Home

Jumat, 02 November 2012

Aku dan Guru Sejati

Aku  dan  Guru Sejati



Dalam aspek filosofi atau spiritual kebatinan, dikenal adanya istilah  Aku  dan  Guru Sejati
Aku  adalah orang yang bersangkutan yang sedang mempelajari ilmu.
Guru Sjeati  adalah pihak yang memberi ajaran.
Istilah Aku dan Guru Sejati ini ada pada aspek filosofi dari ilmu kebatinan dan spiritual.

Di dalam semua jenis ilmu, ada semacam penjurusan dalam pelajarannya, termasuk di dalam keilmuan kebatinan dan spiritual. Yang pertama adalah aspek pengetahuan yang mengarah kepada aspek filosofi atau spiritual dari sesuatu ilmu (yang menjadi ukuran kedalaman ilmu seseorang). Yang kedua adalah ilmu-ilmu atau kekuatan dari keilmuan itu sendiri (yang menjadi ukuran ketinggian ilmu seseorang).
Pelajaran mengenai aspek filosofi atau spiritual dari sesuatu ilmu seringkali diabaikan oleh orang-orang yang sedang menuntut ilmu. Orang lebih tertarik untuk segera dapat menguasai ilmu-ilmu tertentu yang dipandangnya berguna atau hebat dan kelihatan hasilnya. Sedangkan aspek filosofinya sendiri seringkali diabaikan, karena dianggap hanya pelajaran moral budi pekerti saja dan tidak terkait langsung dengan keilmuannya. Kecenderungannya, orang tersebut akan suka pamer ilmu dan merasa hebat karena berilmu tinggi.
Padahal, pelajaran mengenai aspek filosofi atau spiritual dari sesuatu ilmu, selain dimaksudkan sebagai ajaran moral dan budi pekerti, tetapi juga merupakan bahan untuk memperdalam suatu keilmuan. Bila aspek filosofi ini ditekuni dengan sungguh-sungguh akan dapat membawa pencapaian keilmuan seseorang kepada tahapan yang tak terduga. Orang berilmu yang juga menekuni aspek filosofi dari keilmuannya, maka ilmunya bukan hanya tinggi, tetapi juga dalam. Aspek filosofi ini menjadi ukuran kedalaman ilmu seseorang dan keilmuan yang dalam dapat menenggelamkan / menangkal ilmu yang tinggi. Dan seringkali terjadi bahwa orang yang ilmunya tinggi ternyata kalah / tenggelam oleh orang yang ilmunya dalam.
Orang yang menekuni ilmu kebatinan / spiritual melalui suatu keguruan, akan diajarkan ilmu-ilmu yang sudah menjadi bagian dari program keilmuannya. Biasanya pada tahapan terakhir seseorang belajar ilmu, dia akan diajarkan ilmu-ilmu tertinggi dan ilmu-ilmu pamungkas perguruan itu. Tetapi biasanya masih ada ilmu lain yang tidak diajarkan kepadanya, yaitu ilmu kesepuhan, ilmu yang hanya diajarkan kepada seseorang bila dipandang secara watak dan kepribadian orang tersebut sudah cukup sepuh.
Semua ilmu yang diterima oleh seorang murid, biasanya hanya terbatas pada materi keilmuan saja. Ilmu kesepuhan yang diterima seseorang biasanya selain berisi materi ilmu-ilmu tertentu, juga berisi ajaran filosofi tentang materi ilmunya, cara-cara meningkatkan kualitas ilmu, rahasia-rahasia ilmu dan rahasia-rahasia menangkal suatu ilmu, sampai cara-cara menyatukan ilmu seseorang dengan dirinya (sehingga seseorang bukan hanya memiliki banyak koleksi ilmu, tetapi ilmu itu juga menyatu dengan dirinya), dan cara-cara memaksimalkan pengembangan penguasaan keilmuan ke tingkatan yang lebih tinggi dan sekaligus dalam, dan memaksimalkan kekuatan diri sendiri sampai membangun kekuatan dari energi alam semesta (pengertian alam semesta disini bukan hanya alam lingkungan manusia tinggal, atau bulan, bintang, matahari, dsb, tetapi juga kekuatan dari roh-roh lain dan kekuatan dari roh ke-Tuhan-an).
Biasanya ilmu kesepuhan yang diajarkan seorang guru kepada muridnya adalah hasil pencapaian pribadi sang guru. Berbagai ilmu kesepuhan yang ada akan semakin berkurang pada generasi berikutnya, karena selain sedikitnya pribadi yang dianggap pantas menerima ilmu tersebut, biasanya seseorang juga sudah puas dengan apa yang sudah dimilikinya, sehingga tidak ada dorongan baginya untuk memperdalam ilmu. Begitu juga dengan keilmuan dari aspek filosofi ilmu seseorang. Hanya sedikit sekali yang mendalami.

