan isi mimpi kita, kita dapat memperkirakan berhasil / tidaknya usaha kita itu dengan memperhatikan efek perubahan pada diri kita (atau pada anak kita).

Dalam hal roh sedulur papat yang terpisah tersebut ternyata disandera oleh roh halus lain, sehingga tidak dapat melepaskan dirinya untuk menyatu dengan sukma pancernya, maka diperlukan kekuatan gaib lain yang lebih kuat, misalnya menggunakan kekuatan gaib dari pusaka, jimat atau benda-benda bertuah lain atau khodam pendamping, untuk melepaskan mereka dari penyanderaan  (baca: Benda-benda Bertuah Lain) , atau bisa juga kita mencari petunjuk dengan cara seperti dalam tulisan  Ilmu Tayuh / Menayuh Keris.

(Mengenai laku-laku puasa dan sifat perhitungan hari menurut kalender jawa dapat dibaca di :  Laku Prihatin dan Tirakat ).



---------------------------

                       www.nur-maunah.blogspot.com



  >>>  Aku dan Guru Sejati

 
Silakan kirimkan via email ke:  hikmatul.ilmi@gmail.com   untuk menyampaikan pendapat / komentar dan cerita-cerita atau pengalaman anda untuk dapat dimuat di forum ini.

Hari Baik - Hari Buruk

Hari Baik - Hari Buruk




Dalam kehidupan masyarakat Jawa yang masih memegang budaya dan kepercayaan tradisional dikenal adanya istilah ‘hari baik’ dan ‘hari buruk’. Maksudnya, ada suatu kepercayaan bahwa hari-hari dalam kehidupan manusia mempunyai pengaruh kegaiban tertentu bagi manusia, ada yang pengaruhnya baik, ada yang pengaruhnya buruk, dan pengaruh tersebut dapat berpengaruh terhadap kehidupan manusia secara jangka panjang. Dalam melakukan sesuatu perbuatan yang bersifat penting, biasanya orang jawa akan menyesuaikan waktu dan hari pelaksanaannya, supaya hasilnya baik seperti yang diharapkan dan tidak ada nasib buruk yang dialami di belakang hari. Misalnya, yang akan pindah rumah atau bepergian jauh akan menghindari hari Jum'at dan Sabtu, karena hari Jum'at banyak yang rusuh, banyak masalah, banyak pertengkaran dan perselisihan, dan hari Sabtu banyak naas, nasib buruk dan musibah.
Ada juga dalam budaya Jawa konsep ilmu petungan (perhitungan), yang melibatkan alam pemikiran makro dan mikrokosmos, jagad gedhe dan cilik, alam semesta dan diri manusia. Petungan bukan dibuat atas dasar tahayul, tetapi atas dasar titen, yaitu mengamati dan memahami alam, sehingga muncullah konsep pranata mangsa, ilmu tentang ramalan cuaca (perilaku alam), yang sehari-harinya banyak digunakan sebagai patokan hari untuk rencana menanam padi dan panenan.

Sifat-sifat hari yang akan disebut di bawah ini bersifat tidak mutlak, karena dipengaruhi juga oleh hari pasaran (pon, pahing, wage, legi dan kliwon), jam (pagi, siang, malam), dan wukunya (mingguannya), bulannya, dsb. Tetapi Penulis tidak akan menuliskan tentang pengaruh lainnya itu, karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang itu. Kami juga tidak akan membahas lebih daripada tulisan ini, misalnya tentang perjodohan, dsb.
Sebagai catatan, dalam penanggalan Jawa, hari dimulai pada pukul 5 sore hari sebelumnya dan akan berakhir pada pukul 5 sore hari yang bersangkutan.
Jadi, batas suatu hari adalah pk.5 sore, dan mulainya hari adalah hari sebelumnya pk.5 sore.
Berarti hari Senin dimulai pada hari sebelumnya (
Minggu) pk.5 sore dan berakhir pada hari Senin tersebut pk.5 sore.
Hari Senin itu pada pk.6 sore (mahgrib) sudah terhitung sebagai hari Selasa, karena sudah melewati batas hari Senin pk.5 sore.
Hitungan hari mulai berlakunya pengaruh hari menurut penanggalan jawa ini, tidak semata-mata secara formal ditentukan oleh hari atau tanggal di dalam penanggalan jawa, tetapi terutama ditentukan oleh suasana batin yang mengsugesti orang-orang yang bersangkutan. 
Misalnya, hari seseorang memulai usaha warung / toko tidak semata-mata ditentukan oleh hari saat seseorang mengisi tokonya dengan barang-barang dagangan atau hari saat pertama membuka tokonya. Tetapi lebih ditentukan oleh suasana batin kapan orang tersebut merasa mulai berdagang atau berjualan.
Begitu juga dengan perkawinan, tidak semata-mata ditentukan oleh hari saat seseorang melamar, ijab kabul atau hari resepsi perkawinannya. Tetapi lebih ditentukan oleh suasana batin kapan orang-orang tersebut merasa telah resmi menjadi suami-istri.

Hari seseorang pindah rumah tidak ditentukan saat seseorang memindahkan barang-barang lamanya ke rumahnya yang baru atau hari saat pertama dia tidur di rumahnya yang baru. Tetapi lebih ditentukan oleh suasana batin kapan orang tersebut merasa sudah pindah ke rumahnya yang baru. Biasanya dimulai saat perlengkapan tidur sudah dipindahkan, sudah tidur di rumahnya yang baru, sudah merasa pindah ke rumah yang baru dan tidak lagi memikirkan rumah yang lama.
Pengaruh hitungan hari menurut penanggalan jawa ini berlaku untuk orang Jawa di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan orang Bali di pulau Bali. Untuk masa sekarang, orang Jawa yang sudah tidak tinggal di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan orang Bali yang sudah tidak tinggal di Bali, pengaruhnya terhadap mereka sedikit (masih berpengaruh tetapi kadarnya kecil). Tetapi bila mereka masih meyakininya di dalam hatinya, maka pengaruhnya terhadap mereka tetap besar, karena mereka meng-sugesti dirinya begitu.

 Watak Hari untuk memulai usaha / kegiatan :

  Hari Senin    :  hari yang baik untuk semua keperluan.
  Hari Selasa   :  awalnya baik, tetapi hal-hal yang baik waktunya pendek, yang tidak baik lebih panjang.
  Hari Rabu      :  baik untuk semua keperluan, tetapi tidak sebaik hari Senin.
  Hari Kamis    :  hari yang keras. Usaha dan perkawinan akan banyak kesulitannya.
  Hari Jum’at   :  hari yang ‘panas’.  Usaha dan perkawinan akan banyak gangguan dan keributan /                                               pertengkaran / perselisihan dan sakit hati.
  Hari Sabtu    :  hari yang berat untuk semua urusan. Usaha dan perkawinan akan banyak kesulitan, penyakit,                              naas, kecelakaan, musibah, dsb.
  Hari Minggu  :  hari yang netral untuk semua urusan.

Sebaiknya memulai usaha tidak dilakukan pada malam hari, karena banyak pengaruh jeleknya. Hari masih malam, belum waktunya bekerja. Akan banyak mendapatkan halangan dan kesulitan. Seringkali walaupun sudah berusaha keras, hasil yang didapat tidak sebanding dengan kerasnya usahanya.
Sebaiknya memulai usaha dilakukan pada pagi hari, karena banyak pengaruh energi positif, sehingga usaha dan pekerjaan dapat berjalan lebih lancar.
Usaha yang dimulai pada siang hari akan lebih banyak mendapatkan kesulitan dan halangan dibanding pagi hari.
Usaha yang dimulai pada sore hari akan lebih banyak lagi mendapatkan kesulitan dan halangan dibanding siang hari.
Bulan Besar atau Bulan Haji adalah bulan yang paling baik untuk semua keperluan, untuk memulai usaha, pindah rumah atau pun perkawinan.
Bulan Sura (Suro) adalah bulan yang paling  tidak baik  untuk semua keperluan, untuk memulai usaha, pindah rumah atau pun perkawinan. Paling baik digunakan untuk upaya bersih diri dan lingkungan.
Bulan Maulid adalah bulan yang paling baik untuk semua keperluan yang bersifat sakral, untuk ritual pembersihan diri, ritual syukuran, ritual bersih desa, ruwatan nasib / sengkala, menjamas keris, mandi kembang, berziarah, dsb.

 Watak Hari Kelahiran :
 Hari Senin :
     Dibanding hari kelahiran lainnya, yang lahir pada hari Senin lebih mudah dan lebih lancar dalam semua
     urusan-urusannya. Lebih banyak peruntungannya dan banyak hal-hal baik yang sifatnya kebetulan.

 Hari Selasa
     Banyak peruntungannya. Tetapi hal-hal yang baik dalam hidupnya pada mulanya banyak, lebih banyak
     daripada orang lain, tetapi pada akhirnya banyak kemalangan atau nasib jelek. Banyak susahnya daripada
     senangnya. Awalannya baik, tetapi semua yang baik waktunya pendek, yang kurang baik lebih panjang.
     Kalau sedang bernasib baik, jangan membuat tindakan yang menyebabkan peruntungannya menjadi jelek.

 Hari Rabu :
     Lancar dalam semua urusan-urusannya, tetapi tidak sebaik kelahiran hari Senin.
     Lebih cocok bila bekerjanya mengikut kepada orang lain (menjadi karyawan / pegawai).

 Hari Kamis :
     Yang lahir pada hari Kamis harus lebih banyak bekerja keras, supaya apa yang diusahakan dapat mencapai
     hasil seperti yang diinginkan, karena banyak kesulitannya, terutama dari lingkungannya.

