Home

Minggu, 28 Oktober 2012

Olah Batin dan Kebatinan

4.  Olah Batin dan Kebatinan.




  Penghayatan Kebatinan


Kebatinan adalah mengenai segala sesuatu yang dirasakan manusia pada batin yang paling dalam, dan terjadi pada siapa saja dalam kehidupan sehari-hari.

Kebatinan tidak hanya terkait dengan keilmuan kebatinan, atau keyakinan keagamaan dan kepercayaan, tetapi bersifat universal, berkaitan dengan segala sesuatu yang dirasakan manusia pada batin yang paling dalam. Di dalam kebatinan masing-masing orang terkandung keyakinan dan kepercayaan pribadi, pandangan dan pendapat pribadi, prinsip dan sikap hidup pribadi, yang semuanya itu menjadi bagian dari sikap kepribadian seseorang, yang tercermin dan melandasi perbuatan dan perilakunya sehari-hari. Kebatinan melandasi kehidupan manusia sehari-hari.

Setiap manusia di dalam peradabannya masing-masing memiliki sikap kebatinan dan spiritual sendiri-sendiri, bukan hanya yang bersifat pribadi, tetapi juga segala sesuatu yang dipercaya oleh sekelompok masyarakat setempat. Kebatinan dan spiritual tidak hanya terkait dengan keilmuan kebatinan, kepercayaan tentang hal-hal gaib, mitos dan legenda, atau kepercayaan keagamaan atau kerohanian, tetapi lebih dari itu. Kebatinan dan spiritual tidak boleh dipandang secara sempit dan dangkal yang hanya dianggap sama dengan keilmuan kebatinan, atau aliran-aliran kepercayaan, dsb.

Kebatinan dan spiritual termasuk juga mengenai apa yang dirasakan oleh orang-orang yang sangat tekun dalam beribadah dan murni dalam agamanya, karena setiap agama pun mengajarkan juga tentang apa yang dirasakan hati dan batin, mengajarkan untuk selalu membersihkan hati, bagaimana harus berpikir dan bersikap, dsb, dan di dalam setiap firman dan sabda terkandung makna kebatinan yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Bahkan panggilan yang dirasakan seseorang untuk beribadah, itu juga batin. Dan dalam batin itu sendiri tersimpan sebuah kekuatan yang besar jika dilatih dan diolah. Kekuatan batin menjadi kekuatan hati dalam menjalani hidup dan memperkuat keimanan seseorang.
Sebagian besar pemahaman kebatinan dan aliran kebatinan yang ada (di seluruh dunia) adalah bersifat kerohanian dan keagamaan, berisi upaya penghayatan manusia terhadap Tuhan (Roh Agung Alam Semesta) dengan cara pemahaman mereka masing-masing. Tujuan tertinggi penghayatan kebatinan mereka adalah untuk mencapai kesatuan dan keselarasan dengan Sang Pribadi Tertinggi (Tuhan). Oleh sebab itu para penganut kebatinan berusaha mencapai tujuan utamanya, menyatu dengan Tuhan, menyelaraskan jiwa manusia dengan Tuhan, melalui olah batin, laku rohani dan keprihatinan, menjauhi kenikmatan hidup keduniawian, dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang terlarang dan menyelaraskan hidup mereka dengan kehendak Tuhan.
Dan di dalam hidup berkebatinan itu ada laku-laku dan ritual yang dilakukan manusia, seperti laku-laku yang dilakukan dalam kepercayaan dan tradisi, seperti laku-laku dalam budaya dan kepercayaan kejawen, atau laku dan ritual dalam ibadah agama, atau laku-laku pribadi sesuai kepercayaan kebatinan masing-masing orang. Tetapi kebatinan tidak selalu harus ditunjukkan dengan laku-laku tertentu yang kelihatan mata, karena kebatinan terutama berisi sikap hati dan pandangan-pandangan pribadi yang semuanya tidak selalu diwujudkan dengan laku dan ritual yang kelihatan mata. Termasuk sikap hidup rasional manusia yang hidup di negara-negara maju dan modern, itu adalah sikap kebatinan mereka dalam hidup mereka sehari-hari.

Seringkali orang memandang istilah kebatinan secara dangkal dan mempertentangkannya dengan agama, padahal pengertian kebatinan ini bersifat luas. Kebatinan terutama berisi pengimanan / penghayatan seseorang terhadap apa yang dirasakannya di dalam batinnya, apapun agama atau kepercayaannya, dan di dalam masing-masing agama dan kepercayaan juga terkandung suatu kebatinan yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Di dalam setiap firman dan sabda terkandung makna kebatinan yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Tetapi sikap kebatinan keagamaan ini sudah banyak yang meninggalkannya, digantikan dengan ajaran tata ibadah saja dan dogma / doktrin ke-Aku-an agama. Orang lebih memilih menjalani kehidupan formal agamis dan hanya menjalankan sisi peribadatan yang bersifat formal dan wajib saja. Sisi kebatinan dari agamanya seringkali tidak ditekuni.
Walaupun pengertian kebatinan bersifat luas, tetapi dunia kebatinan pada masa sekarang memang sudah termasuk "haram" untuk diperbincangkan, karena orang berpandangan sempit dan dangkal tentang kebatinan. Kebatinan dalam berkeagamaan saja jarang yang menekuni, karena orang lebih suka menjalani yang bersifat formal saja dan mengikuti dogma dan doktrin dalam agama. Sekalipun banyak orang hafal dan fasih ayat-ayat suci, tetapi tidak banyak yang mengerti sisi kebatinan dan spiritualnya, sehingga pengkultusan dan dogma dalam kehidupan beragama sangat mendominasi kehidupan beragama, akibatnya banyak sekali terjadi perbedaan pandang dan pertentangan di kalangan mereka sendiri. Banyaknya aliran dalam suatu agama adalah bentuk dari ketidak-seragaman kebatinan dan spiritual dari para penganut agama itu sendiri.
Perilaku kebatinan (misalnya kejawen) yang dilakukan oleh seseorang yang beragama, seringkali memang dipertentangkan orang, dianggap bertentangan dengan agama, atau bahkan dianggap sebagai aliran / ajaran yang bisa merusak keimanan seseorang. Padahal, penghayatan kebatinan pada dasarnya adalah pemahaman dan penghayatan kepercayaan manusia terhadap Tuhan. Penghayatan ketuhanan itu bukanlah agama, tetapi seseorang beragama yang menjalaninya, justru bisa mendapatkan pemahaman yang dalam tentang agamanya dan Tuhan setelah mempelajari kebatinan tersebut, dan seseorang bisa mendapatkan pencerahan tentang agamanya, walaupun pencerahan itu didapatkannya dari luar agamanya.
Perilaku berkebatinan, termasuk kebatinan agama, apapun agama dan kepercayaannya, baik sekali dilakukan, supaya seseorang mengerti betul ajaran yang dianutnya, supaya tidak dangkal pemahamannya atau hanya ikut-ikutan saja, tetapi materi kebatinannya harus diperhatikan dan di-"filter", dan memiliki kebijaksanaan untuk memilih yang baik dan membuang yang tidak baik, sehingga kemudian dapat menjadi pribadi yang mengerti agama dan kepercayaannya dengan benar dan mendalam, tidak mudah dibodohi atau dihasut, apalagi hanya ikut-ikutan.

Memang perlu bahwa manusia memiliki suatu keyakinan atau prinsip hidup yang kuat sebagai bagian dari kepribadian yang kuat. Dan para penganut agama / kepercayaan yang tekun mendalami kebatinan agama dan kepercayaannya akan memiliki keyakinan dan kekuatan batin yang lebih, dibandingkan yang hanya menjalani kepercayaannya secara formalitas saja, apalagi dibandingkan yang mengabaikannya.


Sebenarnya sisi kebatinan ada dalam semua aspek kehidupan, bukan hanya ada dalam keilmuan kebatinan atau kepercayaan / keagamaan, dan menjadi bagian dari kepribadian seseorang. Tetapi yang menambah nilai pada kekuatan kebatinan adalah suatu keyakinan terhadap sesuatu hal dan keyakinan itu konsisten dijalaninya sepenuh hati dalam hidupnya. Dan bila keyakinan itu konsisten dijalaninya, semakin banyak godaan/gangguan, akan semakin bertambah kekuatan batinnya.

Sisi kebatinan itu akan menambah kekuatan batin seseorang bila dilandasi sikap keyakinan di dalamnya dan dilaksanakan sepenuh hati dalam kehidupannya sehari-hari. Kalau tidak begitu, itu hanya akan menjadi sebuah konsep atau prinsip hidup, tetapi tidak menambah nilai kebatinannya. Dan yang jelas berpengaruh sekali pada kekuatan batin adalah keyakinan yang dominan dalam kehidupan seseorang, seperti ketekunan dan keyakinan pada agama, atau keyakinan kepercayaan kerohanian, atau keyakinan pada suatu keilmuan.


Kekuatan batin dan kegaiban kebatinan tidak perlu dicari kemana-mana. Kekuatan batin dan kegaiban kebatinan sebenarnya berasal dari diri sendiri, dari sesuatu yang kita yakini, dan sugesti keyakinan itu akan menciptakan suatu kegaiban tersendiri. Kita sendiri bisa mengalaminya. Misalnya dalam kehidupan kita beragama, cukup satu saja firman atau sabda dalam ajaran agama kita hayati maknanya, kita imani dan kita perdalam dengan dibaca berulang-ulang (atau diwirid) dengan penghayatan. Penghayatan kita itu kita pegang teguh dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menyatu dan mengisi hati dan batin kita. Setelah itu kita akan dapat merasakan adanya rasa kegaiban tersendiri, kekuatan batin tersendiri, dan itu hanya kita sendiri yang menjalaninya saja yang tahu dan merasakannya. Seberapa kuat penghayatan kita itu dan seberapa dalam keyakinan keimanan kita itu akan menciptakan suatu kekuatan batin dan kegaiban tersendiri.

Manusia yang menekuni dan memperdalam kebatinan tertentu, termasuk kebatinan agama, akan memiliki lebih banyak penghayatan dan pemahaman tentang kegaiban hidup dan kegaiban alam, akan memiliki kepekaan dan kekuatan batin tertentu, atau kegaiban-kegaiban tertentu. Dalam laku manusia menekuni dan memperdalam kebatinan itu, secara pribadi maupun melalui suatu perkumpulan atau kelompok keagamaan, manusia menemukan suatu kekuatan yang bersifat batin, kekuatan kebatinan, suatu kekuatan sugesti yang berasal dari ketekunan dan kekuatan kepercayaan, yang setelah ditekuni, diolah secara khusus dan diamalkan, akan dapat menjadi suatu kegaiban atau mukjizat tersendiri, atau dapat disugestikan
menjadi ilmu-ilmu kebatinan.

Jadi, di dalam olah kebatinan  ada 2 hal pokok di dalamnya, yaitu pengolahan keyakinan kebatinan (pemahaman / penghayatan) dan pengolahan kekuatan kebatinan. Tetapi dalam kehidupan jaman sekarang perilaku kehidupan berkebatinan sudah digantikan dengan kehidupan agamis formal, dan olah batin sudah digantikan dengan hanya membaca (dan menghafal) ayat-ayat suci dan firman-firman saja. Orang lebih suka mempelajari ilmu-ilmu kebatinan secara tersendiri, yang kemudian mewujud menjadi ilmu gaib dan ilmu khodam, yang seringkali tidak dilandasi dengan kekuatan kebatinan, karena tidak didasari dengan olah batin, hanya mengolah ilmu gaib dan ilmu khodam saja.