Salah satu puncak ilmu kebatinan / spiritual adalah sampainya pada pengetahuan tentang sejatinya kita, manusia, yang dalam ilmu kebatinan spiritual sering disebut  Aku.  Aku adalah orang bersangkutan, yaitu sejatinya dirinya yang mengendalikan segala sesuatu yang dilakukannya, yaitu dirinya dan sukmanya, Pancer dan Sedulur Papat.

Dalam ilmu kebatinan spiritual juga dikenal adanya istilah  Guru Sejati.  Sosok ini merupakan pengejawantahan kegaiban seseorang yang menuntun seseorang weruh sakdurunge winarah (mengetahui sesuatu sebelum itu terjadi), mengetahui masa depan dan segala sesuatu yang terkait dengan indera keenam.

Guru sejati ini sebenarnya adalah sukma kita atau roh sedulur papat kita, ditambah dengan sukma- sukma para leluhur dan pribadi-pribadi tertentu yang mengayomi kita secara langsung maupun tidak langsung. Guru sejati ini yang akan menuntun seseorang dalam olah kebatinan dan spiritual, yang dapat menuntun kita mempelajari dan mengetahui hal-hal tertentu yang akan sulit kita ketahui bila hanya melakukan pencarian sendiri, apalagi mengenai pengetahuan yang sifatnya berdimensi tinggi. Guru sejati ini yang akan mendatangkan / mengajarkan berbagai macam pengetahuan kebatinan spiritual dalam bentuk ajaran langsung, wangsit / wahyu ataupun ilham.



Dalam proses laku menekuni ilmu, Aku berperan mengendalikan segala sesuatu yang dilakukannya.
Dalam proses pencarian pengetahuan, mempelajari kebenaran dan aspek pengetahuan di dalamnya, keberadaan sosok guru sejati akan sangat berguna untuk menuntun ke arah pengetahuan yang benar dan dalam tempo yang lebih singkat, dibandingkan bila harus melakukan pencarian sendiri. Sosok guru sejati ini bisa siapa saja, bisa seorang guru (manusia), bisa khodam ilmu / pendamping, bisa roh-roh leluhur, bangsa jin, dewa, dsb. Bila kemudian aspek suatu pengetahuan sudah didapatkannya, bila tidak ada lagi guru yang dapat menuntunnya, dia dapat melakukan pencarian sendiri ke dimensi pengetahuan yang lebih tinggi mengandalkan kemampuan batin / sukmanya.

Aspek Aku dan Guru Sejati ini ada pada semua bidang kehidupan kita sehari-hari, bukan hanya dalam bidang keilmuan batin spiritual. Kita sendiri juga merasakan adanya ajaran-ajaran berupa ilham dan ide-ide yang mengalir di dalam pikiran kita. Begitu juga manusia yang hidup di negara maju. Mereka yang menjadi penemu, peneliti, atau pengembang suatu teori ilmiah, pengetahuan, ataupun peralatan modern dan canggih, mereka melakukannya bukan semata-mata berdasarkan kecerdasan otak mereka, tetapi terutama didasarkan pada kecerdasan mereka untuk mendayagunakan mengalirnya ide dan ilham di dalam pikiran mereka sebagai sumber inspirasi untuk ditindaklanjuti.