 Hari Jum’at :
     Berwatak ‘panas’, cerewet.  Hidupnya banyak "urusan". Tetapi urusan rejeki juga banyak peluangnya.
     Harus pintar menjaga hubungan dengan orang lain, karena watak panas anda akan dapat menjadi batu
     sandungan.

 Hari Sabtu :
     Berwatak keras. Hidupnya berat dan keras dalam semua urusan. Banyak kesulitan dan nasib jelek.
     Banyak hambatan dari lingkungan. Harus lebih banyak bekerja keras, karena walaupun sudah bekerja keras,
     kadangkala hasilnya tidak sebaik yang diinginkan.

 Hari Minggu :
     Netral dalam semua urusan. Kalau bekerja keras, hasil yang didapat akan sesuai dengan yang diinginkan.


Orang yang lahir pada pagi hari biasanya kehidupannya lebih lancar, tidak banyak mendapatkan halangan dan kesulitan dalam urusan-urusannya.

Orang yang lahir pada siang hari biasanya kehidupannya lebih banyak mendapatkan halangan dan kesulitan, dibanding kelahiran pagi hari, terutama dari lingkungannya berada.
Orang yang lahir pada sore hari biasanya kehidupannya lebih banyak lagi mendapatkan halangan dan kesulitan, terutama dari lingkungannya berada. Harus lebih keras berusaha.
Orang yang lahir pada malam hari biasanya kehidupannya lebih banyak mendapatkan halangan dan kesulitan. Harus bekerja lebih keras. Seringkali walaupun sudah berusaha keras, hasil yang didapat tidak sebanding dengan kerasnya usahanya. Tetapi yang lahir pada malam hari biasanya memiliki insting, intuisi dan kepekaan batin yang lebih, dibanding yang lahir pada waktu lain yang berbeda.

Sifat-sifat hari yang disebut di atas bersifat tidak mutlak, karena dipengaruhi juga oleh hari pasaran (pon, pahing, wage, legi dan kliwon), jam kelahiran (pagi, siang, malam), dan wukunya (mingguannya), bulannya, dsb.
Tulisan tentang watak dan karakter orang berdasarkan hari-hari kelahiran di atas dimaksudkan sebagai pengetahuan, untuk lebih bisa mengetahui potensi dan "hoki" diri sendiri untuk bisa meningkatkan kebaikan hidup. Begitu juga bagi yang kadang merasakan beban berat / kesialan dalam hidupnya, atau cocok mengalami seperti hitungan hari di atas (kebetulan saja cocok), supaya dapat menerima bahwa itulah tantangan hidup yang harus dijalani, supaya lebih keras lagi berusaha dan tidak kesal hati atau putus asa.
Jika sedang bernasib baik, maksimalkan hasil usahanya dan jangan melakukan kesalahan atau tindakan yang dapat menyebabkan peruntungan menjadi jelek. Jika sedang bernasib jelek, jangan kesal hati atau putus asa, usahakan lagi pada hari lain yang lebih baik.
Ini juga menjadi petuah. Bagi yang peruntungannya lebih baik daripada orang lain, janganlah sombong dan takabur, karena peruntungan dan nasib baik anda bersifat karunia (given), bukan prestasi anda. Anda hanya menjalani saja kemudahan hidup yang diberikan untuk anda. Bagi yang peruntungannya kurang baik dibandingkan orang lain, janganlah kesal hati dan hilang semangat, walaupun usaha dan kerja keras anda seringkali hasilnya tidak sesuai dengan yang seharusnya anda dapatkan. Itu adalah tantangan hidup untuk diperjuangkan.


 Latar Belakang Kegaiban Hari
Di dalam kehidupan mahluk halus, banyak di antara mereka yang hidup di dalam suatu komunitas tertentu yang memiliki pemimpin sebagai raja atau sosok penguasa di dalam komunitas tersebut. Para penguasa itu memiliki rakyat atau bawahan yang harus melaksanakan semua perintah pemimpinnya.  Bila perintah sang penguasa tidak dapat dilaksanakan, maka hukuman akan menanti mereka. Pancaran aura energi dari suasana batin para mahluk halus itulah yang mempengaruhi manusia secara fisik maupun psikologis dan pengaruhnya itu dapat berdampak jangka panjang, karena aura energi tersebut akan menyatu dengan aura sukma manusia.
Biasanya aktivitas mereka dalam menjalankan tugasnya dimulai pada hari Senin pagi dan diakhiri pada hari Jum’at sore.
Pada hari Senin pagi mereka 'turun ke lapangan'. Mereka bersemangat. Mereka memancarkan aura yang baik bagi manusia.
Pada hari Selasa ada saja yang merasa kesal, mungkin karena pada hari Senin ada usaha mereka yang tidak berhasil. Banyak di antara mereka yang memancarkan aura yang tidak baik bagi manusia.
Pada hari Rabu kondisi kembali tenang.
Pada hari Kamis mereka sudah harus bergegas menyelesaikan tugasnya, karena batas waktunya semakin pendek. Mereka harus bisa mengatasi halangan dan hambatan pekerjaannya. Mereka memancarkan hawa aura yang keras secara psikologi manusia.
Pada hari Jum’at banyak di antara mereka yang marah dan panik, karena tugasnya belum selesai, sedangkan pada sore hari mereka harus kembali ke komunitasnya. Mereka memancarkan hawa yang panas bagi psikologi manusia, menyebabkan manusia mudah marah, benci dan bertengkar / rusuh.
Hari Sabtu adalah hari terakhir mereka di ‘lapangan’. Selesai atau tidak selesai pekerjaan mereka, pada sore harinya mereka harus kembali ke komunitasnya. Hukuman sudah menunggu mereka, apalagi bila tugasnya tidak selesai. Mereka diliputi rasa marah, putus asa, kebencian, ingin mengamuk, dsb, apalagi bila melihat ada mahluk halus lain atau manusia yang bersenang-senang, atau menyelenggarakan hajatan, bepergian, dsb. Pada hari Sabtu itu mereka memancarkan hawa yang berat secara psikologi manusia, hawa penyakit dan kematian, kesialan, nasib jelek, keputus-asaan, dsb.  Bila bertemu dengan manusia yang sedang bepergian dengan berkendaraan, atau bersenang-senang di jalan, mungkin saja dengan sengaja mereka akan mencelakakannya.
Pada hari Minggu mereka sudah bebas dari semua urusan pekerjaan.

Bila kekuatan aura batin manusia cukup kuat, maka pengaruh pancaran aura para mahluk halus tersebut hanya akan berdampak kecil. Sebaliknya, bila kekuatan aura batin manusia lemah, maka pengaruh pancaran aura para mahluk halus tersebut akan berdampak dominan dalam kehidupan manusia yang bersangkutan.
Tetapi aura batin seseorang kuat ataupun lemah, seandainya dalam kehidupannya tidak dapat merubah pengaruh aura energi negatif menjadi positif, misalnya seseorang larut dalam kekesalan, marah, stress, depresi, atau larut dalam permasalahan hidup, dsb, maka kekuatan batinnya itu justru akan memperparah ke-negatif-an dalam dirinya, sehingga jalan hidupnya akan semakin buruk dan terpuruk, sedikit peruntungannya, banyak kesulitan, dan sulit untuk memperbaiki derajat.
Pengaruh negatif dari pancaran aura batin dan aura mahluk halus tersebut dapat dicoba diakali dengan suatu laku untuk membersihkan aura batin. Misalnya diawali dengan mandi keramas, kemudian berendam / mandi kembang telon / kembang tujuh rupa. Dilakukan dengan guyuran dari atas kepala hingga basah seluruh tubuh. Dengan cara ini diupayakan supaya aura dari kembang-kembang tersebut menyelaraskan aura-aura negatif di dalam tubuh agar menjadi positif. Berguna untuk membantu mempermudah jalan hidup, membuang kesulitan-kesulitan yang berasal dari aura negatif di dalam tubuh.
Sarana mandi kembang ini juga dapat membersihkan pancaran aura tubuh dan membuatnya lebih bercahaya. Kembang yang digunakan haruslah yang masih berbau harum dan masih segar, belum layu, apalagi kering. Laku ini dapat dilengkapi dengan laku-laku lain yang berguna untuk memperkuat aura positif seseorang dan membuat hidup lebih 'keberkahan'.
Jangan lupa baca doa niat :
    Ya Allah

    Niat saya mandi kembang untuk membersihkan diri saya dari pengaruh dan hal-hal negatif dalam diri saya
    dan untuk ...........................
    Mudah-mudahan Tuhan menolong saya / Saking Kersaning Allah
    Amin.



-----------------------




                 www.nur-maunah.blogspot.com


 
Silakan kirimkan via email ke:  hikmatul.ilmi@gmail.com untuk menyampaikan pendapat / komentar dan cerita-cerita atau pengalaman anda untuk dapat dimuat di forum ini.

Laku Prihatin dan Tirakat

Laku Prihatin dan Tirakat



Kebatinan adalah sesuatu yang dirasakan manusia pada batin yang paling dalam, dan terjadi pada siapa saja, termasuk pada orang-orang yang sangat tekun dan murni dalam agamanya, karena setiap agama pun mengajarkan juga tentang apa yang dirasakan hati dan batin, mengajarkan untuk selalu membersihkan hati, bagaimana harus berpikir dan bersikap, dsb. Dalam masing-masing firman dan sabda terkandung makna kebatinan yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Bahkan panggilan yang dirasakan seseorang untuk beribadah, itu juga batin. Dan di dalam batin tersimpan sebuah kekuatan yang besar jika dilatih dan diolah. Kekuatan batin menjadi kekuatan hati dalam menjalani hidup dan memperkuat keimanan seseorang.