Olah Kebatinan  berkaitan dengan ketekunan penghayatan kerohanian, kekuatan keyakinan dan kekuatan batin, kegaiban kebatinan, dan disertai dengan landasan filosofi kebatinan spiritual, misalnya dalam kebatinan kejawen ada cerita saudara kembar sedulur papat kalima pancer, filosofi dalam cerita pewayangan, ilmu kasampurnan (kesempurnaan), konsep Manunggaling Kawula Lan Gusti, Sukma Sejati, Guru Sejati, Sangkan Paraning Dumadi (hakekat / kesejatian manusia), dsb. 
Dalam menekuni kebatinan, berbagai cerita dalam filosofi kebatinan spiritual tersebut di atas adalah dasar tuntunan untuk berperilaku (budi pekerti), tuntunan pemahaman kerohanian, sasaran / tujuan pencapaian ilmu dan bumbu cerita spiritual kebatinan.
Orang-orang yang menekuni kebatinan biasanya juga mengerti tentang kegaiban, memiliki kepekaan tertentu mengenai kegaiban, kegaiban hidup dan kegaiban alam, dapat membedakan suatu rasa yang merupakan pertanda dari akan terjadinya suatu kejadian, atau tentang kejadian-kejadian yang akan datang, dsb, yang selain berasal dari pengetahuannya sendiri, biasanya juga didapatkan dari ilham atau bisikan gaib (wangsit).
Olah batin, yang bersifat keilmuan, adalah tingkatan selanjutnya dari olah rasa. Kekuatan yang dihasilkan juga bukan lagi tenaga fisik atau tenaga dalam, tetapi tenaga batin. Dalam olah batin ini, orang hanya sedikit melakukan olah gerak atau olah nafas. Yang banyak dilakukan adalah mempertajam kepekaan dan kekuatan batin dengan perenungan-perenungan, berpuasa, menyepi, tirakat dan laku prihatin, amalan-amalan dan doa-doa kebatinan, semadi dan tapa brata, dsb.  Cakra tubuh yang berperan adalah cakra yang berada di bawah pusar sampai ke dahi.
Mereka yang mendalami suatu olah kebatinan, biasanya juga memahami aspek spiritual dari olah kebatinan yang ditekuninya. Tetapi aspek spiritual yang lebih tinggi biasanya tidak ditekuni, karena biasanya hanya berkonsentrasi pada aspek spiritual yang terkait dengan apa yang sedang dijalaninya saja sesuai yang diajarkan kepadanya. Tetapi para tokoh kebatinan, yang menemukan konsep-konsep kebatinan, yang kemudian mengajarkannya kepada murid-murid atau para pengikutnya, biasanya telah menguasai aspek spiritual dari kebatinannya secara mendalam dan memiliki kekuatan sukma yang tinggi.

Dalam olah batin kita mengolah kekuatan kebatinan, yaitu kekuatan roh kita, sukma kita, kesatuan kesadaran (pancer) dan roh sedulur papat yang menyatu di dalam tubuh kita, yang menjadi bagian dari kebatinan kita. Di dalamnya terdapat olah rasa dan olah sugesti, firasat, olah kekuatan, kepekaan dan ketajaman kebatinan, penghayatan keyakinan kebatinan dan pengolahan ilmu-ilmu kebatinan.
Seperti yang sudah kita ketahui, ada roh gaib di dalam diri kita sendiri, yaitu sukma kita atau kesatuan roh sedulur papat dan pancer kita  (baca: Sedulur Papat Kalima Pancer).  Kekuatan dari roh gaib kita sendiri itulah yang diolah dalam olah batin. Jadi Inti dari olah kebatinan, yang bersifat keilmuan, adalah mengolah kekuatan kita sendiri, yaitu kekuatan sukma / batin. Kegaiban yang kemudian dihasilkan adalah kegaiban dari diri sendiri, bukan kegaiban dari gaib lain, seperti jin atau gondoruwo (khodam ilmu). 
Unsur penting dalam ilmu kebatinan adalah  rasa  dan  sugesti  (untuk meng-sugesti diri sendiri atau orang lain).  Olah rasa dan olah sugesti biasanya diawali dengan melatih kepekaan batin (olah rasa) yang dilatih dengan mempelajari kegaiban benda-benda pusaka dan jimat (misalnya dengan cara seperti dalam tulisan Menayuh Keris) atau mendatangi tempat-tempat yang angker / wingit, bertirakat, melatih peka lingkungan, seperti dalam tulisan  Olah Rasa dan Kebatinan. 

Ada tips sederhana untuk melatih kekuatan batin dan mental, sbb :
Di tempat yang berpenghuni mahluk halus, bila kita merinding, itu biasa. Tetapi bila kita merasakan tekanan di dada sampai merasa seperti sulit bernafas, berarti kita bisa merasakan keberadaan mahluk halus itu dengan rasa, ada semacam perbenturan energi di dada. Kondisi inilah yang kita inginkan untuk melatih kekuatan batin. Tetapi bila kita merinding dan merasakan takut yang mencekam, berarti si mahluk gaib memancarkan sinyal tidak menghendaki keberadaan kita di situ. Sebaiknya kita jangan menunjukkan perilaku yang tidak pantas, misalnya sok berani tidak takut, dsb, apalagi menantang. Sebaiknya kita berhati-hati dan menghormati keberadaan mereka. Lebih baik kita menyingkir saja, cari aman. Yang penting sama-sama selamat.
Ada banyak jenis mahluk halus dan wujudnya pun bermacam-macam. Ada yang menyerupai manusia, ada juga yang menyerupai binatang. Ada yang menyeramkan, ada juga yang cantik / ganteng, enak dipandang. Tetapi walaupun sosoknya cantik / ganteng, tetap saja membuat takut. Sebenarnya yang membuat takut bukan hanya penampilannya, tetapi terutama adalah pancaran psikologisnya yang sengaja membuat takut manusia, sehingga walaupun manusia tidak melihat sosoknya secara jelas, tetapi pancaran psikologis itu telah dapat membuat manusia lemas ketakutan atau bahkan pingsan.
Untuk melatih membangun kekuatan rasa dan batin, pada saat kita merasa dada tertekan seperti disebut di atas (dan tidak merinding ketakutan), cobalah tenangkan batin, tetapi jangan menenangkan nafas, biarkan nafas tetap tertekan. Rasa tertekan di dada itulah yang kita cari. Lebih bagus lagi bila pada saat itu kita juga merasakan getaran kencang di tangan dan di seluruh tubuh. Itu adalah gerakan perlawanan dari sukma kita plus kundalini (sejenis tenaga dalam murni). Cobalah rasa dada tertekan itu dilawan, bukan dengan menenangkan nafas, tetapi dengan menekan nafas, sampai rasa tertekan di dada hilang. Bila perlu, lakukan sedikit gerakan tangan untuk bantuan (tangan mengepal dan badan dikeraskan). Dengan beberapa kali melakukan cara sederhana seperti itu saja kita sudah melatih membangun kekuatan rasa dan batin. Setelah beberapa kali latihan, anda bisa merasakan sendiri adanya perbedaan pada diri anda.
Cara latihan di atas tujuannya adalah untuk menguatkan mental dan keyakinan bahwa secara roh kita juga bisa berdiri berdampingan dengan mahluk halus lain. Harus ditekankan bahwa cara di atas tidak dimaksudkan sebagai sikap menantang, tetapi untuk menumbuhkan suatu keyakinan bahwa bumi ini milik semua mahluk, sehingga selama kita tidak bersikap mengganggu atau menantang, maka kita akan hidup berdampingan secara roh dengan mahluk halus lain. Cara di atas selain akan meningkatkan keyakinan / kekuatan batin, juga akan meningkatkan kekuatan sukma dan kundalini yang akan menguatkan dan menyegarkan tubuh kita. 
Cara latihan di atas bisa diibaratkan seperti kita latihan bulu tangkis dengan mencari lawan latihan. Dengan sering melakukan latihan tanding dengan sendirinya kemampuan kita juga akan meningkat, sehingga yang awalnya kita belum mahir, lama-kelamaan kita bisa mengimbangi permainan lawan.
Harus diperhatikancara ini termasuk berbahaya. Lakukanlah secara hati-hati dan sopan. Pada saat kita latihan tersebut, jangan berpikir dan bersikap bahwa kita akan melawan mahluk halus tersebut (atau adu kuat dan tidak takut, apalagi menantang),  tetapi tanamkan dalam hati bahwa kita hanya berusaha untuk belajar  menguasai / mengendalikan diri. Jika selama berada di tempat tersebut kita merasakan merinding dan rasa takut yang mencekam, itu berarti ada mahluk halus yang tidak suka dengan kehadiran kita. Untuk amannya, sebaiknya kita menyingkir saja. Yang penting: sama-sama selamat.
Seperti kejadian pada latihan di atas, orang yang tinggal di pedesaan atau di lingkungan yang sepi yang masih banyak tempat / pohon angker dan wingit, orang-orang yang terbiasa melewati atau mengunjungi tempat-tempat angker dan menakutkan, dan selalu berhasil menekan rasa takutnya, akan mempunyai kekuatan sukma yang lebih, dibandingkan orang-orang yang tidak berani mendatangi atau melewati tempat-tempat yang angker.

Setelah mendalami pemahaman-pemahaman, dasar-dasar dan tujuan kerohanian, tahapan selanjutnya dalam olah keilmuan kebatinan adalah melakukan laku-laku tertentu, tirakat dan amalan-amalan tertentu untuk meningkatkan kekuatan sugesti, kekuatan batin, mendapatkan pencerahan-pencerahan, dan memahami sisi kegaiban (sisi yang tidak tampak mata) dalam kerohanian. Tirakat dan amalan-amalan juga dilakukan untuk memperdalam ilmu-ilmu tertentu, seperti untuk kekuatan, kesaktian gaib, kekebalan, terawangan gaib, pengobatan gaib, berkomunikasi dengan roh halus, mengambil pusaka dari alam gaib, bahkan gendam, pelet dan santet. Seringkali dalam mengolah ilmu batin ini tidak dapat dipisahkan dari ilmu gaib dan ilmu khodam, karena semuanya berkaitan dengan kegaiban dan sumber kekuatan ilmunya bisa juga berasal dari roh lain (dari khodam ilmu).
Pada jaman dulu, di Jawa, mayoritas keilmuan kesaktian tingkat tinggi, baik pada orang-orang dari golongan putih maupun yang dari golongan hitam, dominan didasari oleh kekuatan kebatinan, bukan semata-mata olah kanuragan. Tetapi jenis dan aliran kebatinan yang ditekuni / dijalani oleh masing-masing orang tidak sama, tergantung tujuannya masing-masing dan tergantung juga pada jenis keilmuannya masing-masing.
Sebagian orang yang mendalami ilmu-ilmu kebatinan juga mempunyai khodam pendamping atau khodam ilmu yang berfungsi sebagai penambah kekuatan kegaiban ilmu kebatinannya. Dalam mengolah ilmu-ilmu kebatinan memang seringkali tidak dapat dipisahkan dari ilmu gaib dan ilmu khodam, karena semuanya berkaitan dengan kegaiban dan sumber kekuatan ilmunya bisa juga berasal dari roh lain (dari khodam ilmu). Tetapi kegaiban ilmu pada orang-orang kebatinan tersebut terutama berasal dari sugesti dan kekuatan batinnya sendiri, sedangkan kekuatan gaib dari roh-roh lain hanyalah sebagai penambah kekuatan kegaibannya.
Bila kita sudah mengerti dan menguasai suatu kebatinan, maka kita akan memiliki kekuatan gaib tertentu dari kebatinan kita sendiri untuk bermacam-macam keperluan. Bahkan penggunaan tenaga dalam pun akhirnya akan bermuara menjadi tenaga batin, karena dalam menggunakan tenaga dalam tidak lagi menggunakan perasaan atau pikiran, tetapi menggunakan batin.
Pada tingkatan yang tinggi, kekuatan batin ini dapat mewujudkan suatu energi yang bahkan lebih kuat dibandingkan kekuatan tenaga dalam dan melakukannya pun tidak perlu lagi dibantu dengan amalan-amalan, gerakan-gerakan tangan atau kaki ataupun mengatur nafas, tetapi dilakukan dengan konsentrasi batin saja, bahkan dalam posisi tiduran atau duduk bersemedi pun bisa dilakukan. Bahkan ucapan-ucapan yang dilambari niat batin untuk terjadi, akan dapat benar terjadi, saking kersaning Allah. Kekuatan batin itulah yang mewujudkan itu terjadi. Orang yang sudah menjadi demikian sering disebut ucapannya mandi  (manjur).