Karena itu mereka sangat menghargai ide-ide, pendapat dan pemikiran-pemikiran orang lain walaupun berbeda dengan pemikiran dan pendapat mereka, dan semua perbedaan itu akan menjadi bahan untuk ditindaklanjuti, yang menginspirasi mereka untuk maju. Kontras sekali dengan kehidupan kita disini yang sangat mengagungkan ego dan ke-Aku-an, yang tidak menghargai perbedaan pendapat, sehingga hidup kita penuh dengan dogma dan doktrin, yang menyebabkan kehidupan kita sulit sekali untuk maju dan peradaban kita sulit sekali untuk menjadi modern. Kehidupan peradaban modern tidak semata-mata diisi dengan pembangunan fisik, peralatan modern atau kekayaan materi, tetapi terutama adalah sikap hidup masyarakatnya yang modern, yang selalu berpikir dan bersikap positif dalam segala hal.
Contoh yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari adalah cerita tentang suatu mahluk hidup yang disebut kuman, yang sering disebut sebagai penyebab suatu sakit / penyakit, yang sedemikian kecilnya ukuran tubuhnya sehingga tidak dapat diinderai dengan mata kita, hanya dapat dilihat melalui mikroskop. Bagi kita yang belum pernah melihatnya secara langsung, kita hanya bisa percaya. Walaupun tidak bisa membuktikan sendiri kebenarannya, tetapi kita percaya, karena kita banyak menerima cerita kedokteran, juga karena ada bukti-bukti berupa foto-foto gambarnya. Manusia di bidang kedokteran / kesehatan atau petugas laboratorium biologi / mikrobiologi dapat menuntun dan mengajar kita, menjadi guru sejati kita, bila kita ingin melihatnya sendiri dan membuktikan kebenarannya berikut aspek pengetahuan di dalamnya.
Begitu juga dengan keberadaan mahluk halus di sekitar kita, yang tidak dapat diinderai dengan mata kita. Bila secara rasa batin kita dapat merasakan keberadaannya, kita dapat memperjelas dengan cara penglihatan gaib, atau dengan cara kebatinan / spiritual yang lain. Kemampuan melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaib akan sangat berguna untuk melihat sendiri kebenaran keberadaannya. Kemampuan melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaib juga akan sangat berguna untuk mendapatkan sosok-sosok gaib yang dapat menuntun kita mengetahui hal-hal gaib yang akan sulit kita ketahui bila hanya melakukan pencarian sendiri, apalagi mengenai pengetahuan yang sifatnya berdimensi tinggi.

Ketika masih dalam kondisi awam, roh para sedulur papat akan bersama-sama dengan kita dalam proses belajar (mereka juga ikut belajar), tetapi perkembangan belajar mereka jauh lebih cepat daripada kita, karena secara roh mereka mengetahui hal-hal yang tidak kita ketahui secara fisik dan dapat kemudian memberitahukan pengetahuan mereka kepada kita berupa ide-ide dan ilham atau penglihatan gaib yang mengalir dalam pikiran kita. Karena itu bila kita aktif memperhatikan pemberitahuan mereka itu, kita akan lebih mudah dalam mempelajari sesuatu apapun dalam kehidupan kita dan tidak akan menemukan jalan buntu di dalam suatu permasalahan. Mereka akan aktif hadir di dalam perenungan-perenungan.

Roh kita sebagai Pancer, sebenarnya juga bersifat roh, sehingga juga dapat mengetahui hal-hal yang bersifat roh. Tetapi secara duniawi roh Pancer ini terbelenggu dalam kehidupan biologis manusia, sehingga manusia tidak peka dengan hal-hal yang bersifat roh. Karena itu seringkali seseorang harus bisa membersihkan hati, pikiran dan batinnya, harus bisa melepaskan belenggu keduniawiannya, untuk bisa mendalami hal-hal yang bersifat roh dan keTuhanan.

Di dalam proses pencarian spiritual, roh sedulur papat dan roh para leluhur akan saling berinteraksi, menjadi Guru Sejati yang akan berperan mendatangkan / mengajarkan ilmu dan pengetahuan kepadanya, walaupun orang yang bersangkutan seringkali tidak mengetahui siapa sajakah para pribadi yang menjadi guru sejatinya. Itulah sebabnya, seseorang yang mempunyai garis keturunan orang ilmu akan lebih mudah mempelajari sesuatu ilmu, dibanding orang lain yang tidak mempunyai garis keturunan ilmu.