Ajaran kebatinan kejawen pada dasarnya adalah pemahaman dan penghayatan kepercayaan orang Jawa terhadap Tuhan.  Kejawen atau Kejawaan (ke-jawi-an) dalam pandangan umum berisi kesenian, budaya, tradisi, ritual, sikap serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen mencerminkan spiritualitas orang Jawa. Ajaran kejawen tidak terpaku pada aturan yang formal seperti dalam agama, tetapi menekankan pada konsep “keseimbangan dan keharmonisan hidup”.  Kebatinan Jawa merupakan tradisi dan warisan budaya leluhur sejak jaman kerajaan purba, jauh sebelum hadirnya agama-agama di pulau Jawa, yang pada prakteknya, selain berisi ajaran-ajaran budi pekerti, juga diwarnai ritual-ritual kepercayaan dan ritual-ritual yang berbau mistik.

Secara kebatinan dan spiritual dipahami bahwa kehidupan manusia di alam ini hanyalah sementara saja, yang pada akhirnya nanti semua orang akan kembali lagi kepada Sang Pencipta. Manusia, bila hanya sendiri, adalah bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, lemah dan fana. Karena itulah manusia harus bersandar kepada kekuatan dan kekuasaan yang lebih tinggi (roh-roh dan Tuhan), dan beradaptasi dengan lingkungan alam dan memeliharanya, bukan melawannya, apalagi merusaknya. Lebih baik untuk menjaga sikap dan tidak membuat masalah. Memiliki sedikit lebih baik, daripada berambisi mencari ‘lebih’.  Dengan demikian idealisme kebatinan jawa menuntun manusia pada sikap menerima, sabar, rendah hati, sikap tahu diri, kesederhanaan, suka menolong, tidak serakah, tidak berfoya-foya / berhura-hura, dsb. Idealisme inilah yang menjadikan manusia hidup tenteram dan penuh rasa syukur kepada Tuhan.

Mereka terbiasa hidup sederhana dan apapun yang mereka miliki akan mereka syukuri sebagai karunia Allah.
Mereka percaya adanya 'berkah' dari roh-roh, alam dan Tuhan, dan kehidupan mereka akan lebih baik bila mereka 'keberkahan'.  Karena itu dalam budaya Jawa dikenal adanya upaya untuk selalu menjaga perilaku, kebersihan hati dan batin dan ditambah dengan laku prihatin dan tirakat supaya hidup mereka diberkahi. Mereka tekun menjalankan “laku” untuk pencerahan cipta, rasa, budi dan karsa.

Laku adalah usaha / upaya.
Prihatin adalah sikap menahan diri, menjauhi perilaku bersenang-senang enak-enakan.
Tirakat adalah usaha-usaha tertentu sebagai tambahan, untuk terkabulnya suatu keinginan.

Hakekat dan tujuan dari laku prihatin dan tirakat adalah usaha untuk menjaga agar kehidupan manusia selalu 'keberkahan', selamat dan sejahtera dalam lindungan Tuhan, agar dihindarkan dari kesulitan-kesulitan dan terkabul keinginan-keinginannya. Proses laku mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang agar selalu bersikap positif dan menjauhi hal-hal yang bersifat negatif dan tidak bijaksana, demi tercapainya tujuan hidup.

Di luar segala bentuk laku prihatin yang dijalankan manusia, ada laku lain yang sifatnya sangat mendasar, yaitu puasa hati dan batin, senantiasa menjaga sikap hati dan batin, yang dalam kesehariannya dilakukan tanpa kelihatan bentuk lakunya.

Laku prihatin yang biasa dilakukan pada dasarnya adalah :
 1.  Membersihkan hati dan batin dan membentuk hati yang tulus dan iklas.
 2.  Hidup sederhana dan tidak tamak, selalu bersyukur atas apa yang dimiliki.
 3.  Mengurangi makan dan tidur.
 4.  Tidak melulu mengejar kesenangan hidup.
 5.  Menjaga sikap eling lan waspada.

Di dalam tradisi spiritual kejawen, seorang penghayat kejawen biasa melakukan puasa dan laku prihatin dengan hitungan hari tertentu, biasanya disesuaikan dengan kalender jawa, misalnya puasa senin-kamis, wetonan, selasa kliwon, jum'at kliwon, dsb.

Puasa tersebut dimaksudkan untuk menjadikan hidup mereka lebih 'bersih' dan keberkahan, sekaligus juga bersifat kebatinan, yaitu untuk memelihara kepekaan batin dan memperkuat hubungan mereka dengan saudara kembar gaib mereka yang biasa disebut 'Sedulur Papat', sehingga puasa itu juga memelihara  'berkah'  indera keenam seperti peka firasat, peka terhadap petunjuk gaib / pertanda, peka tanda-tanda alam, dsb.

Laku prihatin pada prinsipnya adalah perbuatan sengaja untuk  menahan diri  terhadap kesenangan-kesenangan, keinginan-keinginan dan nafsu / hasrat yang tidak baik dan tidak bijaksana dalam kehidupan. Laku prihatin juga dimaksudkan sebagai upaya menggembleng diri untuk mendapatkan  'ketahanan'  jiwa dan raga dalam menghadapi gelombang-gelombang dan kesulitan hidup. Orang yang tidak biasa laku prihatin, tidak biasa menahan diri, akan merasakan beratnya menjalani laku prihatin.

Laku prihatin dapat dilihat dari sikap seseorang yang menjalani hidup ini secara tidak berlebih-lebihan. Idealnya, hidup ini dijalani secara proporsional, selaras dengan apa yang benar-benar menjadi kebutuhan hidup, dan tidak melebihi batas nilai kepantasan atau kewajaran (tidak berlebihan dan tidak pamer). Walaupun kepemilikan kebendaan seringkali dianggap sebagai ukuran kualitas dan keberhasilan hidup seseorang, dan sekalipun seseorang sudah jaya dan berkecukupan, laku prihatin dapat dilihat dari sikapnya yang menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, tidak pantas, tidak bijaksana, dan menahan diri dari perilaku konsumtif berlebihan. Menjalani laku prihatin juga tidak sama dengan menahan diri karena hidup yang serba kekurangan.

Laku prihatin melandasi perbuatan yang bermoral.


Prihatinnya Orang Miskin Harta.
Walaupun seseorang kekurangan harta, tetapi dia tidak mengisi hidupnya dengan kesedihan, rasa iri dan dengki dan tidak mengejar kekayaan dengan cara tercela. Tetap hidup sederhana sesuai kebutuhannya dan tidak menginginkan sesuatu yang bukan miliknya. Walaupun tidak dapat memenuhi keinginan kebendaan duniawi secara berlebihan, tetapi tetap menjalani hidup dengan rasa menerima dan bersyukur. Dan sekalipun menolong dan membantu orang lain, tetapi dilakukan tanpa pilih kasih dan tanpa pamrih kebendaan, dengan demikian hidupnya juga memberkahi orang lain.
Filosofinya : makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan (hewan). Urip iku mung mampir ngumbe thok.
Hidup seperlunya saja sesuai kebutuhan, bukannya mengejar / menumpuk harta atau apapun juga yang nantinya toh tidak akan dibawa mati ke dalam kubur.

Sekalipun mereka miskin harta, tetapi kaya di hati, sugih tanpa bandha. Berbeda dengan orang yang berjiwa miskin, yang sekalipun sudah berkecukupan harta, tetapi selalu merasa takut miskin, dan akan melakukan apa saja, termasuk perbuatan yang tercela, untuk terus menambah kekayaannya.

Prihatinnya Orang Kaya Harta.
Walaupun seseorang berlebihan harta, tetapi tidak mengisi hidupnya dengan kesombongan dan bermewah-mewahan. Tetap hidup sederhana sesuai kebutuhannya dan tidak memenuhi segala keinginan melebihi apa yang menjadi kebutuhan.
Seseorang yang kaya berlimpah harta, memiliki banyak benda yang bagus dan mahal harganya dan melakukan pengeluaran yang "lebih" untuk ukuran orang biasa, bukan selalu berarti tidak menjalani laku prihatin. Namun hidup yang bermewah-mewahan sama saja dengan hidup berlebih-lebihan (melebihi apa yang menjadi kebutuhan), inilah yang disebut tidak menjalani laku prihatin.
Orang kaya harta, yang selalu mengsyukuri kesejahteraannya, akan tampak dari sikap hatinya yang selalu memberi 'lebih' kepada orang-orang yang membutuhkan pemberiannya, bukan sekedar memberi, walaupun perbuatannya itu tidak ada yang melihat. Dan semua kewajibannya, duniawi maupun keagamaan, yang berhubungan dengan hartanya akan dipenuhinya, tidak ada yang dikurangkan.

Prihatinnya Orang Kaya Ilmu.
Orang kaya ilmu, baik ilmu pengetahuan maupun ilmu spiritual, akan menjalani laku prihatin dengan cara memanfaatkan ilmunya tidak untuk kesombongan dan kejayaan dan kepentingan dirinya sendiri, dan tidak untuk membodohi atau menipu orang lain, tetapi dimanfaatkan juga untuk menolong orang lain dan membaginya kepada siapa saja yang layak menerimanya, tanpa pamrih kehormatan atau upah.