  Kegaiban Batin dan Sukma

Pada orang-orang yang mendalami kebatinan, ada 2 jenis kekuatan gaib yang berasal dari penghayatan kebatinannya, yaitu kekuatan batin dan kekuatan sukma, tetapi dalam sehari-harinya kedua jenis kekuatan gaib itu saling mengisi sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang secara keseluruhan akan menjadi kegaiban sukma yang memampukan seseorang melakukan banyak perbuatan ajaib dan mengantarkan seseorang menjadi seorang yang linuwih dan waskita.
Kekuatan batin  akan dirasakan di dada sebagai suatu getaran atau tekanan di dada yang dapat disalurkan sebagai getaran yang mengisi kekuatan tangan / tubuh dan dapat disalurkan menjadi seperti penggunaan tenaga dalam atau sebagai kekuatan pikiran atau melalui sorot mata sebagai kekuatan gaib yang tajam untuk menusuk menembus benteng pagaran gaib atau menyerang menusuk sukma manusia lain atau mahluk halus. Dengan kekuatan dan kepekaan batin seseorang juga akan dapat mengetahui kegaiban-kegaiban alam, kegaiban hidup, mendeteksi keberadaan mahluk halus, peka rasa, firasat dan bisikan gaib (peka sasmita) dan weruh sak durunge winarah.
Kekuatan sukma  akan dirasakan sebagai kekuatan energi yang besar yang rasanya mirip seperti tenaga dalam, tetapi jauh lebih kuat daripada tenaga dalam, menyelimuti dan mengisi tubuh, membuat tubuh terasa "tebal" berselimut energi. Energi ini bukan hanya mengisi tubuh, mengisi badan, tangan dan kaki, tetapi juga mengisi hati menjadikan kehendak batin dan ucapan-ucapannya jadi !  saking kersaning Allah. Selimut energi ini melindungi seseorang dari berbagai bentuk serangan fisik dan gaib, dapat difungsikan seperti penggunaan tenaga dalam murni, bisa digunakan untuk kekuatan fisik, membuat pagaran gaib atau mengusir / menyerang mahluk halus, menghapuskan (menghilangkan) keilmuan seseorang, mengendalikan pikiran / kesadaran seseorang (hipnotis / gendam), dan dapat juga disatukan dengan tenaga dalam yang dimiliki, sehingga akan melipat-gandakan kekuatan keilmuan kanuragan seseorang.
Kegaiban sukma akan mendatangkan banyak ilham dan wangsit, dan mengantarkan seseorang menjadi linuwih dan waskita dan mengenal rasa mengenai kejadian-kejadian yang akan terjadi, peka sasmita  dan  weruh sak durunge winarah.
Seseorang yang tajam batinnya akan dapat mengukur apakah kekuatan sukmanya cukup untuk mewujudkan suatu kehendak perbuatan gaib, dapat mengukur kekuatan orang lain, atau mengukur apakah kekuatan sukmanya dan keilmuannya lebih tinggi ataukah lebih rendah ketika sedang berhadapan dengan seseorang atau berhadapan dengan mahluk halus tertentu.
Getaran perbawa kebatinan seseorang akan dapat dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya (kecuali orang tersebut merendahkan hati dan menutupi / menyembunyikan kekuatan kebatinannya) dan kegaiban sukma mereka menjadikan mereka sebagai orang-orang yang linuwih dan waskita.

Sebagian besar pemahaman kebatinan dan aliran kebatinan yang ada (di seluruh dunia) adalah bersifat kerohanian dan keagamaan, berisi upaya penghayatan manusia terhadap Tuhan (Roh Agung Alam Semesta) dengan cara pemahaman mereka masing-masing. Tujuan tertinggi penghayatan kebatinan mereka adalah untuk mencapai kesatuan dan keselarasan dengan Pribadi Tertinggi (Tuhan). Oleh sebab itu para penganut kebatinan berusaha mencapai tujuan utamanya, yaitu menyatu dengan Tuhan, menyelaraskan jiwa manusia dengan Tuhan, melalui olah batin, laku rohani dan keprihatinan, menjauhi kenikmatan hidup keduniawian, dan menyelaraskan hidup mereka dengan sifat-sifat dan kehendak Tuhan. 
Dengan laku kebatinan manusia diajak mendekatkan diri kepada Tuhan, menyelaraskan sifat-sifat manusia dengan sifat-sifat Tuhan, bersandar dan menyelaraskan diri dengan kuasa Tuhan, dan diajak untuk melepaskan diri dari belenggu duniawi, melepaskan sifat-sifat tamak dan serakah pada kepemilikan duniawi yang dapat mengotori kesucian hati dan batin manusia. Ajaran ini didasarkan pada tujuan kepercayaan untuk kembali kepada kemurnian jati diri dan sifat-sifat sejati manusia sesuai kehendak Tuhan, supaya nantinya setelah selesainya kehidupan manusia di dunia, manusia dapat kembali dan menyatu dengan Tuhan.
Di dalam pemahaman kebatinan dan spiritual yang tinggi, pemahaman kebatinan mereka akan sampai pada pemahaman yang dalam tentang Tuhan dan pemahaman yang dalam tentang sifat-sifat dan jati diri manusia yang sejati. Puncak-puncak ajaran keilmuan kebatinan tersebut seringkali diwujudkan dengan nama-nama ajaran kebatinan seperti ajaran Kasampurnan (kesempurnaan), Manunggaling Kawula Lan Gusti, Sukma Sejati, Guru Sejati, Sangkan Paraning Dumadi (hakekat / kesejatian manusia), dsb.
Nama-nama ajaran kebatinan di atas adalah konsep-konsep dasar dalam ajaran penghayatan kerohanian kejawen dan diajarkan dalam banyak aliran kebatinan di Jawa dengan istilah dan penamaan sendiri-sendiri. Konsep-konsep kebatinan yang sama juga diajarkan di banyak tempat, terutama di India dan sekitarnya, penggunaan istilah dan namanya saja yang berbeda-beda.
Orang-orang yang mendalami kebatinan di atas menemukan suatu kekuatan yang tumbuh di dalam diri mereka, yaitu  kekuatan Sukma Sejati,  roh agung yang diciptakan Tuhan dalam pribadi manusia.  Mereka merasakan adanya suatu energi yang menyelimuti tubuh mereka, suatu kekuatan yang rasanya mirip seperti tenaga dalam, tetapi jauh lebih kuat daripada tenaga dalam, membuat tubuh terasa "tebal" berselimut energi, dan energi ini bukan hanya mengisi tubuh, mengisi badan, tangan dan kaki, tetapi juga mengisi hati menjadikan kehendak batin dan ucapan-ucapannya jadi !  saking kersaning Allah.   Kekuatan ini tidak dapat dipelajari dengan cara latihan fisik ataupun olah nafas. Kekuatan ini terbangkitkan ketika seseorang mesu raga, mengesampingkan kekuatan biologis dan hasrat keduniawian. Kekuatan ini berasal dari jiwanya yang paling dalam, dari sukmanya, dari jiwa yang menyembah Tuhan.
Awalnya kekuatan ini tidak bisa dikendalikan dengan pikiran, hanya dibiarkan saja mengalir mengisi tubuh, tetapi kemudian bisa dikendalikan secara batin. Kekuatan ini jelas bukan bagian dari kekuatan fisik, tenaga dalam atau pun kanuragan, karena kekuatan ini adalah kekuatan sukma seseorang. Kekuatan ini terkendalikan dengan menyatukannya dengan kehendak dan niat batin, merasuk menyatu dengan hati, menjadi kekuatan sukma. 
Sesuai tingkatan kedalaman keyakinan pada  kesejatian diri  dan kekuatan kebatinan masing-masing penganutnya, kesatuan roh pancer dan sedulur papat sebagai  Sukma Sejati  seseorang akan mampu meniadakan roh-roh dan pribadi lain dalam diri seseorang, menjadi perisainya dari serangan roh-roh lain, dan menempatkan dirinya tidak di bawah pengaruh atau kuasa roh-roh duniawi lain, bahkan roh-roh gaib kelas atas seperti dewa dan buto pun tidak berani datang mendekat untuk maksud menyerang. Bahkan banyak di antara mereka yang selain mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, juga mampu menghidupkan kembali orang yang sudah mati, walaupun sudah berhari-hari mati (yang belum waktunya mati).