Sesuatu objek yang sudah kita ketahui keberadaannya, kemudian kita pelajari sisi pengetahuan spiritualnya, aspek asal-usul keberadaannya, tujuan keberadaannya, apa saja perbuatannya, dsb. Secara pribadi pengetahuan itu akan menjadi pengetahuan yang bersifat kebatinan / spiritual. Seseorang yang mempelajari dunia spiritual, atau bahkan yang digelari master spiritual sekalipun, tidak berarti dia mengetahui segala-galanya. Tentang aspek pengetahuan apa yang diketahuinya dan akan menjadi sejauh mana pengembangan spiritualitasnya akan tergantung pada interest masing-masing. Dan sosok guru sejati yang bersamanya akan mengajarkan segala sesuatu sesuai bidang pengetahuannya masing-masing.

Seseorang yang telah mendapatkan  'pencerahan'  tentang sesuatu, sudah seharusnyalah dia berusaha mengenali siapa sajakah yang telah menjadikannya kaweruh,  kemudian memberikannya penghormatan khusus dan mendekatinya untuk mendapatkan pengajaran yang lebih lanjut dan mendalam. Siapa tahu mereka yang telah berkenan kepadanya itu adalah para leluhur yang telah menerima wahyu kesepuhan, yang kemudian jika mereka berkenan membuka diri lebih lanjut, mungkin segala sesuatu ilmu akan diturunkan kepadanya. Mungkin juga kemudian para Dewa-pun akan berkenan menurunkan wahyu keilmuan / spiritual kepadanya.

Aspek penting Guru Sejati hadir di dalam keilmuan kebatinan dan spiritual dengan penekanan pada usaha untuk mengenali siapa saja yang menjadi guru sejatinya dalam proses keilmuannya, supaya seseorang bertekun kepada gurunya itu untuk mendapatkan bimbingan yang mendalam. Dan ketika sudah tidak ada lagi sosok yang dapat menjadi gurunya, maka roh sedulur papat akan menjadi pembimbingnya yang utama, yang memberinya ide dan ilham, penglihatan gaib dan jawaban dari berbagai pertanyaan, dan menuntunnya pada pengetahuan yang lebih tinggi.


Inilah salah satu aspek penting dalam kebatinan jawa yang menekankan pengenalan pada roh sedulur papat, sehingga muncul konsep Sedulur Papat Kalima Pancer sebagai Guru Sejati, yang penekanannya adalah pada penyatuan interaksi antara seseorang (Pancer) dengan para roh sedulur papatnya. Dan bila saja dewa berkenan sehingga seseorang memiliki suatu wahyu keilmuan / spiritual dalam dirinya, maka keberadaan wahyu itu akan melipatgandakan kemampuannya untuk mendapatkan pengetahuan yang berdimensi tinggi.

Tidak selamanya dalam semua hal yang kita tekuni kita akan menemukan suatu sosok yang dapat mengajar atau membimbing kita. Aspek roh sedulur papat menjadi penting karena mereka selalu ada pada kita, dan apapun kebaikan dan kekuatan yang dimiliki oleh sedulur papat itu, efeknya akan selalu berimbas kepada kita, menjadi kebaikan dan kekuatan kita juga, karena mereka adalah bagian dari diri kita sendiri. Kekuatan mereka dan penghayatan kita pada kebersamaan mereka, akan mewujudkan suatu kekuatan batin dan sukma yang akan berguna dalam melandasi kemantapan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan kita sehari-hari. Termasuk ucapan kita yang dilandasi kekuatan dan keyakinan batin akan terjadi, maka itu akan dapat benar terjadi. Yang sedemikian itu sering disebut ucapannya mandi (manjur / idu geni).

Karena itu seringkali dikatakan, dalam hubungannya dengan kebatinan jawa, bahwa ilmu seseorang sudah mencapai puncaknya apabila sudah dapat menemui wujud Guru Sejati, yang tidak lain adalah roh sedulur papat, yang wujudnya secara halus benar-benar mirip orang yang bersangkutan. Tetapi sebenarnya itu barulah awal dari suatu tahapan yang penting. Hanya sekedar bisa melihat atau bertemu dengan roh sedulur papat tidak akan berarti apa-apa dan tidak akan memberi manfaat apa-apa. Tetapi kesempurnaan akan didapatkan jika seseorang bisa mendayagunakan kesatuan roh sedulur papat dengan orang itu sendiri dalam setiap usaha dan tindakannya.