Prihatinnya Orang Berkuasa.
Seorang penguasa hidup prihatin dengan menahan kesombongannya, menahan hawa nafsu sok kuasa, dan tidak memanfaatkan kekuasaannya untuk kejayaan diri sendiri dan keluarganya saja. Kekuasaan dijadikan sarana untuk menciptakan kesejahteraan bagi para bawahan dan masyarakat yang dipimpinnya. Kekuasaan dimanfaatkan untuk menciptakan negeri yang adil dan makmur, gemah ripah loh jinawi, tata titi tentrem kerta raharja, sebagaimana layaknya seorang negarawan sejati.
Seorang politikus hidup prihatin dengan tidak hanya membela kepentingannya, kelompoknya atau golongannya sendiri, atau untuk mencari popularitas, menggoyang pemerintahan yang ada, tetapi digunakan untuk mendukung pemerintahan yang ada dan meluruskan jalannya pemerintahan yang keliru, yang menyimpang, untuk kepentingan rakyat banyak.
Seorang aparat negara, aparat keamanan atau penegak hukum, hidup prihatin dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban tugasnya dengan semestinya dan tidak menyalahgunakan kewenangannya untuk menindas, memeras, atau berpihak kepada pihak-pihak tertentu dan merugikan pihak yang lain, mencukupkan dirinya dengan gajinya dan menambah rejeki dengan cara-cara yang halal, tidak mencuri, tidak memeras, tidak meminta / menerima sogokan.


Orang jawa bilang intinya kita harus selalu eling lan waspada. Selalu ingat Tuhan. Tetapi biasanya manusia hanya mengejar kesuksesan saja, keberhasilan, keberuntungan, dsb, tapi tidak tahu pengapesannya.

Sering dikatakan orang-orang yang selalu ingat Tuhan dan menjaga moralitas, seringkali hidupnya banyak godaan dan banyak kesusahan. Kalau eling ya harus tulus, jangan ada rasa sombong, jangan merasa lebih baik atau lebih benar dibanding orang lain, jangan ada pikiran jelek tentang orang lain, karena kalau kita bersikap begitu sama saja kita bersikap negatif dan menumbuhkan aura negatif dalam diri kita. Aura negatif akan menarik hal-hal yang negatif juga, sehingga kehidupan kita juga akan banyak berisi hal-hal yang negatif. Di sisi lain kita juga harus sadar, bahwa orang-orang yang banyak menahan diri, membatasi perbuatan-perbuatannya, seringkali menjadi kurang kreatif dan yang didapatnya juga akan lebih sedikit dibandingkan orang-orang yang tidak menahan diri. Itulah resikonya menahan diri. Tetapi mereka yang sadar pada kemampuan dan potensi diri, peluang-peluang, dsb, dan dapat memanfaatkannya dengan tindakan nyata, akan juga dapat menghasilkan banyak, tanpa harus lupa Tuhan dan merusak moralitasnya.

Di sisi lain sering dikatakan orang-orang yang tidak ingat Tuhan atau tidak menjaga moralitas, seringkali kelihatan hidupnya lebih enak. Bisa terjadi begitu karena mereka tidak banyak beban, tidak banyak menahan diri, apa saja akan dilakukan walaupun tidak baik, walaupun tercela. Beban hidupnya lebih ringan daripada yang menahan diri. Mereka bisa mendapatkan lebih banyak, karena mereka tidak banyak menahan diri.


Di luar pandangan-pandangan di atas, sebenarnya, jalan kehidupan masing-masing mahluk, termasuk manusia, sudah ada garis-garis besarnya, sehingga bisa diramalkan oleh orang-orang tertentu yang bisa meramal. Tinggal masing-masing manusianya saja dalam menjalani kehidupannya, apakah akan banyak eling dan menahan diri, ataukah akan mengumbar keduniawiannya.



Dalam tradisi jawa, laku prihatin dan tirakat adalah bentuk upaya spiritual / kerohanian seseorang dalam bentuk keprihatinan jiwa dan raga, ditambah dengan laku-laku tertentu, untuk tujuan mendapatkan keberkahan dan keselamatan hidup, kesejahteraan lahiriah maupun batin, atau juga untuk mendapatkan keberkahan tertentu, suatu ilmu tertentu, kekayaan, kesaktian, pangkat atau kemuliaan hidup. Laku prihatin dan tirakat ini, selain merupakan bagian dari usaha dan doa kepada Tuhan, juga merupakan suatu 'keharusan' yang sudah menjadi tradisi, yang diajarkan oleh para pendahulu mereka.

Ada pepatah, puasa adalah makanan jiwa. Semakin gentur laku puasa seseorang, semakin kuat jiwanya, sukmanya.

Laku puasa yang dilakukan sebagai kebiasaan rutin akan membentuk kebatinan manusia yang kuat untuk bisa mengatasi belenggu duniawi lapar dan haus, mengatasi godaan hasrat dan nafsu duniawi, dan menjadi upaya membersihkan hati dan mencari keberkahan pada jalan hidup. Akan lebih baik bila sebelum dan selama melakukan laku tersebut selalu berdoa niat dan tujuannya, mendekatkan hati dengan Tuhan, jangan hanya dijadikan kebiasaan rutin saja.

Berat-ringannya suatu laku kebatinan bergantung pada kebulatan tekad sejak awal sampai akhir. Bentuk laku yang dijalani tergantung pada niat dan tujuannya. Diawali dengan mandi keramas / bersuci, menyajikan sesaji sesuai yang diajarkan dan memanjatkan doa tentang niat dan tujuannya melakukan laku tersebut dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat dan tercela. Ada juga yang melakukannya bersama dengan laku berziarah, atau bahkan tapa brata, di tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti di gunung, makam leluhur / orang-orang linuwih, hutan / goa / bangunan yang wingit, dsb.


Ada beberapa bentuk formal laku prihatin dan tirakat, misalnya :

1. Puasa, tidak makan dan minum atau berpantang makanan tertentu.
    Jenisnya :
      -  Puasa Senin-Kamis, yaitu puasa tidak makan dan minum setiap hari Senin dan Kamis.
      -  Puasa Weton, puasa tidak makan / minum setiap hari weton (hari+pasaran) kelahiran seseorang.
      -  Puasa tidak makan apa-apa, boleh minum hanya air putih saja.
      -  Puasa Mutih, tidak makan apa-apa kecuali nasi putih dan air putih saja.
      -  Puasa Mutih Ngepel, dari pagi sampai mahgrib tidak makan dan minum, untuk sahur dan buka puasa
         hanya 1 kepal nasi dan 1 gelas air putih.
      -  Puasa Ngepel, dalam sehari hanya makan satu atau beberapa kepal nasi saja.
      -  Puasa Ngeruh, hanya makan sayuran atau buah-buahan saja, tidak makan daging, ikan, telur, terasi, dsb.
      -  Puasa Nganyep, hampir sama dengan Mutih, tetapi makanannya lebih beragam asalkan tidak
         mempunyai rasa, yaitu tidak memakai bumbu pemanis, cabai dan garam.
      -  Puasa Ngrowot, dilakukan dari subuh sampai maghrib. Saat sahur dan buka puasa hanya makan buah-
         buahan dan umbi-umbian yang sejenis saja, maksimal 3 buah.
      -  Puasa Ngebleng, tidak makan dan minum selama sehari penuh siang dan malam, atau beberapa hari
         siang dan malam tanpa putus, biasanya 1 - 3 hari.

2.  Menyepi dan berdoa di dalam rumah. Tidak mendatangi tempat keramaian dan tidak menonton hiburan.
3.  Menyepi dan berdoa di makam leluhur / orang-orang linuwih, dan di tempat-tempat yang dianggap keramat,
     tidak mendatangi tempat keramaian dan tidak menonton hiburan.
4.  Berziarah dan berdoa di makam leluhur / orang-orang linuwih, dan di tempat-tempat yang dianggap keramat,
     seperti di gunung, pohon / goa / bangunan yang wingit, dsb.
5.  Mandi kembang telon atau kembang setaman tujuh rupa.
6.  Tapa Melek, tidak tidur, biasanya 1 - 3 hari. Tidak mendatangi tempat keramaian dan tidak menonton hiburan.
7.  Tapa Melek Ngalong, biasanya 1 - 7 hari. Siang hari boleh tidur, tetapi selama malam hari tidak tidur, tidak
     mendatangi tempat keramaian dan tidak menonton hiburan.
8.  Tapa Bisu dan Lelono, melakukan perjalanan berjalan kaki dan bisu tidak bicara, dari mahgrib sampai pagi,
     melakukan kunjungan ke makam leluhur / orang-orang linuwih atau ke tempat-tempat keramat dan berdoa.
9.  Tapa Pati Geni, diam di dalam suatu ruangan, tidak terkena cahaya apapun, selama sehari atau beberapa
     hari, biasanya untuk tujuan keilmuan. Ada juga yang disebut Tapa Pendem, yaitu puasa dan berdiam di
     dalam rongga di dalam tanah seperti orang yang dimakamkan, biasanya selama 1 - 3 hari.
10.Tapa Kungkum, ritual berendam di sendang atau sungai, terutama di pertemuan 2 sungai (tempuran sungai),
     selama beberapa malam berturut-turut dan tidak boleh tertidur, dengan posisi berdiri atau duduk bersila
     di dalam air dengan kedalaman air setinggi leher atau pundak.


Laku prihatin dan tirakat nomor 1 sampai 5 adalah yang biasa dilakukan orang Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kombinasi nomor 1 sampai 10  dilakukan untuk terkabulnya suatu keinginan tertentu yang bersifat khusus, biasanya supaya mendapatkan berkah tertentu, atau untuk tujuan keilmuan.

Tidak hanya dalam kehidupan keseharian, laku-laku kebatinan di atas juga seringkali dilakukan sebelum seseorang melakukan suatu kegiatan / usaha yang dianggap penting dalam kehidupannya, seperti memulai suatu usaha ekonomi, akan pergi merantau, akan hajatan nikahan, dsb. Bahkan sudah biasa bila orang-orang tua berpuasa untuk memohonkan keberhasilan kehidupan dan usaha anak-anaknya.