Ketika kekuatan ini sudah menyatu merasuk dalam diri seseorang, maka kekuatan dari niat dan kehendaknya bisa menjadikan suatu kejadian gaib hanya dengan mengkonsentrasikan batinnya saja, tanpa perlu amalan gaib atau aji-aji, sekti tanpo aji !   Kegaiban seorang linuwih dan waskita.  Dan semua perkataannya jadi ! saking kersaning Allah.  Dan ketika kekuatan ini menyatu dengan kesaktian fisiknya, maka sulit sekali ada orang yang dapat menandinginya, karena kesaktiannya menjadi berlipat-lipat ganda kekuatannya setelah dilambari dengan kekuatan sukmanya dan dirinya sendiri diliputi oleh suatu kegaiban yang tidak dapat ditembus oleh ilmu gaib dan tenaga dalam. Sekalipun seseorang tidak memiliki ilmu kesaktian kanuragan, tetapi kekuatan fisiknya akan menjadi jauh lebih kuat ketika dilambari dengan kekuatan sukmanya, suatu kekuatan yang jelas tidak semata-mata berasal dari kekuatan fisiknya. Selain diri mereka sendiri diliputi oleh suatu kegaiban yang tidak dapat ditembus oleh ilmu gaib dan tenaga dalam, kegaiban mereka pun dapat menenggelamkan (menghapuskan) keampuhan ilmu gaib dan ilmu khodam (ilmu sihir dan guna-guna) dan berbagai macam bentuk serangan gaib.
Kekuatan kegaiban tersebut di atas memang tidak mudah mendapatkannya. Seseorang harus menempa dirinya, mesu raga penuh keprihatinan untuk menempa batin dan sukmanya. Laku puasanya pun berbeda dengan puasa yang biasa dilakukan orang kebanyakan. Jenis puasanya adalah apa yang disebut puasa ngebleng. Puasa ngebleng banyak dilakukan oleh orang-orang yang bergelut dalam dunia kebatinan / spiritual dan tapa brata. Kegaiban dalam puasa ngebleng tidak dapat disamakan dengan puasa bentuk lain. Puasa ngebleng terkait dengan kekuatan dan kegaiban sukma manusia. Semakin gentur laku puasa seseorang, semakin kuat sukmanya dan semakin kuat kegaibannya. (baca : Laku Prihatin dan Tirakat).
Orang-orang yang menekuni dan mendalami kebatinan ini biasanya memiliki kegaiban dan kekuatan sukma yang tinggi, yang berasal dari keselarasan batin dan sukmanya dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan, menjadikannya memiliki kegaiban tinggi, dan menjadikannya orang-orang yang linuwih dan waskita. Mereka membentuk pribadi dan sukma yang selaras dengan keillahian Tuhan, membebaskan diri dari belenggu keduniawian, sehingga berpuasa dan berprihatin tidak makan dan minum selama berhari-hari bukanlah beban berat bagi mereka, dan melepaskan keterikatan roh mereka dari tubuh biologis mereka, kemampuan melolos sukma, bukanlah sesuatu yang istimewa. Bahkan banyak di antara mereka yang kemudian moksa, bersama raganya berpindah dari alam manusia ke alam roh tanpa terlebih dahulu mengalami kematian.
Pada orang-orang yang tekun mendalami kebatinan / spiritual dan tapa brata, peka rasa dan batin, weruh sak durunge winarah, kemampuan melihat gaib secara batin dan terawangan gaib, melolos sukma, medhar sukma, dsb, biasanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kemampuan gaib mereka, merupakan suatu kemampuan yang menyatu dengan diri mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita. Biasanya kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari, tetapi terjadi dengan sendirinya sebagai efek dari ketekunan penghayatan kebatinan / spiritual dan tapa brata mereka.
Selain menjadi mumpuni dalam kesaktian fisik, kegaiban sukma mereka juga menjadikan mereka mengerti dunia kegaiban tingkat tinggi, mahluk-mahluk halus tingkat tinggi, dewa dan wahyu dewa, dan weruh sak durunge winarah, dan kekuatan gaib sukma mereka menjadikan mereka berkuasa di alam gaib, mengalahkan kekuasaan roh-roh dan mahluk halus tingkat tinggi sekalipun, dan mereka juga berkuasa menciptakan kegaiban-kegaiban, tanpa perlu amalan gaib.
Orang-orang yang menekuni kebatinan dan spiritual, terutama kebatinan yang bersifat kesejatian diri, akan mengandalkan kekuatan dari dirinya sendiri, bukan dari gaib lain, sehingga akan menempa diri untuk bisa memiliki kekuatan dan kemampuan, menyandarkan dan menyelaraskan kebatinannya dengan penghayatan ke-maha-kuasa-an Tuhan, dan seringkali kekuatan keilmuan mereka menjadi jauh di atas kekuatan ilmu-ilmu gaib dan khodam kebanyakan orang yang menyelaraskan diri dengan roh-roh dan kegaiban duniawi.
Orang-orang yang menekuni kebatinan, perhatian kebatinan mereka lebih ditujukan "ke dalam" (ke dalam batin sendiri), berupa penghayatan kebatinan yang juga menyentuh relung batin yang paling dalam, jiwanya, sukmanya, sehingga proses laku mereka "membangunkan" inner power, yaitu kekuatan dari batin, jiwa, sukma. Dan kekuatan kegaiban sukma pada diri mereka jelas berbeda dibandingkan orang-orang lain yang tidak menekuni kebatinan.
Banyak orang yang benar mendalami penghayatan kebatinan, misalnya yang mengikuti pendalaman kebatinan melalui aliran-aliran kebatinan kejawen yang mengajarkan kesejatian manusia, dalam dirinya sudah terkandung kegaiban yang ketika pasrah menerima dirinya diserang dan dianiaya, justru dirinya menjadi tidak dapat diserang dan tidak dapat dikenai pukulan, dan bila berniat memberi pelajaran kepada penyerangnya, orang itu hanya perlu mengkonsentrasikan kegaiban sukmanya bahwa ketika seseorang menyerangnya, maka penyerangnya itu akan kehilangan kekuatannya, kehilangan ilmunya, diam mematung tak dapat bergerak, lumpuh tak dapat berdiri, dsb. Kegaiban mereka memusnahkan keampuhan ilmu gaib dan ilmu khodam (ilmu sihir dan guna-guna) dan berbagai macam bentuk serangan gaib.
Seseorang yang sudah sedemikian itu, yang sadar dirinya sudah seperti itu, maka istilah-istilah sekti tanpo aji, digdaya tanpa japa mantra, ngluruk tanpa bala, suro diro jaya ningrat lebur dening pangastuti, menang tanpo ngasorake, dsb, bukan hanya menjadi slogan-slogan filosofis, tetapi sudah menyatu dengan kepribadian dan diterapkan dalam kehidupan mereka yang harus senantiasa selaras dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan. Segala bentuk kekuatan jahat dan kesombongan akan luluh dan tunduk oleh perbawa pengayoman, kebaikan dan kerendahan hati.


  Perguruan Kebatinan
Umumnya kelompok-kelompok kebatinan dalam bentuk aliran-aliran kebatinan tidak secara langsung mengajarkan kesaktian, biasanya hanya murni mengajarkan penghayatan ketuhanan saja. Tetapi kegaiban sukma mereka yang berasal dari penghayatan ketuhanan itu dapat juga dipergunakan untuk keilmuan gaib dan kesaktian. Karena itu di dalam aliran-aliran kebatinan, selain diajarkan penghayatan keTuhanan, juga diajarkan hal-hal yang bersifat keilmuan, sebagian berupa amalan-amalan untuk mengsugesti / menggerakkan kegaiban sukma untuk menciptakan kejadian-kejadian gaib seperti dalam keilmuan gaib dan khodam. Dalam hal ini sumber kekuatannya adalah kekuatan sukma mereka sendiri. Seandainya pun mereka memiliki khodam pendamping atau khodam ilmu, keberadaannya hanya sebagai penambah kekuatan ilmunya, kegaiban yang utama tetap berasal dari kekuatan kebatinannya.
Sebagian besar aliran kebatinan tidak mengajarkan hal-hal yang langsung bersifat mengagungkan kesaktian. Yang diajarkan biasanya hanyalah kemampuan-kemampuan tertentu sebagai bekal ilmu dalam kehidupan sehari-hari, seperti ilmu pengobatan (sakit fisik maupun gangguan gaib), ilmu menangkal dan menaklukkan serangan gaib, membuat perisai pagaran gaib dari berbagai macam bentuk serangan, dan membentuk perbawa dan karisma kebatinan untuk menaklukkan sifat-sifat dan perilaku jahat manusia (menundukkan kejahatan dengan wibawa pengayoman, kebaikan dan kerendahan hati). Dengan demikian, selain mereka memiliki kegaiban yang murni berasal dari penghayatan keselarasan sukmanya dengan keillahian Tuhan, mereka juga memiliki kemampuan lain sebagai bekal menjadi seorang yang linuwih dan waskita.
Di sisi lain, ada pelajaran kebatinan untuk orang-orang yang bergerak di dunia kesaktian (persilatan). Dalam hal ini perkumpulan mereka bukanlah aliran kebatinan yang mengajarkan ilmu-ilmu kesaktian, tetapi adalah perguruan kanuragan yang berlatar belakang kebatinan. Contoh yang terkenal adalah perguruan silat Shaolin.
Sebelum berkembangnya agama Islam, di Jawa juga banyak perguruan silat seperti itu. Selain mengajarkan hal-hal yang bersifat kesaktian, mereka juga mengajarkan hal-hal yang bersifat kebatinan kerohanian untuk  membentuk kepribadian yang berbudi pekerti dan berwatak ksatria. Cerita awal terbentuknya perguruan-perguruan tersebut juga mirip dengan perguruan Shaolin di atas.
Perguruan-perguruan itu mengajarkan keilmuan persilatan dan keilmuan gaib, didasari dengan ajaran kebatinan kerohanian. Adanya unsur olah batin menyebabkan kekuatan batin dan sukma mereka menjadi tinggi, yang juga berguna sebagai unsur kegaiban yang melipatgandakan kekuatan fisik kanuragan dan tenaga dalam. Dalam hal ini selain mereka mempunyai kesaktian kanuragan, diri mereka juga mengandung kegaiban dari kebatinan yang menyebabkan kekuatan gaib dan kanuragan mereka menjadi tinggi, yang jelas berbeda dengan yang hanya mempelajari olah kanuragan saja atau ilmu gaib saja.
Perguruan-perguruan tersebut di Jawa biasanya bermula dari adanya seorang Panembahan / Biksu / Brahmana yang membangun sebuah padepokan kecil. Karena seorang Panembahan adalah juga seorang spiritualis agama, maka kemudian banyak orang yang datang untuk mengabdi, belajar agama, ngenger sebagai cantrik-cantrik yang melayani keperluan sang Panembahan sehari-hari. 
Seiring berjalannya waktu yang datang belajar di padepokan itu bukan hanya rakyat biasa, tetapi juga para ksatria dunia persilatan, prajurit, senopati dan pejabat-pejabat kerajaan. Ketika tidak sedang bertugas mereka menyempatkan diri untuk tinggal di padepokan dan belajar agama (agama pada waktu itu). Mulailah disitu ada yang belajar dan ada yang mengajarkan ilmu beladiri dan keprajuritan. Sang Panembahan sendiri biasanya hanya mengajarkan penghayatan kebatinan keagamaan, tetapi kepada murid-murid yang sudah senior Panembahan itu juga membentuk watak ksatria dan membimbing keilmuan kanuragan mereka sehingga kesaktian mereka menjadi meningkat tajam. Dengan demikian selain pelajaran penghayatan kebatinan keagamaan, para murid juga mendapatkan bimbingan dalam olah kanuragan dan keilmuan batin sebagai landasan keilmuan kanuragan mereka. Laku prihatin dan puasa / tirakat, semadi dan tapa brata akan mengisi laku olah kebatinan mereka.

Ki Ageng Pengging (Ki Kebo Kenanga) adalah salah satu tokoh kebatinan jawa, sekaligus juga tokoh dunia persilatan pada masa itu. Beliau adalah cucu raja terakhir Majapahit, Prabu Brawijaya. Ketika Prabu Brawijaya memilih lengser dari keprabuannya, Ki Ageng Pengging kembali ke daerah asalnya di Pengging, menjadi Kepala / Penguasa Kadipaten Pengging sebagai warisan dari ayahnya yang menjadi menantu Prabu Brawijaya.
Selain dihormati sebagai seorang keturunan raja Majapahit, Ki Ageng Pengging juga dihormati karena kesaktian kanuragannya yang sangat tinggi dan juga seorang yang linuwih dan waskita dalam hal spiritual dan kerohanian, seorang tokoh manusia yang sangat sulit dicari tandingannya pada jamannya.
Di tempat tinggalnya Ki Ageng Pengging mendirikan sebuah padepokan kebatinan sendiri. Para prajurit yang setia mengabdi kepadanya bersama keluarga mereka tinggal di sekitar rumah dan padepokan itu, membentuk sebuah desa baru di sekitar tempat tinggalnya. Selain selalu berlatih beladiri dan keprajuritan, mereka juga menekuni penghayatan kerohanian bersama Ki Ageng Pengging. 
Di Pengging itu pula Syech Siti Jenar berkenan mendirikan sebuah pesantren di tempat yang disediakan oleh Ki Ageng Pengging. Di tempat itu seringkali Ki Ageng Pengging dan Syech Siti Jenar saling bercakap bertukar pikiran. Mereka saling belajar seorang kepada yang lain. Ki Ageng Pengging belajar agama Islam kepada Syech Siti Jenar, sebaliknya Syech Siti Jenar belajar penghayatan kebatinan ketuhanan cara jawa kepada Ki Ageng Pengging. Masing-masing tidak menempatkan diri sebagai guru atau murid, tetapi masing-masing saling menghormati dan bersikap sebagai "orang tua" yang "menularkan" pengetahuan kepada yang lain.