Karena itu dalam doa dan amalan kejawen, pada setiap bagian pembukaannya selalu disebutkan :
Niat Ingsun .......................
Saking kersaning Allah.


Artinya, dalam doa dan niatan seseorang melakukan suatu perbuatan yang dianggap penting selalu disatukan dengan bantuan para sedulur papatnya menjadi satu kesatuan perbuatan bersama-sama, sehingga hasilnya akan lebih baik dan pengaruhnya secara kebatinan dan kegaiban akan menjadi lebih kuat.

Walaupun ucapan : kakang kawah adi ari-ari, kadhangku kang lahir nunggal sedina lan kadhangku kang lahir nunggal sewengi, Ingsun arso ……..  Ewang-ewangono ingsun .........tidak selalu disebutkan, karena sugesti istilah Ingsun adalah mewakili kesatuan Sedulur Papat lan Kalima Pancer.

Tetapi doa dan amalan itu hanya akan berarti jika seseorang memiliki pemahaman dan kepercayaan tentang roh sedulur papat. Tanpa itu doa-doa dan amalan itu tidak akan banyak memberi manfaat walaupun sering dibaca berulang-ulang atau pun sering diwirid sebagai suatu amalan ilmu.

Pendayagunaan roh sedulur papat sebagai  Guru Sejati  dapat dilakukan dengan memperhatikan semua pemberitahuan dari mereka yang berupa rasa dan firasat, penglihatan gaib, ide dan ilham, dan jawaban dari berbagai pertanyaan dan permasalahan, atau menjadikannya sebagai satu kekuatan batin dan sukma yang mendasari perbuatan-perbuatan, atau pada tingkatan yang lebih tinggi dapat mendayagunakannya sebagai suatu pribadi yang bisa diajak berpikir dan berkomunikasi seolah-olah mereka adalah sosok-sosok roh lain yang berdiri sendiri-sendiri  (baca: Olah Sukma dan Kebatinan).


Penekanan terhadap Aku, menjadikan seseorang mudah puas diri dan sombong atas apa yang telah berhasil diraihnya. Semua yang telah dicapainya dan yang dimilikinya dianggapnya sebagai hasil usahanya sendiri, hasil prestasinya sendiri, sering melupakan siapa saja yang telah berjasa atas apa yang telah diraihnya. Apa yang dikejarnya hanyalah untuk mengejar kepuasan diri dan ke-Aku-annya.

Pengenalan diri terhadap Aku dan Guru Sejati akan menjadikan seseorang lebih mengenal dirinya, dan mengetahui sejauh mana pengembangan yang akan bisa dilakukannya.
Pengenalan diri terhadap Aku dan Guru Sejati akan menjadikan seseorang lebih mampu menerima ide-ide / ilham / wangsit untuk pengembangan diri dan kepribadiannya.
Pengenalan diri terhadap Aku dan Guru Sejati akan menjadikan seseorang mau belajar dan menerima ajaran dari siapapun yang berguna untuk pengembangan diri dan kepribadiannya, dan tidak akan merendahkan seseorang ataupun suatu ajaran.
Pengenalan diri terhadap Aku dan Guru Sejati akan menjadikan seseorang berusaha mengenali siapa sajakah yang telah memberinya ajaran, kemudian memberikannya penghormatan khusus dan mendekatinya untuk mendapatkan pengajaran yang lebih lanjut dan mendalam.

Guru bisa dicari kemana saja, jika diperlukan, dari satu guru ke guru lain yang lebih tinggi. Hasil pencapaian seseorang tergantung pada usahanya sendiri dan pribadi guru yang menjadi pembimbingnya.

Pencarian spiritual yang tinggi akan membawa seseorang kepada suatu tahapan yang tak terduga.
Masing-masing guru akan memberikan  'pencerahan'  kepada yang diajarnya.
Ketekunan kepada Guru Sejati akan membawa seseorang kepada tingkatan Tercerahkan.