Masing-masing bentuk laku prihatin dan tirakat mempunyai kegunaan dan kegaiban sendiri-sendiri yang dapat dirasakan oleh para pelakunya, dan mempunyai kegaiban sendiri-sendiri dalam membantu mewujudkan tujuan laku pelakunya.

Puasa weton terkait dengan kepercayaan dan kegaiban sukma (kepercayaan pada kebersamaan roh sedulur papat). Biasanya dilakukan untuk terkabulnya suatu keinginan yang sifatnya penting, dan untuk menjaga kedekatan hubungan dengan para roh sedulur papat dan restu pengayoman dari para leluhur, supaya kuat sukmanya, selalu peka rasa dan batin, peka firasat, hidupnya keberkahan dan lancar segala urusannya. Puasa weton tidak bisa ditukar dengan puasa bentuk lain, karena sifat dan kegaibannya berbeda.


Sesuai ajaran kejawen, sebelum melaksanakan puasa berdoalah di luar rumah menghadap ke timur.  Begitu juga pada malam hari selama berpuasa, berdoalah di luar rumah menghadap ke timur. Setelah selesai berpuasa berdoa juga mengucap syukur karena telah diberi kekuatan sehingga dapat menyelesaikan puasanya. Lebih baik lagi jika diawali atau ditutup dengan mandi kembang untuk membersihkan diri dari aura-aura negatif di dalam tubuh.

Untuk keperluan sehari-hari, misalnya untuk mempermudah jalan hidup, cukup puasa weton 1 hari (1 hari 1 malam), atau puasa Senin - Kamis saja, atau bisa juga mandi kembang saja (bisa hari apa saja sekali sebulan).

Dalam hal menjaga supaya kehidupannya selalu 'keberkahan' dan dijauhkan dari kesulitan-kesulitan, puasa ngebleng adalah yang terbaik. Biasanya dilakukan selama 1 hari 1 malam pada hari weton kelahiran seseorang.

Untuk keperluan sehari-hari untuk mempermudah jalan hidup dan mengejar sesuatu yang diinginkan, misalnya untuk kemantapan bekerja dan perbaikan posisi / karir, cukup puasa weton 1 hari saja secara rutin setiap bulan. Lebih baik lagi jika disertai dengan mandi kembang untuk membersihkan diri dari aura-aura negatif di dalam tubuh.

Dalam hal keinginan terkabulnya suatu hajat / keinginan khusus, sesuatu yang tidak terjadi setiap hari, yang biasa dilakukan adalah puasa ngebleng 3 hari 3 malam pada hari weton kelahiran seseorang.

Dalam hal keinginan terkabulnya suatu keinginan khusus yang disertai nazar, yang biasa dilakukan adalah puasa ngebleng 3 hari 3 malam pada hari weton kelahiran seseorang, dilakukan selama 7 kali (7 bulan) berturut-turut tanpa putus dan ditutup dengan suatu ritual dan sesaji penutup, atau acara tumpengan syukuran.

Dalam hal mencari suatu petunjuk gaib / wangsit, puasa ngebleng adalah yang terbaik.  Biasanya dilakukan selama 3 hari 3 malam tanpa putus, hari Selasa atau Jum'at Kliwon dijepit di tengah, dan berdoa di malam hari di tempat terbuka menghadap ke timur.


Untuk melengkapi pengetahuan tentang sifat-sifat hari, di bawah ini ada beberapa petunjuk :

 - Bulan Besar atau Bulan Haji adalah bulan yang paling baik untuk semua keperluan, untuk memulai usaha,
   pindah rumah atau pun perkawinan.

 - Bulan Sura (Suro) adalah bulan yang paling  tidak baik  untuk semua keperluan, memulai usaha, pindah
   rumah atau pun perkawinan. Paling baik digunakan untuk upaya bersih diri dan lingkungan.

 - Bulan Maulud adalah bulan yang paling baik untuk semua keperluan yang bersifat sakral, untuk ritual
   pembersihan diri, ritual syukuran, ritual bersih desa, ruwatan nasib / sengkala, menjamas keris, mandi
   kembang, berziarah, dsb.


 Penting :

Orang-orang yang sering melakukan laku puasa (termasuk puasa weton), biasanya kekuatan sukmanya akan meningkat. Orang-orang yang sering melakukan laku prihatin dan tirakat biasanya juga akan banyak menerima interaksi dari roh-roh lain, disadari ataupun tidak. Roh-roh itu bisa berasal dari lingkungan tempatnya berada, atau dari lingkungan tempat-tempat yang dikunjunginya (misalnya berziarah), atau juga dari roh-roh leluhur.

Bagi orang-orang tersebut, sebaiknya sering melakukan mandi kembang untuk membersihkan aura-aura negatif yang berasal dari dirinya sendiri ataupun aura negatif yang menempel yang berasal dari tempat lain, supaya terselaraskan menjadi positif. Dan bagi yang sering berpuasa, gunanya mandi kembang bagi mereka juga sama, jangan sampai bertambah kuatnya sukmanya juga menambah kuat aura-aura negatif di dalam dirinya.



 Puasa Ngebleng.

Puasa umumnya dimulai saat subuh dan buka puasa saat mahgrib. Malam harinya bebas makan dan minum.
Puasa 1 hari, berarti selama 1 hari berpuasa dari subuh sampai mahgrib, malam harinya bebas makan-minum.
Puasa 3 hari, berarti selama 3 hari berpuasa dari subuh sampai mahgrib, malam harinya bebas makan-minum.
Puasa 7 hari, berarti selama 7 hari berpuasa dari subuh sampai mahgrib, malam harinya bebas makan-minum.

Puasa ngebleng tidak seperti itu.
Puasa ngebleng secara sederhana bisa disebut puasa penuh 1 hari 1 malam.
Puasa ngebleng 1 hari berarti puasa penuh 1 hari 1 malam berturut-turut tanpa putus tidak makan dan minum.
Puasa ngebleng 3 hari berarti puasa penuh 3 hari 3 malam berturut-turut tanpa putus tidak makan dan minum.
Puasa ngebleng 7 hari berarti puasa penuh 7 hari 7 malam berturut-turut tanpa putus tidak makan dan minum.


Apa benar ada puasa ngebleng 7 hari 7 malam berturut-turut tanpa putus ?   Ada yang sanggup ?
Bagaimana dengan puasa ngebleng 40 hari 40 malam berturut-turut tanpa putus.  Siapa yang sanggup ?

Ketika seseorang berpuasa ngebleng, pada hari pertama puasanya dia akan merasakan panas, lapar dan haus, sama dengan yang dialami orang lain yang menjalani laku puasa biasa.
Pada hari kedua, orang tersebut akan merasakan tubuhnya panas, mungkin juga sampai menyebabkannya sulit tidur di malam hari karena panasnya tubuhnya. Karena tidak juga ada makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuhnya, pada hari kedua itu tubuhnya mulai membakar cadangan makanan yang ada dalam tubuhnya, air, lemak, protein, gula, dsb, untuk dikonversi menjadi energi dan zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuhnya.
Pada hari ketiga, panas tubuhnya mereda dan berkurang, rasa lapar dan haus hilang. Yang terasa hanya tubuhnya saja yang lemas karena perutnya kempis tak terisi makanan.

Puasa ngebleng pada hari ketiga itu, yang dilakukan oleh orang-orang yang bersamadi atau menyepi (walaupun di dalam rumah), tidak menonton hiburan, tidak mendatangi tempat-tempat keramaian, dan tekun berdoa / berzikir / wirid, kegaiban sukmanya akan kuat sekali dan akan memancar cukup jauh. Kegaiban itu kuat sekali sampai dapat menarik perhatian dari roh-roh leluhurnya, sehingga disadari ataupun tidak, banyak leluhurnya yang mendatangi orang tersebut untuk mengetahui apa tujuan lakunya dan akan berusaha membantu mewujudkan hajat niat dan keinginannya.

Pada hari ketiga itu, disadari atau tidak, roh sukma orang tersebut telah menguat, dan memancarkan aura kekuatan gaib yang menyebabkan roh-roh gaib tidak tahan berada di dekatnya. Berbeda dengan puasa pada orang-orang yang menjalani ilmu gaib dan ilmu khodam yang kondisi berpuasanya dapat mengundang roh-roh gaib untuk datang mendekat, puasa ngebleng ini justru pancaran gaib kekuatan sukmanya akan mengusir keberadaan roh-roh gaib lain dari tubuhnya dan dari sekitar orang itu berada.

Itu baru puasa ngebleng 3 hari, belum yang 7 hari, apalagi puasa ngebleng 40 hari seperti yang biasa dilakukan oleh tokoh-tokoh kebatinan dan pertapa jaman dulu. Orang-orang yang terbiasa melakukan puasa itu, seperti tokoh-tokoh kebatinan dan pertapa jaman dulu, akan memiliki kekuatan sukma yang luar biasa, yang bahkan pancaran energi kekuatan sukmanya menyebabkan roh-roh gaib kelas atas seperti dewa dan buto pun tidak tahan berada di dekatnya dan tidak akan berani datang mendekat untuk maksud menyerang.

Pancaran kekuatan sukma orang-orang itu saat sedang menjalani laku puasa dan tapa bratanya sangat menghebohkan alam gaib. Di pewayangan pun diceritakan ketika ada seseorang yang gentur dalam puasa, tapa brata dan semadinya, kondisinya menyebabkan kahyangan panas dan goncang, dan menyebabkan para dewa tidak tahan, sampai-sampai para dewa mengutus dewa lain atau bidadari untuk menghentikan / menggagalkan tapa brata orang tersebut, dan mereka akan memberikan apa saja yang diinginkan orang itu asal mau menghentikan tapanya.