Syech Siti Jenar pada dasarnya adalah seorang ulama / pengajar agama Islam yang datang dari luar Jawa. Pengetahuan kebatinan jawa dipelajarinya dari Ki Ageng Pengging dan yang dipelajarinya hanyalah intisarinya saja, untuk menambah wawasan kebijaksanaannya tentang kejawaan dan menambah kedalaman kebatinan ketuhanannya. Ajaran kejawen itu pada dasarnya adalah ajaran penghayatan ketuhanan dari sudut pandang orang Jawa. Dan atas pemahamannya pada ajaran kebatinan ketuhanan jawa itu Syech Siti Jenar menemukan banyak pencerahan mengenai agamanya sendiri, agama Islam, mendapatkan sudut pandang lain tentang pemahaman ketuhanan yang tidak akan didapatkannya jika hanya mengikuti tata cara Islam seperti yang selama ini dijalaninya.
Kebatinan Jawa pada dasarnya adalah pemahaman dan penghayatan kepercayaan manusia Jawa terhadap Tuhan, yang kemudian diajarkan turun-temurun menjadi tradisi dan warisan budaya leluhur sejak jaman kerajaan purba, jauh sebelum hadirnya agama Hindu-Budha dan Islam di pulau Jawa. Penghayatan ketuhanan   itu bukanlah agama. Agama bisa apa saja, tetapi masyarakat Jawa mempunyai penghayatan sendiri tentang Tuhan. Agama Hindu dan Budha yang lebih dulu masuk ke Jawa telah diterima dengan baik oleh masyarakat Jawa dan mewarnai sikap kebatinan Jawa, karena memiliki banyak kesamaan dengan spiritualisme Jawa.

Pemahaman yang dalam mengenai ketuhanan Islam setelah menjalani laku penghayatan kebatinan ketuhanan cara Jawa telah memperkaya wawasan ketuhanan Syech Siti Jenar dan menjadi bahan untuk mengajarkan agama Islam di pulau Jawa. Semua pengetahuan itu berguna dalam mengadaptasikan ajaran Islam kepada masyarakat jawa pada saat itu yang mayoritas adalah penganut kejawen, dan berguna untuk bertukar pikiran atau berdebat tentang ketuhanan dan agama, tetapi selain itu laku penghayatan kebatinan itu juga telah menambah tinggi kekuatan batin dan kegaiban sukma Syech Siti Jenar sendiri.


Pada jaman dulu seseorang yang menekuni dan mendalami kebatinan biasanya akan memiliki kegaiban dan kekuatan batin yang tinggi, yang berasal dari keyakinan batin dan keselarasan dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan, dan menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita. Mereka membentuk pribadi dan sukma yang selaras dengan keillahian Tuhan. Mereka membebaskan diri dari belenggu keduniawian, sehingga berpuasa dan hidup prihatin tidak makan dan minum selama berhari-hari bukanlah beban berat bagi mereka, dan melepaskan keterikatan roh mereka dari tubuh biologis mereka, kemampuan melolos sukma, bukanlah sesuatu yang istimewa. Bahkan banyak di antara mereka yang kemudian moksa, bersama raganya berpindah dari alam manusia ke alam roh tanpa terlebih dahulu mengalami kematian.

Orang-orang yang menekuni ilmu kebatinan dan spiritual, terutama keilmuan yang berasal dari kesejatian diri, akan mengandalkan kekuatan dari dirinya sendiri, bukan dari kekuatan gaib lain, sehingga akan menempa diri untuk bisa memiliki kekuatan dan kemampuan, dan seringkali kekuatan keilmuan mereka menjadi jauh di atas kekuatan ilmu-ilmu gaib dan khodam kebanyakan orang.


Karena itu seringkali kesaktian gaib dari orang yang benar menekuni olah kebatinan dan spiritual, hasilnya akan lebih tinggi dibanding yang menekuni ilmu khodam. Contohnya seperti para Pandawa, selama hidupnya di dunia ataupun sukmanya sekarang di alam gaib, kesaktiannya lebih tinggi daripada buto. Atau Budha Gautama yang kesaktiannya berada jauh di atas para Pandawa. Atau dari tanah jawa, ada Prabu Airlangga yang kesaktiannya setingkat buto. Atau Ki Ageng Pengging yang ternyata lebih sakti daripada para Pandawa. Atau juga Resi Mayangkara yang bahkan berhasil meningkatkan kesaktian Dewa Hanoman menjadi dua kali lipat daripada sebelumnya. Selain itu masih ada banyak orang yang kesaktiannya tinggi, tetapi sayangnya mereka tidak dikenal umum.

Sifat kekuatan yang mendasari kesaktian tingkat tinggi manusia jaman dulu, baik keilmuan aliran putih maupun aliran hitam, adalah dominan dari kebatinan, bukan semata-mata berasal dari kanuragan atau ilmu gaib dan khodam. Contoh di atas adalah contoh tokoh-tokoh pelaku kebatinan yang dianggap berwatak baik, tetapi selain mereka, ada banyak tokoh-tokoh kebatinan yang berwatak jahat, yang dulunya hidup sebagai tokoh-tokoh kebatinan dan persilatan golongan hitam.

Dengan demikian harus kita sadari bahwa masih banyak sosok-sosok jahat sukma manusia di alam gaib yang berkesaktian tinggi, hanya saja sosok-sosok sakti dari jenis sukma manusia secara umum lebih jarang berinteraksi dengan manusia. Yang paling sering berinteraksi dengan manusia adalah dari jenis bangsa jin. Dengan demikian kita menjadi paham bahwa tidak semua pelaku kebatinan adalah tokoh-tokoh manusia yang baik, dan tidak semua laku kebatinan bersifat baik, karena ada juga laku kebatinan dari aliran hitam dan laku kebatinan itu adalah jalan yang ditempuh untuk ambisi mendapatkan kekuatan, kesaktian dan kekuasaan.



 Karakteristik Ilmu Kebatinan dan Ilmu Gaib / Khodam
Di dalam semua jenis ilmu, ada semacam penjurusan dalam pelajarannya, termasuk di dalam keilmuan kebatinan dan spiritual. Yang pertama adalah aspek pengetahuan yang mengarah kepada aspek filosofi atau spiritual yang mendasari suatu keilmuan (yang menjadi ukuran kedalaman ilmu seseorang). Yang kedua adalah ilmu-ilmu / kekuatan dari keilmuan itu sendiri (yang menjadi ukuran ketinggian ilmu seseorang).
Dalam laku mengolah kekuatan batin dan sukma banyak dilakukan kegiatan-kegiatan yang panjang dan membosankan, seperti laku puasa (puasa mutih, ngrowot, ngebleng, pati geni), menyepi, laku prihatin dan tirakat, semadi / meditasi, tapa brata, pembacaan amalan / doa kebatinan, dsb. Seringkali laku-laku tersebut dianggap hanya sebagai keharusan / formalitas ilmu, dan tidak banyak orang yang dapat merasakan manfaatnya secara langsung, karena tidak banyak orang yang dapat mengukur kekuatan batin yang telah dicapai. Akibatnya, mereka yang mempelajari kebatinan, terutama kalangan muda, akan membelokkan perhatiannya untuk tidak menekuni olah kekuatan batin, tetapi menekuni pengolahan ilmu-ilmu kebatinan saja, seperti ilmu-ilmu untuk kekuatan / kesaktian, pengasihan, pelet, pelaris dagangan, pengobatan gaib, bahkan teluh dan santet. Pelajaran ilmu-ilmu itu memang lebih menyenangkan, dapat segera dilihat hasilnya, dan dapat dipraktekkan / dipertunjukkan kepada orang lain. Dengan demikian kemudian mereka berbelok menjadi menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam saja, yang berlatar belakang kebatinan / agama.
Sebenarnya, ilmu gaib dan ilmu khodam adalah juga bagian dari ilmu kebatinan. Dalam mengamalkan ilmu-ilmu tersebut juga digunakan kekuatan batin untuk mengsugesti amalan-amalan gaib dan mengsugesti kegaiban khodamnya. Tetapi biasanya tujuan orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam adalah murni untuk keberhasilan mempraktekkan keilmuan tersebut, bukan dalam rangka olah kebatinan atau spiritual. 
Ada juga perguruan dan orang-orang yang mengajarkan ilmu persilatan dan keilmuan gaib. Sekalipun juga mengajarkan kerohanian / agama, tapi tidak mengajarkan olah batin untuk mengolah kegaiban sukma. Dalam hal ini perguruan tersebut tidak termasuk sebagai aliran / perguruan kebatinan, tetapi tergolong sebagai perguruan silat saja, atau perguruan ilmu gaib dan ilmu khodam saja, walaupun berlatar belakang kebatinan dan agama.
Biasanya tujuan orang-orang yang menekuni kebatinan adalah murni untuk penghayatan kebatinan, bukan untuk tujuan keilmuan gaib, tetapi kegaiban sukma mereka yang berasal dari penghayatan kebatinan itu juga bisa digunakan untuk tujuan keilmuan gaib. Di antara mereka juga ada yang berkecimpung di bidang keilmuan kesaktian. Mereka juga menekuni olah kanuragan, tenaga dalam, dsb, dan setelah kegaiban sukma mereka disatukan dalam keilmuan kesaktian mereka, menyebabkan kekuatan keilmuan mereka menjadi tinggi. Kekuatan keilmuan gaib pada orang-orang tersebut terutama adalah dari kegaiban sukma mereka sendiri, ditambah dengan olah kanuragan, tenaga dalam, dan kekuatan sugesti keilmuan gaib dan khodam, jika ada.
Sedangkan tujuan orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam biasanya adalah murni untuk keberhasilan menguasai / mempraktekkan jenis keilmuan tersebut, bukan dalam rangka kebatinan dan spiritual. Sekalipun dalam pembelajarannya berlatar belakang kerohanian atau agama, tetapi itu terpisah dari pembelajaran ilmu gaib dan ilmu khodam. Kekuatan keilmuan gaib mereka terutama hanya dari kekuatan sugesti mereka pada amalan-amalan gaib dan kekuatan mereka mengsugesti kegaiban khodamnya.
Karena perbedaan-perbedaan dasar itulah maka dalam tulisan ini dilakukan pembedaan antara keilmuan yang berdasar pada kebatinan dan spiritual dan yang murni bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam. Sekalipun dilakukan pembedaan, perbedaan ilmu gaib dan ilmu khodam dengan ilmu kebatinan sangat tipis, karena semuanya berhubungan dengan kegaiban, dan karena di dalamnya juga ada mantra-mantra atau amalan-amalan gaib, puasa dan tirakat, maka pengertian dan istilah kebatinan, spiritual, ilmu gaib dan ilmu khodam, seringkali dianggap sama, walaupun sifat dasar keilmuannya berbeda.
Tetapi ada satu hal pokok yang menyebabkan keilmuan kebatinan berbeda dengan yang murni berupa ilmu gaib dan ilmu khodam, yaitu :
Pada orang-orang yang menekuni kebatinan, sugesti kebatinan mereka lebih ditujukan "ke dalam" (ke dalam batin sendiri), berupa penghayatan kebatinan yang juga menyentuh relung batin yang paling dalam, jiwanya, sukmanya, sehingga proses laku mereka "membangunkan" inner power, yaitu kekuatan dari batin, jiwa, sukma. Dan kekuatan kegaiban sukma pada diri mereka jelas berbeda dibandingkan orang-orang lain yang tidak menekuni kebatinan.
Sedangkan orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam, sugesti kebatinan mereka lebih banyak ditujukan "ke luar", yaitu difokuskan untuk mengsugesti amalan-amalan ilmu gaib dan mengsugesti kegaiban khodam mereka, sehingga tidak membangun apa yang ada "di dalam", yaitu kekuatan dari batin, jiwa, sukma. Walaupun proses laku mereka itu juga menambah kekuatan sukma mereka, tetapi tidak banyak.
Karena adanya perbedaan pokok di atas itulah, maka sekalipun para praktisi ilmu gaib dan ilmu khodam seringkali menyebut keilmuan mereka sebagai ilmu batin atau ilmu kebatinan, tetapi fakta-fakta di bawah ini akan membuktikan apakah keilmuan mereka benar merupakan ilmu batin / kebatinan.
Jika tidak mempunyai amalan ilmunya, atau tidak membacakan amalan ilmunya, atau lupa dengan amalan ilmunya, orang-orang yang menekuni kebatinan masih tetap dapat melakukan keilmuan gaib dengan mengandalkan kekuatan mengsugesti kegaiban batin / sukma mereka (kekuatan niat dan kehendak), sedangkan para praktisi ilmu gaib tanpa amalan ilmunya atau lupa dengan amalan ilmunya seringkali tidak dapat berbuat apa-apa. Namun praktisi ilmu khodam (dan yang mempunyai khodam pendamping), tanpa amalan ilmunya, kemampuan gaibnya tergantung pada khodamnya itu apakah akan tetap berinisiatif bertindak walaupun tidak dibacakan amalan ilmunya. Jika khodamnya itu tidak berbuat apa-apa, maka mereka juga tidak mampu berbuat apa-apa.