----------------------

                        www.nur-maunah.blogspot.com



Silakan kirimkan via email ke: hikmatul.ilmi@gmail.com   untuk menyampaikan pendapat / komentar dan cerita-cerita atau pengalaman anda untuk dapat dimuat di forum ini.


9 komentar:

  1. Tulisananya dapat dari mana mas ? kok sama dengan javanese2000@gmail.com

    BalasHapus
  2. aku pengen ketemu guru sejati aku caranya gimana bapakkkk

    BalasHapus
  3. Assalamualaikum,aku pernah bertemu dan berdialog dng guru sejati dlm keadaan sadar dan sedang berjalan kaki (abis
    beli nasi bungkus buat makan siang) di areal pekuburan,yg aku rasakan berubah menjadi "alam surga"saat munculnya seseorang yg wajah dan suaranya spt aku, sambil berdialog sampai 5 pertanyaan ,aku mengangkat tangan kiri tanpa sengaja ternyata aku sdh memegang panasnya pagar besi (pintu tempat aku bekerja),bersamaan dari rasa panas ditanganku itu (siang jam 12.15)alam nyata menjalar kearah kanan pandanganku dan memenuhi semua alam surga tadi,akhirnya aku spt orang bingung berdiri di pintu pagar dan tdk jadi makan siang. Saat itu aku belajar silat kebatinan msh sabuk putih,(2003/2004)Sblmnya aku sering mendengar jawaban2 melalui pertanyaan di dlm hatiku sendiri.Awalnya dari apa hakikat ilmu,diri sejati,rahasia,sifat dan Kehendak Allah.Pd saat hatiku berkata:Untuk apa aku membeli dan makan nasi bungkus ini?kalau jasadku hanya akan menjadi tanah spt kuburan itu?(sambil mengusap tangan kiriku dan memandang kuburan disamping jalan),Kalau begitu siapa aku,yg hidup dan merasakan semua ini?Saat itulah org spt aku td mucul di hadapanku dan alam yg kurasakan berubah sejuk dan sangat indah,sambil mendekat dia berkata :"AKU".Spontan aku bertanya lagi."Kalau aku adalah KAU,KAU adalah aku,jd sebenarnya KAU ini siapa?Sambil mendekat kearah telinga kananku dia menjawab:AKU ADALAH RAHASIA mu.Sambil berpikir aku merasa melayang dan dingin ,di alam tersebut(tdk merasa sdg berjalan).aku bertanya lagi:Untuk apa di rahasiakan,dibuka saja,kita kan sdh sama2 tahu?trus kenapa rahasia itu adalah aku?Lalu dia menjawab:Bukan begitu,kau kan masih di alam fana,lagian cuma kau yg bisa membaca pesan pesan Ku..(maaf hanya dialog ini yg msh bisa ku ingat,seolah dia berkata:Rahasia tetaplah menjadi rahasia).Sejak saat itu aku lebih nanyak diam dan menyendiri,aku hanya cerita ke istri dan guru silatku.Saat tsunami (waktu itu aku ada pekerjaan di Masjid Raya Banda Aceh) datang aku pun diberitahu melalui suara hati sampai 3 kali,tp akalku membantahnya krn suara itu tdk menyebut tsunami tp "Awas ada air yg besar akan datang!".Mungkin krn dari kecil sampai sat saat terjadi aku tdk pernah mendengar dan tahu arti tsunami.Saat di pusaran air di tengah lautan pun aku mrndengar suara "dia"dan sangat panjang untuk di ceritakan semuanya disini.Masalah nya saat ini aku ingin bertemu dan berdialog lg spt saat itu,apakah ada yg bisa menolong aku?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sejati nya rahsia di dapat dari kebenaran sejati.
      Kunci kita turut berbuat kebenaran.. Nmun saya tetap mncari kebenaran sejati. Agar saya tetap dapat lindungan dari ALLAH..

      Hapus
  4. apakh dewa2 dan dewi2 itu memang ada?

    BalasHapus
  5. Gmn cara bertemu dgn guru sejati

    BalasHapus