Karena itu dalam melakukan puasa ngebleng orang-orang jaman dulu akan melakukannya dengan cara menyepi, di dalam rumah, di goa atau di tempat-tempat keramat, supaya tidak ada yang mengganggu.

Kekuatan sukma orang-orang itu luar biasa sekali, sehingga pada jaman dulu banyak tokoh-tokoh kebatinan dan pertapa yang bukan hanya linuwih dan waskita, dan mumpuni dalam ilmu kesaktian, tetapi juga menjadikan sukma mereka penuh dengan muatan gaib, sehingga kemampuan moksa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh kebatinan jaman dulu, berpindah bersama raganya ke alam roh tanpa melalui proses kematian, adalah sesuatu yang biasa. Bahkan banyak yang melakukan tapa brata dalam rangka mandito meninggalkan keduniawiannya, kemudian moksa dengan sendirinya dalam kondisi bertapa.

Orang-orang itu, karena kekuatan gaib sukmanya, tidak lagi membutuhkan khodam mahluk halus untuk kekuatan ilmunya. Kekuatan dan kegaiban sukmanya-lah yang melakukannya. Tetapi jika ada suatu sosok gaib yang mau datang untuk menjadi khodam pendampingnya, maka hanya gaib-gaib yang setingkat dengan kekuatan sukmanya saja yang akan datang menjadi pendampingnya, bukan gaib-gaib kelas rendah yang tidak tahan dengan pancaran energi kekuatan sukmanya.


Puasa ngebleng melambangkan kekuatan tekad dan niat seseorang untuk terkabulnya suatu keinginan.  Bahkan banyak orang pada jaman dulu yang melakukan tapa dan puasa ngebleng, tidak akan menghentikan tapa bratanya sebelum hajat keinginannya terkabul (sampai turun wangsit bahwa permintaannya dikabulkan).

Puasa ngebleng terkait dengan kekuatan dan kegaiban sukma manusia. Karena itu kegaiban dalam puasa ngebleng tidak dapat dibandingkan / disamakan atau ditukar dengan puasa bentuk lain. Semakin
gentur laku puasa seseorang, semakin kuat sukmanya dan semakin kuat kegaibannya. Puasa ngebleng banyak dilakukan oleh orang-orang yang bergelut dalam dunia kebatinan / spiritual dan tapa brata.

Puncak kekuatan sukmanya hanya terjadi pada saat seseorang berpuasa ngebleng, sedangkan pada hari-hari selanjutnya kalau sudah tidak lagi melakukan puasa, maka kekuatan sukmanya itu akan menurun lagi. Karena itu para pelaku kebatinan dan keilmuan kebatinan jaman dulu menjadikan laku puasa ngebleng ini sebagai ritual yang akan selalu dilakukan secara berkala. Juga untuk melatih keilmuannya itu atau menekuni suatu ilmu kebatinan baru akan dilakukannya dengan berpuasa, sehingga kekuatan dan kegaiban ilmunya tinggi.

Tetapi jika puasa ngebleng itu dilakukan oleh orang-orang yang masih awam dalam ilmu kegaiban, mungkin kegaiban dari kekuatan sukmanya itu tidak akan banyak dirasakannya. Walaupun begitu, pancaran kekuatan sukmanya itu akan menjauhkannya dari roh-roh gaib yang sifatnya mengganggu, dan sisi lain dari kegaiban sukmanya akan membuat kekuatan niat / tekad dalam keinginan-keinginannya menjadi lebih mudah terwujud dan ketajaman dan kepekaan batinnya akan semakin tinggi.

Tetapi karena semakin banyaknya orang yang meninggalkan dunia kebatinan, maka puasa ngebleng inipun semakin ditinggalkan. Bahkan para praktisi ilmu gaib dan ilmu khodam seringkali mempermudah laku puasanya. Misalnya untuk mendapatkan suatu ilmu gaib tertentu cukup puasa biasa saja dari subuh sampai mahgrib, atau hanya puasa berpantang makanan tertentu saja, yang dilakukan selama 3 hari, 7 hari, 21 hari, atau 40 hari, dan selama berpuasa itu malam harinya diharuskan mewirid amalan gaibnya.

Selama berpuasa itu pada malam harinya diharuskan mewirid amalan gaibnya tujuannya adalah sebagai usaha melatih memperkuat kemampuan kekuatan seseorang dalam mengsugesti ilmu gaib. Dengan berhari-hari mewirid suatu amalan gaib diharapkan kemampuan seseorang dalam mengsugesti ilmu gaibnya akan kuat dan hapal mantranya diluar kepala.

Selama orang itu berpuasa dan berzikir, tubuhnya memancarkan energi tertentu dan pikirannya akan memancarkan gelombang tertentu. Pancaran energi tubuh dan gelombang pikiran inilah yang seringkali mengundang datangnya suatu sosok mahluk halus tertentu kepada manusia. Keberadaan sosok halus itu kemudian dapat menjadi khodam ilmu gaibnya, menjadi sumber kekuatan gaibnya, sehingga walaupun kemudian sudah tidak lagi rajin berpuasa dan tidak lagi rajin mewirid amalan ilmunya, selama khodamnya bersamanya, kapan saja ilmu itu diamalkan tetap akan berfungsi. Jadi bisa juga dikatakan, untuk dengan sengaja mengundang suatu sosok gaib untuk datang menjadi khodam pendamping, maka cara puasanya adalah puasa bentuk ini. Hanya saja kita harus teliti dan waspada mengenai siapa sosok halus yang datang mendampingi kita itu.


  Puasa Weton.

Puasa weton adalah termasuk jenis puasa ngebleng yang dilakukan pada hari kelahiran seseorang, yang perhitungan waktu mulai berpuasa dan menutup puasa dilakukan berdasarkan perhitungan hari dalam kalender jawa.

Puasa weton (wetonan) adalah puasa untuk memperingati hari kelahiran seseorang sesuai laku dalam budaya jawa.

Puasa weton terkait dengan kekuatan dan kegaiban sukma (roh pancer dan sedulur papat). Biasanya dilakukan untuk terkabulnya suatu keinginan yang sifatnya penting, dan untuk menjaga kedekatan hubungan dengan roh sedulur papat dan restu pengayoman dari para leluhur, supaya kuat sukmanya, selalu peka rasa dan batin, peka firasat, peka bisikan gaib, hidupnya keberkahan dan lancar segala urusannya.

Puasa weton terkait dengan kegaiban yang berasal dari sukma manusia sendiri (kegaiban kesatuan roh pancer dan sedulur papat). Puasa weton tidak berhubungan dengan kegaiban roh-roh lain.

Puasa weton tidak bisa disamakan atau diperbandingkan atau ditukar dengan puasa bentuk lain, karena sifat dan kegaibannya berbeda.

Puasa weton yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak memahami atau tidak meyakini keberadaan roh sedulur papat kegaibannya tidak akan sebaik mereka yang melakukannya dengan landasan kepercayaan pada roh sedulur papat. Keyakinan pada keberadaan dan kebersamaan roh sedulur papat dengan pancer akan memperkuat kegaiban sukma dan memperkuat interaksi roh sedulur papat dan para leluhurnya dengan seseorang. Dalam kehidupannya sehari-hari kekuatan sukma akan membantu dalam kemantapan bersikap, membantu membuka jalan hidup dan menyingkirkan halangan dan kesulitan-kesulitan, dan interaksi sedulur papat akan membantu peka rasa dan firasat, peka bisikan gaib, mendatangkan ide-ide dan ilham, peringatan-peringatan dan jawaban-jawaban permasalahan.

Sesuai tradisi jawa puasa weton dilakukan dengan berpuasa pada hari kelahiran seseorang (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, Sabtu, Minggu) yang sesuai dengan hari pasaran kelahirannya (pon, pahing, wage, legi dan kliwon).
Dengan demikian hari weton kelahiran seseorang akan selalu berulang setiap 35 hari sekali.

Sebagai catatan, dalam penanggalan Jawa, hari dimulai pada pukul 5 sore hari sebelumnya dan akan berakhir pada pukul 5 sore hari yang bersangkutan.
Jadi, batas suatu hari adalah pada pk.5 sore, dan mulainya hari adalah hari sebelumnya pk.5 sore.
Berarti hari Senin dimulai pada hari sebelumnya (Minggu) pk.5 sore dan berakhir pada hari Senin tersebut pk.5 sore.

Hari Senin itu pada pk.6 sore (mahgrib) sudah terhitung sebagai hari Selasa, karena sudah melewati batas hari Senin pk.5 sore.

Ada beberapa hitungan hari dalam puasa weton sbb :

1. Puasa weton sehari penuh.
    Artinya puasanya dilakukan 1 hari Jawa (sehari semalam, 24 jam).
    Puasa weton sehari ini adalah yang secara umum dilakukan dalam budaya masyarakat Jawa.
    Misalnya hari kelahirannya adalah Selasa Pahing, maka puasanya dimulai pada hari sebelumnya, yaitu
    Senin pk.5 sore dan berakhir pada hari Selasa Pahing tersebut pk.5 sore.


2. Puasa weton 3 hari (hari weton dijepit ditengah).
    Artinya puasanya dilakukan selama 3 hari Jawa terus-menerus tanpa putus, yaitu puasa pada hari weton
    ditambah 1 hari sebelumnya dan 1 hari sesudahnya, sehingga total puasa menjadi 3 hari Jawa terus-menerus.
    Misalnya kelahiran Rabu Kliwon,
    maka puasanya dilakukan selama 3 hari, yaitu Selasa, Rabu Kliwon dan Kamis terus-menerus tanpa putus.
    Hari Selasa dimulai pada hari sebelumnya, yaitu hari Senin pk.5 sore.
    Hari Kamis berakhir pada pk. 5 sore hari.
    Jadi puasa weton 3 hari itu dimulai pada hari Senin pk.5 sore dan berakhir pada h
ari Kamis pk. 5 sore
terus-
    menerus tanpa putus siang dan malam.