Dalam mengamalkan suatu amalan gaib, minimal ada 2 macam pendekatan sugesti dalam melakukannya :
Yang pertama adalah sugesti ilmu gaib dan ilmu khodam.
Dengan model pendekatan ini sugestinya ditekankan pada bentuk dan bunyi amalan gaibnya, sehingga kalau amalan gaibnya salah, atau membacanya salah bunyinya, seringkali kegaibannya tidak bekerja, atau sekalipun bekerja, biasanya tidak besar kegaibannya.

Yang kedua adalah sugesti kebatinan.
Dengan model pendekatan ini sugestinya bersifat "ke dalam", yaitu ke dalam batin kita, sukma kita, atau kepada sosok-sosok gaib tertentu (khodam) yang menjadi tujuan amalan gaib kita. Dengan cara ini akan terjadi kontak rasa dan kontak batin antara kebatinan kita dengan sosok-sosok tersebut, sehingga walaupun bunyi amalan gaibnya salah atau salah membaca amalannya, selama kita bisa bersugesti batin seperti itu, bisa kontak rasa dan batin, maka kegaibannya akan tetap bekerja, karena mereka mengerti maksud dan tujuan sugesti kita.

Karena itu untuk amalan keilmuan yang bersifat kejawen sebaiknya dilakukan dengan sugesti kebatinan, dan adanya kembangan-kembangan dalam amalan gaibnya akan memperkaya sugesti kebatinan kita.

Ilmu-ilmu dalam ilmu kebatinan dapat sama dengan ilmu-ilmu dalam ilmu gaib dan ilmu khodam. Bedanya adalah pada sumber kekuatan ilmunya. Kegaiban yang dihasilkan dalam ilmu kebatinan berasal dari kegaiban sukmanya, ditambah dengan amalan-amalan, doa dan mantra sebagai sugesti yang menghasilkan kegaiban ilmu-ilmu kebatinan. Seandainya pun mereka memiliki khodam pendamping atau khodam ilmu, keberadaannya hanya sebagai penambah kekuatan ilmunya, kegaiban yang utama tetap berasal dari kekuatan kebatinannya.
Sedangkan kegaiban dari ilmu gaib dan ilmu khodam terutama berasal dari kekuatan sugesti pada amalan-amalan, doa dan mantra, atau kekuatan kegaiban khodam ilmu saja, bukan dari kekuatan kebatinannya dan tidak didasarkan pada olah batin / sukma.
Dalam mengamalkan suatu amalan ilmu, misalnya amalan ilmu untuk kekuatan, pada seseorang yang menganut ilmu kebatinan, setelah ilmu tersebut diturunkan kepadanya, dalam penggunaannya orang tersebut masih harus menghayati isi dan arti amalan tersebut untuk menyelaraskan / mengsugesti batinnya supaya sukmanya dapat melakukan apa yang tersugesti dalam amalan ilmu tersebut. Kekuatan ilmunya tergantung pada kekuatan sukmanya dan penghayatan / sugesti dirinya dalam mengamalkan ilmu tersebut.
Karena bersifat kebatinan, maka dalam mengamalkannya seseorang harus menghayati isi dan arti suatu amalan ilmu untuk menyelaraskan / mengsugesti batinnya supaya sukmanya dapat melakukan sesuai yang tersugesti dalam amalan ilmu tersebut. Kekuatan ilmunya tergantung pada kekuatan sukmanya dan penghayatan / sugesti dirinya dalam mengamalkan ilmu tersebut. Jadi yang utama harus dimiliki adalah kekuatan sukma, penghayatan dan kemampuan sugesti untuk menggerakkan sukmanya menjalankan ilmu tersebut. Ilmu itu akan bekerja sesuai penghayatan seseorang pada bentuk ilmunya, walaupun tidak hapal dengan bacaan mantra / amalan ilmunya. Dan sugesti ilmu itu perlu dilatih secara berkala supaya ketajaman / keselarasan sukmanya dengan ilmunya itu tidak melemah.

Salah satu kelebihan dalam olah kebatinan adalah adanya tahapan olah rasa dan sugesti, sehingga seseorang yang sudah menguasai ilmu rasa dan sugesti, maka dia akan dengan mudah mengsugesti batinnya, dan membentuk / menyelaraskan sukmanya sesuai penghayatan pada bentuk ilmunya, walaupun tidak hapal dengan bunyi mantranya. Dalam olah ilmu gaib dan ilmu khodam juga ada olah rasa, terutama ditujukan pada rasa ketika mengsugesti suatu amalan ilmu gaib.
Secara kebatinan, seseorang tidak membutuhkan banyak amalan ilmu, tidak perlu mengkoleksi banyak amalan ilmu, karena yang paling utama adalah kemampuan sugesti dan pemahaman / penghayatan pada suatu bentuk keilmuan, tidak harus hapal bunyi mantranya, tapi harus tahu isi / sifat bentuk dan tujuan keilmuannya. Dia juga akan dengan mudah menciptakan ilmu-ilmu baru sesuai pemahaman dari ilham yang didapatnya. Dan bila menemukan / menerima suatu amalan ilmu baru, dia akan dapat mengamalkannya sesuai kemampuannya mengsugesti sukmanya, walaupun tidak memiliki khodam ilmunya.
Untuk memperkuat keilmuannya, secara kebatinan orang tersebut harus memperdalam penghayatan dan menguatkan keyakinan kebatinannya dan meningkatkan kepekaan rasa dan kemampuan sugestinya pada bentuk-bentuk keilmuan. Kekuatan ilmunya akan sejalan dengan kemampuannya mengsugesti sukmanya untuk menyatu dalam penghayatan kebatinannya. Untuk maksud itu para penganut kebatinan akan banyak melakukan perenungan-perenungan, laku tirakat dan puasa, menyepi, semadi, bahkan tapa brata.
Amalan tersebut di atas (amalan ilmu yang sama), bila dilakukan oleh orang yang menganut ilmu gaib dan ilmu khodam, setelah ilmu tersebut diturunkan kepadanya, maka orang tersebut hanya perlu keyakinan / sugesti bahwa kapan saja ilmu itu diamalkan, ilmu itu akan bekerja. Orang tersebut tidak mengandalkan kekuatan sukmanya, karena yang bekerja adalah kekuatan sugesti pada amalan ilmu dan khodamnya, bukan sukmanya, hanya perlu mengsugesti dirinya bahwa ilmu itu akan bekerja kapan saja amalannya diamalkan. Kekuatan ilmunya tergantung pada kekuatan (konsentrasi) sugestinya dan penyatuan dengan khodamnya. Dalam hal ini penerapan ilmu gaib dan ilmu khodam memiliki kelebihan kepraktisan dalam penggunaannya dibandingkan ilmu kebatinan, tetapi pada saat mempraktekkannya, orang tersebut harus hapal dengan bacaan mantra / amalan ilmunya.

Karena bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam, mantra-mantra hanya akan bekerja dengan baik pada orang-orang yang mempunyai kekuatan sugesti pada amalannya dan yang telah menerima transfer energi / khodam ilmunya (diijazahkan). Bagi yang ingin belajar sendiri, belajar jarak jauh, dan belum mempunyai kekuatan sugesti pada amalannya, atau belum menerima khodam ilmunya / transfer energi, dengan usahanya sendiri membaca / mewirid suatu amalan ilmu biasanya tidak akan banyak berguna. Sekalipun ada kegaiban sesudahnya, biasanya tidak besar kekuatannya. Karena itu untuk keberhasilannya penganut ilmu gaib dan ilmu khodam akan banyak bergantung pada sosok guru yang memberi ilmu, dan untuk menambah keilmuannya orang itu akan belajar kepada banyak guru dan akan mengkoleksi banyak amalan ilmu.


Contoh lain, misalnya ilmu pengasihan dan penglaris dagangan.

Pada orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam, mereka akan membacakan / mewirid amalan gaib untuk ilmu pengasihan dan penglaris dagangan itu. Kekuatan ilmunya tergantung pada kemampuan mereka mengsugesti amalan ilmu gaibnya atau mengsugesti kegaiban khodamnya untuk melaksanakan ilmu pengasihan dan penglaris dagangan (ditambah sesaji tertentu untuk khodamnya). Mereka harus hapal dengan bunyi mantranya (apa yang harus diwirid kalau tidak hapal bunyi mantranya ? ).

Pada orang-orang yang menekuni kebatinan, mereka tidak perlu hapal dengan bunyi mantranya (kalau tahu dan hapal mantranya akan lebih baik). Mereka hanya harus mengerti maksud ilmunya dan tahu cara kerjanya. Dengan demikian yang mereka lakukan adalah mengsugesti sukmanya untuk menciptakan suasana gaib yang teduh dan menyenangkan bagi banyak orang, yang menyebabkan orang-orang suka datang, mengobrol dan berbelanja. Suasana gaib itu disugestikan memancar dalam radius 5 meter, 10 meter, 100 meter, dsb  (seperti penggunaan tenaga dalam murni).

Tujuan dari dilakukannya pembedaan antara ilmu-ilmu kebatinan dengan yang asli ilmu gaib dan ilmu khodam adalah supaya kita dapat dengan benar membedakan pengertiannya, mengetahui sisi spiritual keilmuannya, mengetahui masing-masing kelebihannya (untuk ditingkatkan) dan kekurangannya (untuk dilengkapi), dan untuk mengetahui cara-cara mengembangkannya atau untuk meningkatkan kualitas keilmuannya, sesuai jenis keilmuan masing-masing yang digeluti. 
Kelebihan ilmu kebatinan dan spiritual terhadap yang murni sebagai ilmu gaib dan ilmu khodam terutama adalah pada kekuatan gaib batin dan sukma mereka yang biasanya jauh melebihi kekuatan gaib ilmu gaib dan ilmu khodam. Kegaiban batin dan sukma mereka juga menyebabkan mereka tidak bergantung pada adanya sosok khodam ilmu, karena kegaiban batin dan sukma mereka sendiri sudah menjadi "khodam" bagi mereka.
Kelebihan lainnya adalah pada kekuatan batin dan kemampuan olah rasa dan sugesti untuk menggerakkan kegaiban batin dan sukma mereka untuk melakukan banyak kegaiban seperti dalam ilmu-ilmu gaib dan khodam, tanpa perlu harus berlama-lama dan berlelah-lelah mewirid suatu amalan gaib.
Misalnya, sekalipun praktisi ilmu kebatinan tidak membutuhkan khodam gaib, jika memang dibutuhkan, dengan kekuatan kebatinannya, dan kekuatan rasa dan sugesti, dan kontak batin, mereka dapat menghadirkan sesosok khodam gaib dengan seketika, tidak perlu berlama-lama dan berlelah-lelah mewirid amalan gaib hanya untuk mendatangkan suatu sosok gaib, atau hanya untuk mengisikan khodam gaib ke dalam sebuah benda jimat. Atau jika sudah mengetahui sosok gaib yang diinginkannya, dengan kekuatan kebatinannya dia dapat menariknya dengan seketika dan memasukkannya ke dalam benda gaibnya. Begitu juga untuk melakukan pembersihan gaib, dengan kekuatan batinnya mereka hanya perlu bersugesti untuk membuat bola pagaran gaib dengan kekuatan tertentu atau memancarkan energi untuk mengusir roh-roh jahat, tidak perlu berlama-lama dan berlelah-lelah mewirid amalan gaib hanya untuk membuat pagaran gaib yang juga belum tentu bagus keampuhannya.
Dalam hal kejadian di atas, para praktisi kebatinan dapat mengukur tingkat kekuatan gaib yang dibutuhkannya dan dapat menilai karakter sosok gaibnya. Misalnya dalam mengisikan khodam ke dalam benda gaib, para praktisi ilmu kebatinan biasanya dapat mengukur kekuatan khodamnya dan dapat menilai baik-tidaknya karakter sosok gaib tersebut, sedangkan para praktisi ilmu gaib seringkali malah tidak tahu apa dan siapa sosok gaib yang masuk ke dalam benda gaibnya itu, karena bisanya hanya mewirid amalannya saja.
Kelebihan lainnya adalah kombinasi dari kegaiban batin dan sukma mereka dan kemampuan olah rasa dan sugesti dapat mengantarkan mereka menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita, mengerti kegaiban hidup dan kegaiban alam.
Sedangkan kelemahan ilmu kebatinan dan spiritual terhadap yang murni sebagai ilmu gaib dan ilmu khodam terutama adalah pada usaha yang lebih berat dalam mempelajari dan menekuninya, yang menyebabkan orang-orang menjadi tidak tertarik untuk menjalaninya. Kelemahan lainnya adalah kurangnya variasi dalam keilmuan gaib mereka dibandingkan yang dipelajari dalam ilmu gaib dan ilmu khodam, karena tujuan mereka biasanya bukan untuk keilmuan gaib / khodam, tetapi untuk penghayatan kebatinan dan spiritual.
Kelebihan ilmu yang murni sebagai ilmu gaib dan ilmu khodam terhadap ilmu kebatinan dan spiritual terutama adalah pada usaha yang lebih ringan dalam mempelajari dan menekuninya, yang menyebabkan orang-orang menjadi lebih tertarik untuk menjalaninya. Kelebihan lainnya adalah pada banyaknya variasi dalam keilmuan gaib mereka (banyaknya variasi amalan-amalan dan mantra) dan hasilnya bisa langsung dipraktekkan dan dipertunjukkan, karena tujuan mereka memang untuk keberhasilan menguasai dan mempraktekkan keilmuan gaib / khodam.
Sedangkan kelemahan utama ilmu gaib dan ilmu khodam terhadap ilmu kebatinan dan spiritual terutama adalah pada kekuatan ilmunya yang jauh lebih rendah (pada ilmu yang sejenis). Walaupun variasi ilmunya banyak, tetapi karena kekuatannya lebih rendah, biasanya kekuatan keilmuan mereka dapat dengan mudah dilunturkan keampuhannya (dan seringkali tidak dapat digunakan untuk menyerang orang-orang kebatinan dan spiritual).

Masing-masing jenis keilmuan mempunyai kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri. Segala bentuk keilmuan batin / gaib akan sangat bergantung pada sumber kekuatan ilmunya dan perbendaharaan jenis ilmu. Untuk dapat menguasai suatu keilmuan secara sempurna dengan daya kekuatan yang tinggi seseorang juga harus mengenal sumber kekuatan keilmuannya, meningkatkan kekuatan ilmunya dan melengkapi kekurangannya.
Kemampuan untuk mengsugesti batin / sukma, kemampuan untuk bersugesti pada amalan gaib, dan kemampuan mengsugesti kegaiban khodamnya adalah hal-hal pokok yang harus dikuasai dalam keilmuan batin / gaib. Tetapi untuk meningkatkan kekuatan keilmuannya, jangan hanya berfokus pada praktek sugesti amalan ilmu gaib saja, sumber kekuatan ilmunya harus juga diketahui dan harus ditingkatkan kualitasnya supaya kekuatan keilmuannya menjadi tinggi.
Orang-orang yang menekuni ilmu gaib atau ilmu batin yang kegaibannya berdasarkan pada kekuatan batin / sukma (kebatinan dan spiritual), untuk meningkatkan kekuatan ilmunya, orang tersebut harus meningkatkan kekuatan batin / sukmanya dan penghayatan pada ilmunya, supaya ketika disugestikan untuk keilmuan tertentu, kekuatan ilmunya tinggi, dan menambah perbendaharaan jenis-jenis keilmuan gaib (menambah pengetahuan pada jenis-jenis ilmu dan amalan ilmu).
Orang-orang yang menekuni ilmu gaib atau ilmu batin yang kegaibannya berdasarkan pada kekuatan roh pancer dan sedulur papat, harus meningkatkan kekuatan dan ketajaman batin / sukma dan meningkatkan penyatuannya dengan kekuatan roh sedulur papatnya, supaya ketika disugestikan untuk keilmuan tertentu, kekuatan ilmunya tinggi.
Orang-orang yang menekuni keilmuan gaib yang kegaibannya berdasarkan pada kekuatan sugesti amalan gaib atau mantra, harus meningkatkan kekuatan sugestinya ( / konsentrasi), meningkatkan kekuatan kebatinannya, atau mencari mantra / amalan ilmu gaib yang lebih tinggi kekuatannya.
Orang-orang yang menekuni keilmuan gaib yang kegaibannya berdasarkan pada kekuatan khodam ilmu, harus meningkatkan kekuatan khodamnya (mencari sosok gaib lain yang lebih tinggi kekuatan gaibnya) dan meningkatkan kemampuan mengsugesti khodam ilmunya itu, atau mencari mantra / amalan gaib yang lebih tinggi kadar kekuatannya, supaya ketika disugestikan untuk keilmuan gaib tertentu, kekuatan ilmunya tinggi.


  Keilmuan Batin dan Kekuatan Sugesti

Di dalam semua jenis keilmuan dan aktivitas manusia, ada satu hal mendasar yang seringkali pengertiannya dikesampingkan orang, yaitu adanya unsur kebatinan. Unsur kebatinan hadir pada semua aspek kehidupan manusia, bukan hanya dalam mempelajari dan menekuni berbagai jenis keilmuan batin, tetapi juga dalam semua aktivitas keseharian dan pekerjaan teknis modern. Unsur kebatinan itu adalah apa yang biasa disebut sebagai penjiwaan atau penghayatan, yang sangat erat hubungannya dengan rasa dan sugesti.
Di dalam aktivitas manusia berolah raga, kanuragan, mengolah tenaga dalam, maupun ilmu gaib dan ilmu khodam, atau olah spiritual, selalu terkandung di dalamnya unsur kebatinan berupa penjiwaan dan penghayatan pada masing-masing hal yang dijalani, yang seringkali kualitas penjiwaan dan penghayatan ini akan sangat membedakan hasil / prestasi yang diperoleh seseorang dibandingkan orang lain yang sama-sama melakukan aktivitas yang sama.
Secara umum unsur kebatinan hadir pada semua aspek kehidupan manusia, tidak hanya dalam hal keilmuan, tetapi dalam semua aspek kehidupan manusia, termasuk di jaman modern ini, tetapi istilah kebatinan sendiri seringkali secara dangkal dikonotasikan sebagai kegiatan klenik. Namun di luar itu memang ada orang-orang tertentu yang secara khusus mempelajari keilmuan kebatinan, bukan hanya pada aspek yang bersifat umum, tetapi juga secara khusus dan mendalam mengenai keilmuan kebatinan itu sendiri.
Ilmu Tenaga Dalam, Kebatinan dan Spiritual, sejatinya menggunakan potensi kekuatan dari diri sendiri, yaitu kekuatan tenaga dalam, kekuatan sukma dan kekuatan spiritual diri sendiri. Ilmu yang menggunakan potensi kekuatan diri sendiri inilah yang disebut ilmu sejati. 
Sejatinya kesempurnaan penguasaan ilmu seseorang ada pada menyatunya suatu ilmu dengan diri seseorang. Artinya, untuk mengetrapkan suatu ilmu, dengan telah menyatunya suatu ilmu dengan diri seseorang, orang tersebut bisa melakukannya secara spontan, atau cukup dengan kehendak dan konsentrasi batinnya saja untuk mewujudkannya, dan bisa dilakukan kapan saja. Dengan demikian orang tersebut bisa dikatakan sudah sempurna menguasai suatu ilmu, bukan sekedar memiliki koleksi ilmu, karena ilmu-ilmu tersebut sudah merasuk, menyatu dengan dirinya, tinggal niatnya saja untuk mengetrapkannya. Dengan telah menyatunya suatu ilmu dengan seseorang, maka orang itu bisa kapan saja mengetrapkannya, dan keilmuannya itu tidak akan hilang hanya karena lupa dengan bunyi mantranya, atau karena hilang khodam ilmunya, atau karena lupa membawa jimat dan pusaka.
Menyatunya ilmu itu akan menjadi suatu perbawa yang bisa dirasakan oleh orang lain yang juga berilmu atau peka batinnya, sehingga masing-masing akan saling menghormati dan menjaga jarak. Dan dengan kepekaan rasa seseorang akan dapat mengukur kekuatan dirinya ketika berhadapan dengan kekuatan orang lain atau berhadapan dengan kekuatan suatu mahluk halus.
Karena itu dalam filosofi Jawa dikatakan, ilmu tertinggi manusia adalah digdoyo tanpo aji, digdaya tanpa perlu tambahan jimat dan senjata dan tidak perlu menunjukkan ilmu kesaktian yang kelihatan mata, karena semua kekuatan bersumber dari dirinya sendiri dan dengan perbawa kebatinan, menang tanpa harus mengalahkan atau unjuk kesaktian. Seandainya pun terpaksa harus mengetrapkan ilmunya, dengan kekuatan batinnya seseorang hanya perlu mengkonsentrasikan suatu kejadian, atau mengkonsentrasikan kemauan terlaksananya suatu perbuatan gaib, tanpa harus bergantung pada suatu amalan ilmu atau mantra, jimat dan pusaka.
Orang-orang yang menekuni suatu kebatinan tertentu biasanya memiliki batin yang peka, kuat dan tajam, dan memiliki kedekatan dengan roh sedulur papatnya, sehingga orang-orang tersebut dapat mengerti tentang kegaiban, rasa dan firasat. Kepekaan dan ketajaman batin mereka bersifat umum dalam segala bidang, tidak semata-mata dimaksudkan untuk melihat gaib.
Kepekaan dan ketajaman batin mereka biasanya bukan hanya peka untuk melihat tanda-tanda alam beserta kegaiban di dalamnya, tetapi juga dapat untuk mendeteksi keberadaan sosok mahluk gaib, peka dalam menilai kepribadian orang lain, peka rasa tentang kejadian yang akan terjadi (weruh sak durunge winarah) dan sering mendapatkan ilham / wangsit tentang suatu kejadian tertentu yang akan terjadi. Kepekaan dan ketajaman batin itu juga dapat untuk mengetahui kegaiban tingkat tinggi, tergantung pencapaian masing-masing orang. Bukan sekedar untuk melihat gaib, kekuatan batinnya juga dapat digunakan untuk mengusir roh-roh halus atau untuk menjadikan suatu kejadian gaib.
Kekuatan dari olah batin ini dapat dilakukan dengan tujuan yang sama dengan penggunaan tenaga dalam atau ilmu gaib dan ilmu khodam. Dengan kekuatan batin dan sugesti mereka mewujudkan kehendak-kehendaknya,  dengan kepekaan dan ketajaman rasa mereka juga dapat mengukur apakah kekuatan mereka cukup untuk mewujudkan suatu kejadian yang mereka kehendaki.