3. Puasa weton 3 hari selama 7 kali berturut-turut.
    Artinya, puasanya dilakukan selama 3 hari Jawa terus-menerus tanpa putus yang dilakukan selama 7 kali
    berturut-turut tanpa putus (selama 7 bulan berturut-turut).
    Jenis puasa ini biasanya dilakukan untuk keinginan terkabulnya suatu keinginan khusus yang bukan sesuatu
    yang biasa terjadi sehari-hari (biasanya disertai nazar), atau untuk keinginan terkabulnya suatu keinginan
    khusus yang berat, yang kadarnya tinggi, yang bagi seseorang sulit untuk dicapai, sehingga diperlukan
    suatu laku tambahan demi terkabulnya keinginannya itu,
yaitu puasa ngebleng 3 hari 3 malam pada hari
    weton kelahiran seseorang, dan dilakukan selama 7 kali (7 bulan) berturut-turut tanpa putus dan ditutup
    dengan suatu ritual dan sesaji penutup (tumpengan), atau acara syukuran.
       

Puasa weton menjadi sempurna setelah pada penutupan puasa dilakukan pemberian sesaji untuk roh sedulur papat dan pancer sebagai berikut (salah satu) :
1. Paling baik, mandi kembang telon (kembang tujuh rupa / setaman lebih baik), yaitu mandi guyuran
    air kembang dari kepala basah semua sampai ke kaki.
2. Kedua terbaik, makanan jajan pasar 7 macam, dimakan sebagai makanan buka puasa.
3. Bubur merah putih, yaitu bubur tepung beras (bubur sumsum) yang diberi gula jawa cair, dimakan sebagai
    makanan buka puasa.


Puasa weton ini menjadi sarana pemberian perhatian kepada roh sedulur papat dan menjadi sarana memperkuat kesatuan antara seseorang dengan roh sedulur papat dan para leluhurnya.
Bagi yang tidak sempat menjalankan puasanya, atau berhalangan, cukup melakukan mandi kembang saja, bisa pagi hari, siang, ataupun sore hari.
(Informasi selengkapnya tentang Sedulur Papat silakan dibaca :  Sedulur Papat Kalima Pancer ).

Puasa weton (wetonan) adalah salah satu laku budaya kebatinan yang sudah umum dilakukan dalam masyarakat jawa. Tetapi sehubungan dengan adanya pengaruh budaya Islam dalam masyarakat jawa, orang-orang jawa yang melakukan puasa weton ini melakukannya tidak lagi sesuai aslinya dalam ajaran jawa, yaitu dengan puasa ngebleng, tetapi melakukan puasanya sama dengan puasa biasa, yaitu puasa dari subuh sampai mahgrib. Sekalipun bentuk laku puasa itu masih memberikan kegaiban, tetapi sudah tidak lagi besar seperti seharusnya, bahkan akibatnya banyak juga yang tidak lagi dapat merasakan kegaibannya hingga kemudian tidak lagi melakukannya, dan kemudian digantikan dengan puasa Senin - Kamis, puasa mutih, atau puasa berpantang makanan tertentu saja.



 Pemahaman Kebatinan Laku Prihatin dan Tirakat
Semua bentuk laku dan tirakat hanya akan bermanfaat jika ada maksud dan tujuannya, kalau tidak ya hanya akan menyiksa tubuh saja, hanya lapar dan haus saja. Karena itu sebelum dan selama melakukan laku tersebut harus selalu fokus pada tujuan lakunya dan berdoa niat dan tujuannya.

Suatu laku puasa yang dilakukan tanpa tujuan khusus, tetapi sebagai kebiasaan rutin, akan menjadi upaya memperkuat kebatinan manusia, supaya kuat sukmanya, bisa mengatasi belenggu duniawi lapar dan haus, mengatasi godaan hasrat dan nafsu duniawi, dan sebagai upaya membersihkan hati dan mencari keberkahan pada jalan hidup. Hasilnya akan lebih baik lagi bila sebelum dan selama melakukan laku tersebut selalu berdoa tentang niat dan tujuan / harapan-harapannya.

Dalam melakukan laku-laku prihatin dan tirakat di atas akan baik sekali bila dilakukan dengan menyendiri / menyepi (di dalam rumah), tidak mendatangi tempat-tempat keramaian dan tidak menonton hiburan, keluar rumah pada malam hari di tempat terbuka dan banyak berdoa. Manfaat dari suatu laku hanya akan didapatkan bila dilakukan dengan niat dan tujuan tertentu. Tanpa adanya niat dan tujuan, maka perbuatan itu hanya akan menjadi perbuatan yang sia-sia. Berdoalah kepada Tuhan memohon tercapainya tujuan dari laku tersebut pada awal dan selama pelaksanaannya.

Diawali dengan bersuci / mandi keramas, atau lebih baik lagi dengan mandi kembang telon atau kembang setaman / kembang tujuh rupa supaya aura dari kembang-kembang tersebut menyelaraskan aura-aura negatif di dalam tubuh agar menjadi positif, menjadi lebih bersih
dan lebih bercahaya, yang berguna untuk membantu mempermudah jalan hidup, membuang kesulitan-kesulitan yang berasal dari aura negatif di dalam tubuh, yang sekarang pun banyak diselenggarakan di spa-spa dan salon kecantikan modern. Kembang yang digunakan haruslah yang berbau harum dan masih segar, belum layu, apalagi kering. Laku ini dapat dilengkapi dengan laku-laku yang lain yang berguna untuk memperkuat aura positif seseorang dan membuat hidup lebih 'keberkahan'.
Jangan lupa baca doa niat :
sebelum mandi kembang :
    Ya Allah, niat saya mandi kembang untuk membersihkan diri saya dari pengaruh dan hal-hal negatif dalam
    diri saya dan untuk ......................
atau niat puasa mutih :

    Ya Allah, niat saya puasa mutih untuk menguatkan permohonan terkabulnya keinginan saya supaya
    ................  dan untuk  ..................
atau niat puasa weton :

    Saudara-saudara kembarku para roh sedulur papat, aku berpuasa untukmu.
    Ya Allah, niat saya puasa weton untuk menguatkan permohonan terkabulnya keinginan saya supaya
    ................  dan untuk  ..................

   Ya Allah berkahilah saya.
    Amin.


Ada beberapa pertanyaan serupa dari para pembaca mengenai hari, bentuk laku prihatin dan puasa, dan isi doa yang harus dilakukan seseorang untuk masing-masing keperluan / hajatnya. Namun secara inti garis besarnya bisa kami jelaskan sebagai berikut.

Cerita tentang laku prihatin, puasa dan tirakat di atas adalah dalam konteks tradisi masyarakat jawa yang ingin hidupnya selalu keberkahan, selamat dan sejahtera dalam lindungan Tuhan. Jadi bentuk laku puasanya dan hari-hari puasanya adalah berdasarkan tradisi jawa.

Untuk masing-masing orang, kita tidak bisa menentukan hari apa yang terbaik suatu laku puasa harus dilakukan, karena semuanya tergantung pada tujuan dari niat dan lakunya. Sebagai acuan, sesuai tradisi jawa, kita bisa melakukannya pada hari weton kelahiran kita sendiri. Tetapi diluar itu sebaiknya kita juga peka rasa, kita sendiri yang menentukan bentuk lakunya sesuai panggilan batin kita masing-masing.

Misalnya,

  -  Untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, lakunya bisa hari apa saja.
  -  Untuk memenuhi kewajiban beragama, maka lakunya harus sesuai dengan ajaran agama.
  -  Untuk mendekatkan diri kepada roh sedulur papat, lakunya hari weton kelahiran.
  -  Untuk mendekatkan diri kepada roh-roh leluhur, lakunya hari weton kelahiran.
  -  Untuk urusan kegaiban, wangsit dan bisikan gaib, roh-roh leluhur atau roh-roh halus lain, lakunya biasanya
     dilakukan pada malam Selasa Kliwon atau Jum'at Kliwon dan disertai bertirakat dengan berdoa di luar rumah
     atau berziarah ke makam-makam tertentu.
  -  Untuk mempelajari suatu keilmuan gaib, lakunya sesuai persyaratan ilmunya.
  -  Untuk tujuan keperluan lain, lakunya hari apa saja sesuai keperluannya atau sesuai niat batinnya.


Tujuan laku dan bentuk hajat / keinginan yang ingin terkabul juga sendiri-sendiri. Masing-masing bentuk laku prihatin memiliki kegaiban sendiri-sendiri yang
bentuk pelaksanaan lakunya disesuaikan dengan kadar berat / ringannya suatu hajat / keinginan yang ingin terkabul. Semakin berat / tinggi kadar suatu hajat / keinginan, maka lakunya juga seharusnya lebih berat. Dan suatu hajat keinginan yang sifatnya jangka panjang, maka lakunya juga harus dilakukan secara rutin dalam jangka panjang (setiap bulan), bukan hanya sekali atau 2 kali saja.