Pada orang-orang yang mendalami kebatinan, kepekaan / ketajaman rasa dan kekuatan batin akan dapat dirasakan di dada, sebagai suatu getaran atau tekanan di dada yang dapat disalurkan menjadi kekuatan tangan / tubuh atau kekuatan kata-kata. Seseorang yang tajam batinnya juga dapat mengukur apakah kekuatan sukmanya cukup untuk mewujudkan suatu kehendak terjadinya perbuatan gaib, atau mengukur apakah kekuatan batinnya dan keilmuannya lebih tinggi ataukah lebih rendah ketika sedang berhadapan dengan seseorang atau berhadapan dengan mahluk halus tertentu.
Secara alami, kekuatan sukma akan dirasakan sebagai kekuatan energi yang besar berupa getaran rasa dan tekanan di dada, dan sebagai kekuatan seperti kekuatan tenaga dalam yang menyelimuti tubuh, merasuk sampai ke hati, dan tergantung pada penguasaan masing-masing orang, selain melalui amalan kebatinan, kekuatan sukma dapat diwujudkan menjadi kekuatan tangan / tubuh, kekuatan kehendak perbuatan dan kata-kata, saking kersaning Allah. Dan getaran perbawa kebatinannya juga akan dapat dirasakan oleh orang- orang di sekitarnya (kecuali orang tersebut merendahkan hati dan menutupi / menyembunyikan kekuatan kebatinannya).
Tergantung pada kekuatan batin dan penguasaan masing-masing orang, ketika kekuatan rasa dan sugesti sudah menyatu dengan kekuatan fisik, seseorang dapat memecahkan batu, mematahkan kayu atau besi. Kekuatan batin ini juga bisa digunakan untuk menguatkan tubuh dan kebal senjata tajam, menggerakkan tubuh dan batin / pikiran seseorang (gendam / hipnotis / ilmu sugesti). Tergantung pada kekuatan sukmanya masing-masing, kekuatan gaib dari kebatinan jauh melebihi kekuatan ilmu gaib dan ilmu khodam, atau kekuatan susuk dan jimat. 
(Hati-hati bagi yang menggunakan kekuatan kebatinan untuk kekebalan. Kekuatan kebatinan yang berhasil digunakan untuk kekebalan kekuatannya jauh melebihi kekuatan ilmu gaib dan ilmu khodam, atau susuk dan jimat kebal, sehingga dapat menyebabkan seseorang yang sudah meninggal jasadnya tidak dapat hancur dan membusuk seperti layaknya jasad manusia pada umumnya dan rohnya sendiri tidak dapat lepas keluar dari tubuhnya, terkunci di dalamnya. Jasad dengan roh di dalamnya tersebut akan menjadi mumi dan beratus-ratus tahun kemudian akan dapat menjadi yang sekarang disebut jenglot atau batara karang. Lebih baik bila kekuatan kebatinan itu dijadikan ilmu lembu sekilan saja, yaitu ilmu kekuatan dan pertahanan tubuh dengan memadatkan kekuatan batin / sukma / tenaga dalam menjadi hanya setebal sejengkal dari tubuh, selain menjadikan tubuh berkekuatan besar, juga menjadi perisai dari serangan pukulan atau pun senjata tajam).

Ketika lambaran kekuatan batin digunakan untuk membentak orang lain, akan membuat orang lain tersebut menjadi sangat ketakutan. Secara alami ini bisa terjadi pada seseorang yang sedang marah. Tetapi bentakan kemarahan yang dilambari dengan kekuatan sukma akan sangat berbeda pengaruhnya, menjadi seperti pengaruh ajian senggoro macan atau ajian gelap ngampar  atau ajian gelap seketi, yang membuat orang lain luar biasa ketakutan, walaupun orang lain itu mempunyai kekuatan fisik yang lebih besar.
Atau ketika kita ingin menyembuhkan seseorang dari sakitnya, maka kita mewujudkan kehendak kita, niat batin menyembuhkan, supaya orang itu sembuh dari sakitnya, dengan cara mengkonsentrasikan kekuatan sukma kita ke dalam segelas air, si sakit diberi sugesti untuk sembuh dengan meminum air putih yang kita berikan, di sisi lain kita mengkonsentrasikan batin tertuju kepada si sakit untuk menyingkirkan semua sakit- penyakit orang tersebut, maka dia akan dapat benar sembuh. 
Dengan cara itu kita memberikan sugesti kepercayaan supaya si sakit membangkitkan sugesti energi positif dalam dirinya untuk kesembuhannya sendiri, dan di sisi lain kekuatan sukma kita dikonsentrasikan kepadanya untuk membersihkan energi-energi penyakit di dalam dirinya, termasuk energi negatif yang berasal dari mahluk halus di dalam tubuhnya, jika ada. Dengan kepekaan batin kita dapat mengukur kekuatan yang dibutuhkan untuk pengobatan tersebut, sehingga kita tahu bahwa mungkin proses pengobatan tersebut harus dilakukan beberapa kali bila diperlukan.
Cara memberi air putih seperti di atas juga banyak dilakukan oleh orang-orang yang mempelajari ilmu gaib dan ilmu khodam. Tetapi banyak kejadian, dengan cara meminumkan air putih tersebut ternyata si sakit tidak berhasil disembuhkan. Ini terjadi karena si penyembuh tidak dapat mengsugesti si sakit. Walaupun memiliki ilmu gaib, tetapi dia tidak memiliki kepekaan batin yang cukup untuk dapat mengukur kekuatan yang cukup yang dibutuhkan untuk dapat menyembuhkan si sakit. Dan bila penyebab sakit orang tersebut adalah karena perbuatan mahluk halus, seringkali si penyembuh menjadi celaka karena mahluk halus tersebut berbalik menyerang si penyembuh tersebut.
Cara penyembuhan dengan memberikan air putih di atas biasanya dilakukan untuk sakit-penyakit yang kadarnya ringan. Untuk yang kadarnya berat biasanya dilakukan dengan langsung memberikan energi positif untuk kesembuhan si sakit, ditambah dengan ramuan-ramuan dan obat-obatan.
Kekuatan batin / sukma bisa juga digunakan untuk membuat pagaran gaib atau pembersihan gaib, cukup dengan bersugesti membuat bola pagaran gaib saja atau memancarkan energi gaib untuk mengusir roh-roh halus. Kekuatan gaib dari kebatinan ini lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga dalam, bukan hanya dapat untuk menghadapi mahluk gaib kelas bawah, tetapi mahluk gaib kelas menengah dan atas pun bisa.
Untuk mengusir mahluk halus dari dalam suatu rumah / pohon misalnya, bila kita sudah terbiasa olah batin, kita akan dapat mengukur apakah kekuatan kebatinan kita lebih tinggi ataukah lebih rendah dibanding kekuatan gaib para mahluk halus yang ada di rumah / pohon tersebut.
Bila kekuatan batin kita lebih rendah, akan bijaksana bila kita tidak memaksakan kekuatan untuk mengusir mereka. Lebih baik bila kita memberi sesaji untuk "merayu" mereka supaya mau pindah. Tetapi bila kekuatan batin kita jauh di atas mereka, dengan menyalurkan kekuatan batin kita tepuk saja beberapa kali rumah / pohon tempat mereka tinggal dengan niat menyuruh mereka pergi (seperti mengusir burung di pohon). Lebih bijaksana bila mereka kita arahkan untuk pergi ke tempat tertentu yang jauh dari pemukiman manusia, supaya tidak bubar begitu saja dan malah akan mengganggu orang lain yang tidak tahu-menahu.
Untuk membantu kerejekian dalam perdagangan (penglaris dagangan) dengan cara kebatinan cukup dengan mengsugesti sukmanya untuk menciptakan suasana gaib yang teduh dan menyenangkan bagi banyak orang, yang menyebabkan orang-orang suka datang, mengobrol dan berbelanja. Suasana gaib itu disugestikan memancar dalam radius 5 meter, 10 meter, 100 meter, dsb  (seperti penggunaan tenaga dalam murni).

Ada salah satu ciri yang membedakan penggunaan tenaga dalam dengan kebatinan dalam mendeteksi keberadaan sesuatu mahluk halus. Dengan menggunakan tenaga dalam, kita mendeteksi keberadaan suatu mahluk halus dengan cara mendeteksi getaran energinya. Sedangkan bila kita terbiasa dengan olah rasa dan batin, secara insting / rasa kita akan mengetahui apakah di suatu lokasi ada berpenghuni gaib atau tidak. Dan bila ada suatu mahluk gaib, apalagi si gaib mempunyai kekuatan yang besar, kita dapat merasakan kehadirannya secara otomatis, dari jarak yang lebih jauh, karena dada kita akan terasa berat dan sesak seolah-olah ada yang menekan dada kita sampai kita merasa sulit bernafas. Artinya ada perbenturan kekuatan antara kekuatan energi yang dipancarkan oleh keberadaan gaib itu dengan energi sukma kita, dan kita bisa mengukur kekuatan mahluk itu apakah lebih tinggi atau lebih rendah dari kekuatan kita dan secara otomatis kita juga dapat mengetahui posisi keberadaan gaib tersebut. 

Ada banyak bentuk keilmuan batin dan
keilmuan gaib yang juga mengolah potensi diri, yang digandrungi orang dan dikembangkan dengan metode pembelajaran modern, sehingga tidak dianggap klenik dan bisa dipelajari oleh banyak orang. Bentuk keilmuan ini berfokus pada pemusatan kekuatan pikiran manusia, dalam bentuknya seperti ilmu hipnotis (mengendalikan pikiran manusia), telekinetik (memindahkan/ menggerakkan benda-benda dengan kekuatan pikiran), telepati (komunikasi pikiran), illusionis (mengelabui penglihatan dan pikiran / kesadaran seseorang), dsb. Cakra tubuh yang bekerja adalah cakra di dahi dan sebagian cakra di ubun-ubun kepala. Ilmu-ilmu ini harus dipelajari dan dipraktekkan dengan sangat hati-hati. Pemusatan kekuatan pada pikiran saja atau cakra tubuh tertentu saja dapat berakibat terjadinya ketidak-seimbangan energi tubuh dan harus diperhatikan efeknya dalam jangka panjang.




------------------------


                  www.nur-maunah.blogspot.com



Silakan kirimkan via email ke:  hikmatul.ilmi@gmail.com untuk menyampaikan pendapat / komentar dan cerita-cerita atau pengalaman anda untuk dapat dimuat di forum ini.

1 komentar:

  1. Assalmu'alaikum Wr.Wb. Gus Arif , saya mau konsultasi apakah Para Nabi dan Rasul melakukan proses spiritual dan kebatinan seperti tersebut di atas ? dan Apakah Orang yang sudah mencapai tingkat tinggi laku spiritual kebatinannya dijamin aman dari godaan nafsu dunia dan Iblis ? mohon jawabannya dan matur suwun.

    BalasHapus