Misalnya :
  - Yang kadarnya ringan, untuk kemudahan jalan hidup atau keperluan rutin sehari-hari, cukup secara rutin
    melakukan puasa mutih saja, atau puasa senin - kamis saja, atau puasa berpantang makanan tertentu saja,
    atau puasa weton 1 hari, atau mandi kembang saja.
  - Untuk keinginan menjaga kelangsungan pekerjaan dan perbaikan posisi / derajat, cukup secara rutin
    melakukan puasa weton 1 hari.
  - Untuk keinginan khusus yang tidak terjadi setiap hari, misalnya lulus ujian pendidikan, terpilih diterima
    bekerja atau terpilih naik jabatan ketika ada kesempatan naik jabatan, biasanya lakunya puasa ngebleng 3 hari
    (hari apa saja) atau puasa weton 3 hari.
  - Untuk keinginan khusus yang berat untuk dicapai (relatif bagi setiap orang) dan waktu pencapaiannya agak
    panjang, misalnya ingin bisa terpilih sebagai bupati / gubernur, bisa cukup menabung untuk memiliki rumah
    sendiri bagi yang belum mempunyai rumah sendiri, ingin bisa mempunyai pabrik / perusahaan sendiri,
    ingin karir bisa naik sampai menjadi kepala kantor, dsb, biasanya lakunya puasa weton ngebleng 3 hari
    selama 7 kali berturut-turut tanpa putus dan ditutup dengan ritual penutup atau tumpengan selametan
    setelah semua puasanya selesai. Biasanya lelaku jenis ini juga disertai nazar (sama dengan sumpah Tan
    Ayun Amuktia Palapa-nya Gajah Mada).

Doa selama berpuasa itu juga tidak perlu muluk-muluk,
sederhana saja, doa yang tulus kepada Tuhan, tetapi intinya kita harus menegaskan apa niat dan keinginan yang ingin dicapai, untuk mengarahkan kegaibannya supaya fokus pada tujuan.


Masing-masing jenis laku prihatin mempunyai manfaat sendiri-sendiri yang bisa dirasakan, yang membuat para pelakunya tetap menjalankannya, tetapi manfaat apa yang dirasakan oleh masing-masing pelakunya tidak selalu sama, dan juga
tidak bisa dipastikan bahwa semua hajat / keinginan akan dapat terkabul dengan menjalankan suatu bentuk laku prihatin, puasa dan tirakat. Harus disadari bahwa semua bentuk laku adalah dilakukan orang sesuai keyakinannya sendiri, sebagai tambahan dari usaha dan tindakan nyata yang sudah dilakukannya untuk pencapaian tujuannya itu.

Semua bentuk laku akan bermanfaat bila dalam menjalankannya didasarkan pada kebutuhan, bukan untuk sekedar menjajal suatu bentuk laku, atau menyandarkan harapan terkabulnya suatu keinginan dengan hanya melakukan suatu bentuk laku prihatin. Tidak bisa suatu bentuk laku kebatinan / prihatin dianggap ampuh sebagai jalan pintas untuk terkabulnya suatu keinginan.

Dalam melaksanakan laku-laku tersebut juga tidak diperlukan doa-doa atau amalan khusus dalam melakukannya. Yang diperlukan hanya doa dari niat batinnya saja, doa permohonan yang tulus agar keinginan-keinginannya dapat tercapai, sebagai sarana fokus pada tujuan.

Pada jaman sekarang yang kehidupan manusia penuh dengan rutinitas dan kesibukan, urusan pekerjaan tetap-lah dijalankan, jangan ditinggalkan hanya karena sedang berpuasa, dan juga tidak perlu melakukan puasa, laku prihatin dan tirakat sambil menyepi atau tapa seperti orang jaman dulu, hanya perlu menghindar dari perilaku dan suasana bersenang-senang dan diisi dengan banyak berdoa. Perlu diketahui bahwa sugesti kebatinan dalam kondisi berprihatin akan jauh lebih kuat dibandingkan pada hari-hari lain saat tidak sedang berprihatin. Karena itu dalam melakukan laku berprihatin itu akan lebih baik jika dilakukan dengan banyak berdoa, tidak mendatangi tempat-tempat keramaian, tidak menonton hiburan atau suasana bersenang-senang yang membuat kita lupa bahwa kita sedang mempunyai hajat.

Laku puasa, prihatin dan tirakat berdasarkan tradisi jawa tersebut akan berbeda dengan laku yang dilakukan oleh orang-orang yang menjalankan laku tertentu dalam rangka memenuhi kewajiban keagamaan atau yang mempelajari suatu bentuk keilmuan gaib / khodam.





  Laku Prihatin dan Tirakat,  Masih Relevankah?


Banyak orang menjalani laku mulai dari puasa, tidak tidur, berendam di sungai, sampai ritual yang aneh-aneh dan tidak masuk logika orang modern, yang semuanya bertujuan supaya apa yang mereka harapkan dan usahakan bisa tercapai.

Jaman sekarang, sikap berpikir masyarakat sudah lebih modern, kehidupan manusia penuh dengan kesibukan dan rutinitas yang menyita banyak waktu dan menuntut manusia untuk tetap fit dan dalam kondisi yang prima. Jika demikian keadaannya, apakah konsep laku prihatin dan tirakat ini masih relevan dan masih perlu dijalankan ?
Jawabannya adalah:  Ya. 

Konsep laku prihatin dan tirakat janganlah dipandang secara dangkal dan sempit. Konsep laku bersifat universal, tetapi mempunyai bentuk yang berbeda sesuai kondisi kebatinan masyarakatnya masing-masing dan dalam menjalankannya harus dilakukan penyesuaian sesuai tempat dan jamannya.

Laku adalah usaha / upaya-upaya.
Prihatin adalah sikap menahan diri, menjauhi perilaku bersenang-senang enak-enakan.
Tirakat adalah perbuatan-perbuatan tertentu sebagai tambahan, untuk terkabulnya suatu keinginan.

Hakekat dan tujuan dari laku prihatin dan tirakat adalah usaha menjaga agar kehidupan manusia selamat dan 'keberkahan',  agar dihindarkan dari kesulitan dalam segala urusan dan usahanya dan tercapai / terkabul keinginan-keinginannya.  Proses laku mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang agar selalu bersikap positif dan menjauhkan hal-hal yang bersifat negatif dan tidak bijaksana, demi tercapainya tujuan hidup.

Dalam kehidupan jaman modern ini memang banyak orang yang memaksakan sikap berpikirnya untuk tidak percaya dengan hal-hal yang bersifat mistis. Mereka tidak percaya karena itu adalah kuno, kehidupan masa lalu, dan  tidak masuk akal dan banyak orang yang sudah tumpul kepekaan batinnya dan tidak bisa merasakan firasat. Tetapi banyak juga orang yang berpandangan lain, karena hal-hal atau kejadian-kejadian gaibpun masih terjadi hingga hari ini, sehingga masih saja ada orang yang melakukan usaha dengan cara-cara yang berbau mistis dan masih banyak juga yang melakukan perbuatan klenik.

Memang banyak bentuk laku yang dahulu biasa dilakukan orang, sekarang sudah banyak ditinggalkan, karena merepotkan dan tidak sesuai jaman. Kelemahan ritual tradisional dari sudut pandang modern adalah tidak adanya penjelasan yang memuaskan secara logika. Tetapi sesungguhnya laku dan hal-hal yang bersifat tradisional itu tidak sungguh-sungguh ditinggalkan, karena manfaatnya memang bisa dirasakan, termasuk oleh orang jaman sekarang.

Sebagai gantinya, laku tersebut dilakukan dengan cara yang lebih modern yang sesuai dengan jaman. Banyak orang melakukan penelitian untuk mengkaji hal-hal yang berbau mistis dan tradisional dan menjelaskannya dengan sikap berpikir modern, logis dan analitis. Dan hal-hal yang tidak dapat diselesaikan dengan cara modern, selalu ada laku untuk mencari cara-cara alternatif yang bersifat alami dan tradisional. Sakit-penyakit dan obat-obatan medis pun diusahakan alternatif pengobatannya yang bersifat alami dan tradisional. Ilmu-ilmu yang dahulu untuk kesaktian dan sebagian merupakan ilmu gaib, kini banyak dijadikan bahan pertunjukkan entertainment dan dikomersialkan.

Berendam atau mandi kembang setaman / kembang tujuh rupa, yang aslinya adalah supaya aura dari kembang-kembang tersebut menyelaraskan aura-aura negatif di dalam tubuh agar menjadi positif, aura tubuh dan wajah menjadi lebih bersih dan lebih bercahaya, membuang kesulitan-kesulitan yang berasal dari aura negatif di dalam tubuh, membantu mempermudah jalan hidup, sekarang, mandi kembang, luluran, dsb, banyak diselenggarakan di spa-spa dan salon kecantikan modern.

Sesuai hakekat dan tujuannya, maka walaupun jaman sekarang kondisinya sangat berbeda dengan jaman dahulu, tetapi proses laku tetap dilakukan orang, hanya saja bentuk lakunya yang berbeda. Laku prihatin untuk menahan diri, tidak sombong, beribadah, berdoa dan berusaha, tidak malas, menjauhi perbuatan dosa, menjauhi kebiasaan dan etos kerja yang buruk, hidup sederhana (relatif) dan menabung, mensyukuri apa yang dimiliki, menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama, dsb, dilakukan oleh hampir semua orang.

Proses laku dan prihatin tetap dilakukan orang, hanya bentuk dan caranya saja yang berbeda, disesuaikan dengan kondisi jaman dan kondisi masyarakat. Yang membuat orang berhasil mencapai tujuannya dengan menjalankan suatu laku adalah bukan semata-mata karena bentuk lakunya, melainkan karena mereka akan tetap menjaga hal-hal yang positif dan menjauhi hal-hal yang bersifat negatif dan tidak bijaksana, sehingga segala sesuatu yang dikerjakan akan terkondisi pada arah yang benar untuk tercapainya tujuan.



--------------------------


                 www.nur-maunah.blogspot.com


 
Silakan kirimkan via email ke: hikmatul.ilmi@gmail.com untuk menyampaikan pendapat / komentar dan cerita-cerita atau pengalaman anda untuk dapat dimuat di forum ini.